Sesi Curhat.com

12/02/2011 6 Comments A+ a-

Huwaaahhh....Kangen deh ama blogQ satu  ini, setelah sekian lama gak keutik2 blas. Akhirnya sedikit demi sedikit bisa menjamahmu..... :p

Sekalian ganti wajah, masih coba2 sih, tapi sementara ini cocok ama yang satu ini. Minta saran n' kritiknya dari temen2 yang laen yah?? *masih belajar ni

Ini nulisnya curi2 waktu di tengah rapat kerja nih.Mumpung ada istirahat, setelah beberapa hari kemaren bekerja keras sampe jatoh sakit. Beneran deh, sejak aku kerja gak tau kenapa pas aku ada acara di luar kota mesti aja sakit. Padahal selama kuliah outbond ke luar kota sampe berubah jadi orang eskimo (saking dinginnya), juga ga papa. Jadi sama sekali gak bisa menikmati enaknya makanan dan lain sebagainya, yang bisa dinikmati cuma nikmatnya sakitQ (T^T)

Tapi untungnya gak semuanya gak menyenangkan, soalnya liat rapat kerja kali ini, bener2 kerasa deh semangat para pesertanya. Jadi yah lumayan bisa mengamati proses rapat kerja yang kualitas, sekaligus belajar. Hehe.....

Nah, sekarang mau ceritan tentang tempat kerja baruku nie....

Setelah berkali-kali dipanggil wawancara dan tidak mendapat panggilan kembali, akhirnya keterimalah aku di sebuah kantor yayasan sosial (LSM). Nah tuh, ujung2nya juga tetep berhubungan ama sosial. Yah, memang kalo orang gak putus asa, pasti akan nemu jalannya. Bersyukur banget setelah berbagai hal yang menimpa #halah, aku gak putus asa soal impianku.

Sayangnya, kegiatan yang saat ini dikerjakan di LSM ini masih belum sepenuhnya cocok dengan minatku. Tapi, yah, namanya juga belajar, diikuti aja dulu walaupun makin sering ngerasa jenuh. Apalagi aku ditantang untuk melakukan hal2 yang selama ini aku takuti. Dan, sampe sekarang masih juga belum berani turun ke lapangan. (Doain moga aku bisa segera mengatasi ketakutanku ini yah???)

But Afterall, aku salut ama orang2 yang kerja di genta, juga para tetua2 yang dulu berkecimpung di genta. Mereka orang2 yang hebat.

Hem....Tapi, sepertinya di sini aku dianggap kayak bayi. Kenapa? yah memang begitulah saya.Dan, yah sudahlah that's just the way i am.


Kerinduan itu........

9/11/2011 2 Comments A+ a-

Kerinduan itu.....
Kerinduan yang selalu kurasakan
Kerinduan yang tak pernah kupahami sebelumnya
Yang tidak pula ku tahu apa ataukah siapa yang kurindukan
Kerinduan yang seakan membuat hatiku terasa begitu hampa
Yang seakan menyeretku dalam lubang hitam

Kini, terjawab semua......
Kerinduan itu. bukanlah kerinduan pada seseorang
Bukan pula kerinduak pada suatu benda
Kerinduan itu, adalah kerinduan akan kebermaknaan hidup

The Faith

9/10/2011 0 Comments A+ a-

Entah sejak kapan aku kehilangan keyakinanku
Tak pula aku tahu apa alasannya
Yang aku tahu, hanyalah kenyataan bahwa
Aku tidak lagi mengerti apa dan bagaimanakah itu
Sesuatu yang bernama keyakinan

Semakin aku berusaha membangun keyakinan, semakin aku tak yakin
Semakin aku berusaha untuk merasakan "yakin", semakin aku kehilangan rasa itu

Lost

9/09/2011 2 Comments A+ a-

Badai itu belum berlalu, hanya bersembunyi
Di balik suasana tenang ini....
Begitu tenang, namun mencekam
Entah kapan ketenangan ini berubah menjadi malapetaka
Kesenangan, senyuman dan candaan semu
Hanya untuk menyembunyikan luka

Palsu, namun tak mampu untuk menahan
Yang ada di balik kepalsuan ini
Sakit, namun tak jua mampu tegar menantang badai

Anak yang berpikir dengan Otak Kanannya

9/05/2011 2 Comments A+ a-

Banyak yang bilang aku lola.... Tapi, ternyata inilah proses yang terjadi di dalam otakku.... 
Mungkin karena itulah, aku kesulitan untuk memproses sebuah persoalan tanpa mengulangnya dalam otakku. :)

Karena itulah, jangan meremehkan orang lain, hanya karena mereka memiiliki cara yang berbeda. May be, what's going on inside them is something different and awesome. Dan, begitulah, i like my self this way.... :)
What about u??

