Kritik Bukan Saran #6 - Cara Saya Menghadapi Kritik
Jika belum membaca artikel sebelumnya, lebih baik membaca artikel yang sebelumnya :
- Kritik Bukan Saran
- Constructive Criticism
- Etis Dalam Kritik
- Perlunya Selektif Mengikuti Kritik
- Menyeleksi Kritik
Di postingan sebelumnya saya berjanji akan berbagi tentang cara saya menghadapi kritik. Sebenarnya postingan ini juga bermaksud ingin curhat dan menjelaskan mengapa saya bersikap demikian saat dikritik. Karena saya kira tidak jarang ada orang yang salah paham tentang cara saya merespon kritik-kritik dari mereka.
Disini saya tidak beranggapan bahwa cara yang saya gunakanlah yang paling benar dan diikuti oleh semua orang. Cara yang saya pilih ini merupakan cara yang bagi saya, saya nilai sebagai yang terbaik yang dampaknya saya harapkan dan konsekuensinya mampu saya tangani.
Sebelum melangkah lebih jauh tentang penjelasan cara saya, ada hal yang harus dipahami mengenai apa yang saya harapkan dari diri saya sebagai bagian dari konsep diri saya. Saya berkeinginan untuk menjadi seseorang yang selalu berusaha menjaga untuk tetap berperilaku sesuai dengan yang seharusnya dengan apa yang saya miliki (tapi, saya yang sekarang masih sangat jauh dari harapan saya ini). Dari sini, saya menentukan sikap terhadap 2 macam kritik, yakni :
- · Kritik dalam bentuknya kritik
Umumnya, orang yang menyampaikan kritik semacam ini dapat diajak untuk berdialog lebih dalam mengenai kritik yang ia sampaikan. Karena itulah, saya akan cenderung kritis terhadap sebab, tujuan dan pendasaran dari kritik yang ia sampaikan. Jika perlu, saya akan memberikan pendasaran mengenai penyikapan atau rupa karya saya. Kemudian, apabila masih dirasa perlu untuk diperbaiki maka saya akan menanyakan alasannya. Jika memang saya tidak lagi punya pendasaran yang memang layak digunakan maka barulah saya akan mempertimbangkan untuk berubah.
Itu saya lakukan agar saya paham betul maksud dari kritiknya, memastikan bahwa tidak ada salah paham di antara kami #halah, dan juga sebagai obat sakit hati saya karena kritik tersebut. Maksudnya, dengan mengetahui bahwa kritik itu memang layak untuk diikuti dan saya butuh untuk benar-benar paham bahwa kritik itu memang benar untuk bisa menaklukkan ego saya.
Well, memang ribet dan sepertinya saya terlalu cerewet terhadap orang yang sudah berniat baik untuk memberikan kritik pada saya. Tetapi bagi saya, saat kita mengkritik kita haruslah bertanggung jawab dan pendasaran-pendasaran yang saya tuntut dari mereka lah bentuk dari tanggung jawab kritik tersebut. Jadi saya kira adalah hal yang wajar meminta pertanggungjawaban ini dari pernyataan mereka.
Sebenarnya tidak hanya soal kritik, tanggung jawab itu juga harus ada dalam setiap pernyataan yang kita keluarkan. Tanggung jawab di sini adalah soal pendasaran dari apa yang kita sampaikan dan konsekuensinya. Sehingga, tidak seharusnya kita asbun terus sembunyi apabila ternyata pernyataan kita menimbulkan masalah.
- · Kritik dalam bentuk ejekan
Berbeda dengan sebelumnya, biasanya orang yang mengkritik dalam bentuk ejekan tidak memiliki niat yang cukup baik hingga mau untuk berbagi pendasaran atas kritiknya. Tapi satu hal yang agaknya cukup jelas dari ejekan itu bahwa ada kekurangan yang ia lihat dari diri kita hingga ia bisa memanfaatkan celah tersebut untuk mengejek kita. Karena itulah, saya akan berusaha berempati dengan perspektif-nya dalam melihat saya sebisa mungkin. Kemudian mencari tahu apa yang ia lihat hingga ia mengejek saya demikian, setelahnya baru saya mencari tahu sebab ia memandang saya demikian agar tahu motifnya mengkritik saya – apakah hanya sekedar ungkapan dari kekesalan yang memuncak atau hendak menjatuhkan saya.
Dan jangan lupa untuk memastikan apakah ejekan tersebut memang cukup beralasan atau hanya dibuat-buat. Jika memang itu cukup alasan dan saya mampu dan memang harus mengubahnya maka saya akan berusaha untuk memperbaiki diri atau karya saya.
***
Hal yang selanjutnya yang mungkin diperlukan untuk bisa benar-benar menerima dan menindaklanjuti sebuah kritik adalah waktu. Tidak bisa dipungkiri, ada kalanya sekalipun sebuah kritikan itu memang benar adanya, tetapi saya masih saja berusaha untuk membela dan membenarkan diri saya.Ada kalanya memang saya tidak bisa menahan dorongan untuk membenarkan diri sendiri. Tapi bagi saya sendiri, tidak peduli apakah pada saat berkomunikasi saya menerima atau menolak sebuah kritikan, tetap saja saya harus memikirkan kembali kritik yang saya terima tersebut. Karena biasanya saat saya awal kali berhadapan dengan kritik, emosi juga turut campur mempengaruhi respon saya terhadap kritik itu. Karena itulah, saya perlu kembali memproses kritik tersebut di saat emosi saya sudah tenang. Dengan begitu, saya akan bisa menilai kritik itu dengan lebih netral. Memang sih, saya seringkali jarang menyampaikan hasil penerimaan saya ini secara langsung pada si pengkritik, karena saya tidak tahu juga apakah hal seperti ini cukup penting untuk diulas lagi.
Meski begitu, menerima dan menindaklanjuti kritik saya kira memang sama sekali bukan hal yang mudah. Biasanya, sekalipun saya membenarkan kritik dari orang lain, sangat sulit untuk menundukkan ego saya untuk benar-benar menindaklanjuti kritik tersebut dan tidak membiarkannya sebagai angin lalu saja. Biasanya saya memerlukan waktu yang cukup lama untuk itu. Karena saya perlu berdebat dulu dengan "ego-ego" saya dan membuat mereka mengerti bahwa perubahan itu harus dilakukan. Tidak hanya itu, biasanya juga saya harus mencapai dan menyiapkan mekanisme "kompensasi" bagi ego saya. Karena tanpa "kompensasi" tersebut biasanya perubahan yang saya paksakan akan membawa efek balik yang lebih buruk dari sebelumnya. Kompensasi yang saya maksud disini bukan semacam "guilty pleasure", melainkan lebih pada penyaluran dorongan-dorongan dalam diri saya, sehingga dorongan tersebut tidak tertekan semakin di dalam karena saya menilainya sebagai sesuatu yang buruk tetapi saya berusaha untuk tetap menyalurkannya dalam bentuk yang lain. Contohnya, saat kesal saya cenderung menuliskan apa yang saya rasakan untuk menyalurkan emosi saya itu.
Singkat kata, sekalipun menerima dan menindaklanjuti memang bukan selalu hal yang mudah untuk dilakukan, tapi itu jauh lebih mudah daripada harus menanggung dampaknya jika kita tidak mengindahkan kritik tersebut.
Singkat kata, sekalipun menerima dan menindaklanjuti memang bukan selalu hal yang mudah untuk dilakukan, tapi itu jauh lebih mudah daripada harus menanggung dampaknya jika kita tidak mengindahkan kritik tersebut.
Mari bercuap-cuap :D