Tentang Rasaku

11/22/2014 0 Comments A+ a-

Awalnya hanya kekaguman, dan terus hanya akan menjadi kekaguman

Yang salah bukan kekagumanku padanya, juga bukan dirinya.
Tetapi karena aku berharap lebih dari itu.
Maka yang seharusnya dihapus bukanlah rasa kagumku padanya,
tapi harapan untuk bisa lebih dari itu.

Meskipun begitu, aku masih berharap
bisa belajar darinya, bekerjasama dengannya
Karena hal itulah yang membuatku kagum padanya
Tapi bukan untuk menjadi yang lebih dari itu

Benci

11/05/2014 0 Comments A+ a-

"Benci tidak harus menyengsarakan. Kita juga bisa mengubah kebencian tersebut menjadi sesuatu yang lebih baik, tidak merusak. Kita bisa mencoba untuk saling mencoba dan mengerti"


Kira-kira seperti itulah yang saya pernah tuliskan dalam posting-an saya terdahulu.
Itu sebelum saya pernah merasakan kebencian.

Satu hal yang kemudian saya pelajari dari pengalaman itu, benci itu merusak sekitarmu dan dirimu sendiri. Tidak mudah menyikapi rasa benci seperti dalam kutipan di atas. Karena kebencian membuatmu melakukan hal yang (mungkin) paling tidak ingin kau lakukan. Dan kebencian itu, rasanya benar-benar menyakitkan buat diri saya sendiri yang merasakan. Dalam rasa benci itu, saya berkali-kali menyalahkan diri saya. Setiap kali saya berhadapan dengan orang tersebut, selalu ada perasaan bergejolak dalam diri saya ingin meluapkan emosi.

Hal yang paling menakutkan adalah saya takut kehilangan diri saya sendiri dalam kebencian itu.

Akhirnya saya mengerti alasan kenapa Dave Pelzer yang ditipu oleh sekelompok orang akhirnya memilih untuk pergi menjauh dari mereka dan tak pernah ingin untuk bertemu atau berurusan dengan mereka lagi. Saya pikir, itu karena ia merasakan perasaan yang sama seperti yang saya rasakan. Mungkin, ia juga merasakan kekhawatiran yang sama dengan saya.

Yang saya tahu jika saya melampiaskan begitu saja kebencian saya itu : "saya mungkin akan merusak seluruh "diri" saya yang saya bangun selama ini. Dan kemudian menyesalinya seumur hidup. Atau terus terjebak dalam kebencian yang tak berujung"

Yang jelas, saya tidak akan hidup tenang.

Karena itulah, mungkin sekarang saya bisa lebih berempati pada mereka yang memiliki rasa benci. Meski saya pikir akan tetap lebih baik jika kita bisa melakukan seperti kutipan di atas itu. Tentu saja, dengan tidak kehilangan diri kita sendiri. Karena terkadang, tanpa kita sadari sisi lain dari diri kita bisa mencoba untuk "membalaskan" kebencian kita. Saya tidak mencoba untuk menjadi orang bijak dan suci disini, karena itulah saya bisa berkata seperti itu.

Saya pernah melampiaskan kebencian itu sekali, sambil sebisa mungkin menahannya. Dan toh ternyata sikap "pembalasan" itu tetap ada. Tapi, paling tidak dari 1 konflik tersebut, kami kemudian mencoba untuk lebih saling memahami.

Saya juga pernah tidak mampu menghadapi kebencian itu, dan memilih pilihan yang sama dengan Dave, pergi menjauh.

Satu hal pesan saya : Jangan pernah dengan sengaja membuat orang lain benci pada anda, meski untuk melindungi orang tersebut atau "menguji" orang tersebut. Karena itu berarti anda telah menanam bibit penyakit dalam dirinya. Penyakit yang akan menggerogoti dirinya, anda dan mungkin juga orang-orang di sekitarnya.