Imam Al Mahdi???

8/17/2011 9 Comments A+ a-


Kisah ini, memang benar adanya kah?Aku udah download penjelasannya dari harun yahya di internet. Tapi, tetap saja penjelasan mengenai penjelasan mengenai al mahdi di al quran tidak kutemukan. Tidak ditunjukkan ayatnya, pun penjelasannya hanya penjabaran dari hadits-hadits saja, tidak ada ayat Al-Quran yang dicantumkan yang menyinggung mengenai imam mahdi. Aku mencari via Al Quran Digital pun, dengan kata kunci “mahdi” juga gak ada.

Himbauan atau paksaan??

8/16/2011 4 Comments A+ a-


Malem-malem gini mau tidur malah denger berita yang gak enak plus bikin illfeel. Berita itu tentang F** yang ngerusak rumah makan gara-gara buka pas puasa. Hadeehhh....Jangan bikin nama baik Islam tambah buruk donk....Yang ada di negara ini kan gak Cuma umat Islam doank??Gak adil donk kalo jual makanan aja dilarang, dirusak malah. Masa’ kalo di negara yang mayoritasnya bukan muslim mau kayak gitu  juga?bisa jadi tersangka teroris ntar tuh. 

Dan, oh ayolah. Makan itu kan sesuatu yang wajar untuk dilakukan. Pun gak terlalu sulit untuk ditahan hawa nafsunya. Menghormati gak harus ngelarang,kan?Pun, pemerintah hanya menghimbau, bukan ngelarang. Harusnya gak ada hak, dan gak bisa dijadiin dasar juga dunk untuk melakukan pengrusakan kayak gitu. Himbauan kan harusnya gak bersifat memaksa.

10 Things about me

8/15/2011 4 Comments A+ a-


Hwaaahhh....Udah lama banget gak mampir ke blogger. Setelah sekian lama puasa ngeblog karena kesibukanku (gaya, sok sibuk banget sih?? :p). Sekarang udah pada kelar, alhamdulillah hampir semua matkulQ udah lulus, kecuali 0 sks, yang gak lulus karena absen (telat mulu sih datengnya, wkwkwkwk.....)
Nah, baru dateng udah disambut dengan tugas dari temen2 blogger laen yang udah dari jaman gak enak  belom aku kerjain. Nah, aq dapet tugas ini dari Bestari,Yenny ama Iraz. Jadiin satu aja yah??
Langsung aja deh, Let’s read 10 Things about me :

Award

6/01/2011 14 Comments A+ a-

Wew, udah lama banget gak ngeblog. yah, karena ada eberapa masalah, jadinya gak sempet dan gak ada mood juga buat nge blog. Hem...ini postingan udah lama ditulis, tapi masih stuck di draft. nah, kini akhirnya di publish juga ^^

Ini adalah award yang pertama aku dapet, dan sekarang aku dapet lagi. Entah ini award ke berapa yang aku dapet. Tapi, ini adalah award ke dua yang aku dapet dari sohib aku, Yenny Hamida, si empunya blog Hamida's Note. Nah, makasih buat dia yang udah kasih aku award lagi. Oke, saya akan berusaha untuk semangat. Thanks ya, tapi kayaknya butuh yang lebih real nih penyemangatnya :p

Award ini ada tugasnya :
1. Memberikan ucapan terimakasih dan menaruh link yang memberikan award
2. Ceritakan sedikit mengenai diri kamu
3. Berikan award ini kepada 8 teman blogger yang kamu pingin
4. Jangan lupa untuk menghubungi mereka juga (lewat Buku Tamu atau Kolom komentar) --> yen, dirimu gak ngasih tau aku, jadi baru tau sekarang


Kenapa harus ada kambing hitam??

4/28/2011 9 Comments A+ a-


Ya, kambing hitam. Aku pun tidak mengerti jawaban dari pertanyaan itu. Entah kenapa, sepertinya setiap orang begitu bernafsunya mencari kambing hitam jika ada masalah. Entah itu orang lain, makhluk lain, ataupun dirinya sendiri.

Saat ada masalah pasti akan muncul, si A lah yang salah, dialah yang bertanggung jawab. Jadi, ini karena si B yang kayak gini?ini salah si B? Kamu yang salah karena kamu gini, makanya kamu yang harus bla bla bla. Ini karena benda itu rusak, ya salahnya benda itu begini dan begitu.

Orang Yang Kufigurkan

4/27/2011 6 Comments A+ a-

-->

Memang, dulu aku tidak pernah memiliki orang-orang yang bisa kufigurkan, tidak di dalam keluargaku, tidak pula tokoh-tokoh masyarakat. Dulu, aku pernah ditanyain,” siapa yang kamu figurin,k?”. Aku bingung menjawabnya, karena saat itu memang tidak ada seorang pun yang aku figurkan.Lalu, aku balik bertanya,” Apa seseorang itu harus mempunyai figur,mbak?”. Sepertinya, ia sedikit terkejut,tetapi ia menjawab,” Sebenernya gak harus sih. Tetapi, umumnya orang memiliki figur. Dengan begitu, ia bisa menjadi lebih baik, dengan meneladani figurnya, mungkin bisa bertahan lebih lama, bisa berjuang lebih lama”. Aku hanya diam saja, karena memang aku tidak memiliki figur yang seperti itu.

 Tetapi, baru-baru ini, setelah lulus SMA tepatnya, aku menemukan banyak figur-figur yang luar biasa. Untungnya saja begitu, karena di masa ini saya bener2 ngerasa banyak peristiwa yang bikin down.Ini dia.......

My Dreams#2 – The metamorphosis

4/25/2011 7 Comments A+ a-

-->
Mimpiku, membuatku mengubah diriku. Sesuatu yang kupikir tidak mungkin sebelumnya. Tidak hanya itu, ada banyak hal yang tidak pernah ku kira akan kulakukan, dan aku melakukannya! It’s amazing to have such dreams!!

My Dreams #1 – My Determination!!

4/20/2011 7 Comments A+ a-

Kepedihan yang kurasakan memuncak, aku jadi membenci segalanya, dan dunia. Tapi,  yang sebenarnya paling ku benci adalah diriku sendiri. Ya, diriku sendiri yang selalu dan selalu diam melihat segalanya terjadi. Diriku yang selalu dan selalu berlindung di balik tempurungku sendiri. Hanya bisa berkoar dalam hati, namun tak pernah benar-benar bisa mewujudkannya, bahkan tidak pula pernah ada langkah pertama itu.

My Dreams #0 – The Past Time

4/14/2011 14 Comments A+ a-

Gak jarang aku mendapat komentar dari temen-temen kalau aku orangnya terlalu serius, memaksakan diri sendiri, nyengsarain diri sendiri, dll lah. Bahkan, seorang sahabatku pernah nyeletuk,” Kamu itu loh, kak, kok malah menghindari kesenangan”. Ehm...benarkah? Sepertinya gak salah juga sih. Tapi, kenapa koq aku seperti itu? Mari kita baca kisahnya......*Teroret roret...........*

May It Be - Enya

4/12/2011 4 Comments A+ a-

Lirik :

May it be an evening star
Shines down upon you
May it be when darkness falls
Your heart will be true
You walk a lonely road
Oh! How far you are from home

Takut Bahagia

4/11/2011 7 Comments A+ a-


Aneh ya, bahagia kok malah takut? Bukannya semua orang itu pasti ingin bahagia? But, i am indeed afraid to be happy.Memang, tidak bisa dipungkiri, bahwa aku pun manusia yang selalu ingin bahagia, yang selalu mencari kebahagiaan. Hanya saja, terkadang menjadi terlalu bahagia itu menakutkan.


Salah satu penyebab utamanya, adalah beberapa peristiwa di masa kecilku, yang udah aku bahas disini. Karena itulah, aku merasa bahwa bahagia itu adalah salah. Dan, bahwa menjadi bahagia berarti juga akan merasakan kepedihan suatu saat nanti. Karena saat kita kehilangan “saat-saat bahagia” itu, maka kepedihan yang dirasakan juga tidak terkira. Memang hal ini tidak benar, tetapi itu sudah terlanjur di alam bawah sadarku. Tanpa sadar, aku memperlakukan diriku seperti itu.

Bahagia di atas penderitaan
Ada kata-kata, “jangan bahagia di atas penderitaan orang lain”. Ya, itulah salah satu alasan yang kemudian sangat mendukung ketakutanku untuk bahagia. Bukan, bukan karena kebahagiaan itu didapatkan dengan penderitaan orang lain.

Melainkan, karena setiap saat, entah di mana, akan selalu ada orang yang terkena masalah, akan ada orang yang terluka, akan selalu ada orang yang meninggal, akan ada orang yang sedang merasa sedih dan menderita. Tapi, di saat yang sama, akan ada orang yang tertawa, tertawa senang, akan ada yang gembira, akan ada orang yang merayakan kebahagiaannya.

Ya,di saat kita bahagia, di saat yang sama pula ada orang yang menderita. Bukankah itu tidak adil? Jika kita bahagia, di saat orang lain masih ada yang menderita. Bukankah itu menyakitkan? Seakan kita tidak merasakah apa yang orang lain rasakan, seakan kita tidak mempedulikan mereka yang sedang menderita. Seakan kita hanya peduli dan begitu saja menikmati kesenangan kita sendiri.

Lalu, aku menumpuk rasa bersalah. Bukan karena mereka menyalahkanku. Melainkan sebagai pengingat, pengingat agar aku tidak lupa dan terlena dengan kebahagiaanku, sedangkan orang lain masih banyak yang menderita.

Bagi sebagian orang pasti aneh, merasa bersalah itu berat, kenapa harus mempersulit dan membuat diri sendiri menderita? Bahagia itu hak semua manusia, kenapa malah membuang kebahagiaan sendiri?

Mungkin, bagiku, itu sebagai penebusan dosa. Penebusan atas kebahagiaan yang pernah kurasakan, dan adikku tidak merasakannya. Penebusan karena aku yang hanya bisa diam saja, melihat segalanya terjadi di depanku. Penebusan karena aku yang telah begitu banyak waktuku hanya untuk tenggelam dalam diriku sendiri.

Mungkin, itu juga sebagai penghiburan. Penghiburan atas diriku yang tidak melakukan apa-apa. Penghiburan atas segala penderitaan yang selalu aku lihat, dengar dan rasakan di sekitarku, seberapa pun aku mencoba untuk menutup rapat hatiku untuk mengetahuinya.

Dengan pemikiran seperti itu, aku mulai menjauhkan diri dari kesenangan. Membatasi diriku dari hal-hal yang membuatku lupa dan menikmati segalanya. aku jadi anak yang pendiam(udah dari sononya), aneh dan suram(begitu kata temanku).

Kini
Kini, saat aku sudah mulai mencoba untuk menghadapi dan melalui segala tantangan yang ada di dalam hidupku, saat aku telah memutuskan tujuan dan makna hidupku, saat aku telah memutuskan untuk mewujudkan mimpiku, aku dapat memandang kebahagiaan itu sedikit lebih baik.

Aku tidak berniat sepenuhnya memaksakan diriku untuk mengubah pandanganku tentang bahagia itu. Toh, memang pada realitasnya memang di saat kita bahagia, di saat yang sama pula ada orang yang menderita. Tapi, aku akan mengubahnya menjadi kekuatanku.Dengan segala yang kurasakan, aku akan belajar untuk hidup lebih baik, dan untuk dapat lebih belajar berempati pada orang lain.

Aku akan menjadikannya kelebihan. Dengan pemikiran yang seperti itu, aku bisa menunda kebahagiaanku untuk dapat segera mewujudkan impian dan tujuan hidupku. Mungkin, bagi orang lain aku orang yang menolak kesenangan. Tapi, bagiku aku sedang mengejar “kebahagiaan”. Dengan begitu, aku juga tidak terlalu banyak memiliki keinginan yang macam-macam.

Bahagia itu.....
Bagiku, saat ini,bahagia bukanlah dosa. Hanya saja, kita memang harus berbagi, berbagi kebahagiaan agar kesedihan tidak terlalu berat untuk dilalui. Saat bahagia, mungkin, aku akan mengingat mereka dengan berbagi kebahagiaanku dengan orang-orang di sekitarku yang membutuhkan. Dan dengan mengabdikan hidup untuk masyarakat, akan jauh lebih baik daripada hanya terpaku dan disetir oleh rasa bersalahku.

 Mungkin jauh di sudut hatiku, aku masih takut dan merasa bersalah. Tetapi, apapun itu, aku akan berusaha untuk mengubahnya menjadi kelebihanku. Aku tidak ingin menghilangkannya, karena apapun itu, adalah murni perasaanku dan panggilan dari diriku sendiri. Aku berusaha tidak akan tidak mengindahkannya, dan berlaku seakan tidak ada apa-apa. Aku akan berusaha sebisa mungkin mendengarnya, dan mengubahnya menjadi lebih baik.

Karena perasaan itu, sama seperti energi. Ia tidak akan musnah, tetapi kita bisa mengubahnya menjadi lebih bermanfaat. Dan, jika terus menerus ditekan, maka itu akan menyerang balik diri kita. Lalu, kenapa kita tidak berusaha untuk bersahabat dengannya dan menjadikannya sebagai kekuatan yang besar bagi kita??

Tidak lagi ingin

4/10/2011 2 Comments A+ a-


Dulu, aku hanya berani untuk menginginkan sesuatu. Ya, aku ingin menjadi seseorang yang aku inginkan. Sama seperti kata ...., tokoh utama dalam komik MoonLight Night. Ia berkata, “ Akan sangat menyenangkan ya, jika kita bisa menjadi seperti yang kita inginkan”. Kata-kata itu begitu membekas dalam diriku. Bukan kata mutiara, bukan kata bijak, bukan pula kata-kata indah. Hanya kata yang mewakili hasratku, mungkin juga semua orang. Sejak itu, aku ingin, aku berpikir dan berharap untuk bisa menjadi seperti yang aku inginkan.

Salahkah Bahagia itu?

4/09/2011 0 Comments A+ a-



 Aku adalah anak pertama di keluargaku. Sebelum adik-adikku lahir, aku tinggal di sebuah rumah gedhek (gubuk) kecil yang dikontrak oleh orang tuaku. Aku yang memang memiliki fisik lemah dan sakit-sakitan, dan statusku yang masih anak tunggal, begitu dimanjakan oleh orang tuaku. Sebagai anak tentu saja aku menikmatinya. Meskipun aku tidak dapat mengingat dengan persis perasaan yang aku rasa saat itu.

Bukan Waktu

4/07/2011 15 Comments A+ a-


Seringkali kita berkata, “biar saja waktu yang menyelesaikan masalah”.  Banyak orang yang menyerahkan penyelesaian masalahnya pada waktu. Tapi, bisakah waktu menyelesaikan semua masalah kita?Karena pada kenyataannya, waktu jugalah yang “membuat” masalah kita semakin runyam dan melebar.

Waktu Bukan Penyelesaian
Kita memang membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalah kita. Tapi, masalah itu tidak akan pernah terselesaikan jika tidak ada tekad dari kita untuk menyelesaikan masalah. Justru, saat kita menyerahkan begitu saja masalah kita pada waktu, maka waktu justru akan membuatnya semakin runyam dan sulit.

Lihat saja, adakah masalah yang dibiarkan begitu saja dapat selesai dengan sendirinya?Dapatkah korupsi di Indonesia, ujian akhir kita, diskriminasi, atau masalah-masalah pribadi kita, selesai hanya dengan menyerahkannya pada waktu??Justru saat kita menyerahkan segalanya pada waktu, maka masalah korupsi akan semakin merajalela dan canggih, ujian akhir kita akan hancur, diskriminasi semakin subur, dan masalah-masalah pribadi kita semakin bertambah dan bercokol kuat dalam kehidupan kita.

Waktu bukan penyembuh
Bagi sebagian orang, waktu adalah penyembuh luka. Tapi, benarkah itu?Benarkah luka kita benar-benar sembuh, tanpa bekas, tanpa ada lagi rasa sakit??Kenyataannya?TIDAK!! Luka tidak akan sembuh dengan sendirinya jika kita hanya membiarkan dan menyerahkannya pada waktu. Mungkin, kita bisa melupakan sejenak adanya luka itu, tapi luka itu tidak akan sembuh dengan sendirinya. Luka itu hanya diam, bercokol, mungkin sedang menunggu waktu dan pemicunya. Jika luka itu kembali muncul, maka rasanya tidak akan sama lagi seperti pertama kita terluka. Luka itu justru akan terasa lebih menyakitkan. Bahkan mungkin tanpa kita sadari, luka itu membesar.Dan,  membuat kita “gila”, juga tanpa kita sadari.

Jangan berlari pada waktu
Seringkali, kita mengatakan “waktu akan menyelesaikannya”, hanya untuk lari dari kenyataan. Kenyataan bahwa suatu masalah itu terasa terlau berat untuk kita hadapi. Karena itu, kita tidak lagi ingin menghadapi masalah itu, dan beralasan waktu akan menyelesaikannya. Padahal, seringkali juga saat kita seperti itu, waktu tidak menyelesaikan masalah kita.

Pada akhirnya, saat masalah itu kembali terbakar(baca: memanas), kita akan kebingungan kembali, merasa masalah gak pernah ada selesainya, merasa kita yang paling menderita, dan selalu menjadi korban. Dan, kembali lagi, kita menyerahkannya pada waktu. Walaupun, kita tahu, dan pernah merasakan bahwa itu percuma dan hanya akan mengulangi kesalahan yang sama, dengan bebat yang lebih berat pastinya. Dan, pasti, saat itu pun kita tidak akan mampu mengatasinya, karena pasti akan lebih berat, dan kompleks ditambah dengan masalah-masalah lainnya yang juga muncul seiring waktu. Yang saat ini aja tidak bisa menyelesaikannya, apalagi nanti?

Padahal, kita pasti tahu, tidak akan ada masalah yang selesai kalau tidak ada yang menyelesaikannya. Tetapi tetap saja, sepertinya kita pura-pura tidak tahu. Padahal kita tahu, bahwa hidup itu pasti akan selalu berkembang menjadi lebih maju, dan berarti juga menjadi lebih kompleks dan masalah yang kita hadapi pun semakin bertambah dan semakin berat. Tapi, kenapa tetap saja tidak menyelesaikan masalahnya sekarang, dan menyerahkannya pada “masa yang akan datang”, padahal masa itu pasti akan jauh lebih sulit bagi kita.

Apakah kita menunggu segalanya hancur, baru kita sadari itu? Apakah kita harus menunggu “waktu” kita habis, untuk menyadari itu?Apakah baru saat kita merasakan “penderitaan tak berujung”, baru kita menyesal?Menyesal dan menyesal? Masihkah kita tetap menyerahkannya pada waktu dan lepas tangan terhadap masalah kita?

Kita memang butuh waktu
Kita memang butuh waktu untuk menyelesaikan segala permasalahan kita. Tetapi, bukanlah waktu yang melakukannya. Waktu hanya sarana, untuk menyelesaikan permasalahan kita. Bukan penyelesaian atas segala masalah kita. Tidak ada masalah yang akan selesai dengan waktu, justru akan semakin besar semakin berlalunya waktu.

Waktu menjadi begitu penting dalam penyelesaian masalah kita dan memberikan kita kesempatan. Jika kita berusaha untuk menyelesaikan masalah. Tetapi, waktu dapat membuat masalah kita semakin berat dan rumit, jika kita hanya menunggu waktu. Waktu bisa menjadi “jinak”, jika kita memanfaatkannya dengan baik. Tetapi akan menjadi begitu “liar” saat kita hanya membiarkannya dan “menyerahkan diri” kita padanya.

“Children World”, “The World of Miracle”

4/04/2011 12 Comments A+ a-



ambil foto di warnet, sekalian upload :D

Berasal dari membaca blog “Wonderful Life” ini, saya jadi tertarik untuk menulis ketertarikan dan kekaguman saya pada yang namanya ank-anak. Sebenarnya udah lumayan lama, saya ingin menulis tentang ini, tapi masih tertunda oleh ide-ide saya yang lain. Lah, berhubung ini ada pemicunya juga, sekalian aja deh, ditulis sekarang.

Jika Dewasa Berarti..........

4/04/2011 4 Comments A+ a-


Postingan kali ini hanya untuk mencurahkan isi hati, yang bener-bener lagi marah gak keruan. Maaf jika bikin suasana hati jadi tidak enak.

Aku benci orang dewasa. Aku benci monopoli mereka. Aku benci mereka yang sok tahu. Aku benci mereka yang seakan selalu benar. Aku benci mereka yang meremehkan anak-anak. Aku benci!!!!

"Hidup Kadang Gak Adil", Berarti Tuhan juga?

3/28/2011 3 Comments A+ a-


Nah, saya sudah janji akan membahas tentang hal ini di posting Memilih Berbeda Dengan Menentukan.Akhirnya, ada juga kesempatan buat ngetik ini.

Sering saya dengar orang bilang, “hidup itu kadang gak adil, walaupun begitu.....”.  Sebenernya, saya sedikit sebal mendengar kata-kata ini. Kenapa? Karena sepertinya secara gak langsung mengatakan bahwa Tuhan itu juga kadang gak adil. Koq bisa? Tentu saja. Siapa sih pencipta kehidupan ini? Tuhan kan? Kalo apa yang diciptakan itu kadang gak adil, berarti sama juga donk dengan yang menciptakan. Ciptaan, sedikit banyak juga “menggambarkan” penciptanya,kan?

Bukan Masalah Mudah Atau Sulit

3/23/2011 7 Comments A+ a-



Banyak orang yang mempermasalahkan mudah dan sulit.  Sebagian orang merasa, kesulitan itu hanya karena pikiran, begitu pula dengan kehidupan. Sebagian lagi, merasa kehidupan itu begitu sulit, semuanya terasa sulit. Sepertinya terasa begitu kontras.

Tapi, ayolah,,,,
Kita coba berpikir realistis saja. Hal-hal yang sulit untuk dilakukan itu memang ada, meskipun tidak berasal dari pikiran kita. Misalnya saja, adakah yang mampu mengatakan mudah untuk masalah-masalah yang seperti ini :

Dapat Award, Lagi

3/22/2011 4 Comments A+ a-

Postingan sambil nunggu download-an, hehe....Kebetulah dapet award lagi dari dhita. Mumpung ada waktu, di posting aja ah......
ini awardnya, lucu yah.....hehehe.... :D








Buat dhita, makasih yah, udah ngasih award lagi. Nah, sekarang aq udah dapet 3 award. Ada yang mau ngasih aku lagi? (ke-pede-an,wkwkwk.....) :p

2nd day

3/21/2011 9 Comments A+ a-



Nah, ini lanjutannya, hari kedua aku kerja. Panjang-panjang yah?Tapi, aku bakalan seneng banget deh, kalo ada yang baca dan koment, apalagi kalo kasih saran, hehe..... Silakan membaca kisah selanjutnya....... ^^

Day 2
 Tahukah anda? Sepulang kerja pada sore hari pertama saya kerja, banjir rumah saya sudah mulai surut. Namun, kebanjiran lagi di malam harinya. Dan, terus berlanjut sampe keesokan harinya (Jadi, selama 3 hari rumah saya kerendem banjir – jadi danau musiman dah, kalo musim ujan)

My 1st Day

3/18/2011 4 Comments A+ a-


Beberapa waktu lalu, aku cerita, aku akan kerja  magang di MTs.nah ini nih ceritanya. Soalnya, hari sabtu-minggu kemarin itu hari pertama dan kedua aku kerja (>.<). Sebenernya dulu udah pernah magang sih, waktu ambil mata kuliah kerja praktek di kampus, tapi belum berasa kayak kerja beneran.

Pada awalnya waktu aku ke sana untuk tanya-tanya dan liat-liat tempatnya, sang kepsek bilang kalo ternyata lowongan untuk guru TIK itu gak ada. Jadi, kalo aku mau, bisa nempati jadi TU bagian manajemen. Truz, aku tanya,”kerjanya kaya gimana,pak?”. Kata bapaknya sih, bikin berhubungan dengan ngurus surat menyurat lah (sekolah ini masih baru banget berdirinya, makanya masih perlu banyak yang diurus). Nah, pikirku mending deh, dari pada ngajar. Walaupun kalau ngurus-ngurus itu mungkin ribet juga, tapi pikir entar-entar aja lah. Pikirku, kalo’ gak ngajar kan berarti gak ada sesuatu yang secara khusus harus disiapin.

Oke, seminggu kemudian....Dan, inilah kisahnya......................Terere reret........

My 2nd Award

3/16/2011 4 Comments A+ a-

ini nih awardnya ^^

Saya dapet award lagi, dari Immanuel Lubis. Aku baru aja jadi readernya, tapi udah dapet reward, makasih ya.....

Nah, berhubung masih baru, dan belum ubek-ubek banyak di blognya. Postingan yang aku baca juga masih sedikit, itu pun cuma label-label tertentu dan kebanyakan juga postingan yang udah cukup lama. Plus sekarang jarang banget blogwalking (krn lagi TA),sehingga jarang juga bisa baca postingan yang lain (hua....jadi ketinggalan banyak). Jadi yah, mungkin cuma bisa memberikan review sedikit aj, hehe...

  • Nuel, sekarang lagi mengerjakan skripsi, sama dengan saya yang juga sedang mengerjakan tugas akhir. Tapi, walaupun gitu, dia masih lmyan aktif ngeblog lo....Walaupun, sepertinya ada masalah, sehingga dia berencana untuk hiatus (tetep ngeblog aja, cuma sedikit dikendalikan aja emosinya waktu nulis).
  • Tulisannya itu enak dibaca, udah gitu gedhe lagi. Puas deh pokoknya. Gak terlalu bikin puyeng. 
  • Dari beberapa review yang lain, aq juga baru sadar kalo ternyata tulisannya itu cukup blak-blakan. Dan, yah, memang begitu. Tapi, walaupun begitu, tulisannya itu enak dibaca koq. beneran deh. Gak berat, dan yah gtw, pokoknya enak dibaca.
  • Dia itu figur dengan yang namanya Raditya Dika, katanya gaya tulisannya banyak terpengaruh ama si Raditya Dika ini.
Begitulah beberapa gelintir hal yang  saya tahu soal Immanuel Lubis dengan blognya Immanuel'S Notes. Maaf ya, baru bisa posting sekarang, soalnya kemaren-kemaren masih sibuk dengan TA. Ini kebetulan ada dosen ijin, jadi ada waktu lowong, langsung aja deh dipake buat posting award Hehehe.... :D







“My World”,”My Imaji”

3/12/2011 9 Comments A+ a-

Ehm....Niat pingin postingin hasrat ide yang ada di otak ini, tapi koq waktunya gak cukup. Jadi, pingin cerita tentang sesuatu aja deh (ya iyalah sesuatu, emang apalagi?). A story when i was kid, may be until now.... :p

“My world”, mirip dengan nama blog ini ya?Tapi, gak cerita ini tidak terlalu ada hubungannya juga dengan judul blog ini. My World yang akan saya ceritain di sini, mungkin bisa dibilang adalah dunia khayalan saya. Ya, “dunia” tempat saya dulu lari dari kenyataan. Seperti saat Dave Pelzer kecil yang teraniaya oleh ibu  kandungnya sendiri, dan membayangkan dirinya menjadi superman, begitu tegar dan kekar, tiada tandingan,terbang ke angkasa yang bebas. Tapi, berbeda dengan khayalan dave, rasanya milikku ini cukup "plain-plain" saja.

TA Oh TA......

3/04/2011 10 Comments A+ a-

Sepertinya untuk selanjutnya saya lagi-lagi akan jarang posting ke blog ini deh. Soalnya, lagi sibuk dengan pengerjaan Tugas akhir(TA), juga tugas dan proyek-proyek di kuliah yang semakin seabrek.Keputusan mengambil TA bersama total sks yang 23 itu emang gak gampang.

Plus, ketambahan kuliah 0 sks yang lagi dikebut, langsung 4 mata kuliah. Kuliah 0 sks itu, kuliah khusus yang sebenernya ditujukan untuk pengembangan diri. Modelnya sih kayak seminar-seminar gitu, tapi ada tugas-tugas makalahnya juga. Mata kuliah 0 sks ini ada achievement, leadership, managerialship, dan

Yah, nominal sih 0, tapi  gak bisa wisuda kalo gak lulus semua mata kuliah 0 sks itu (ini yang nyebelin --").Yang nyebelin lagi, masuknya jam setengah 7 pagi, terus malemnya juga ada, jam setengah tujuh malam. Jadi ngerasa waktu untuk ngerjain tugas-tugas kuliahku terbuang cuma-cuma. Belum lagi tugas-tugasnya. Hem....Tapi, yah salah sendiri sih, dulu ngeremehin kuliah 0 sks ini. Sekarang harus ngebut nyelesein sekarang harus nyelesein semuanya biar bisa wisuda tepat waktu (hasil dulu yang gak niat kuliah).

Memilih Berbeda Dengan Menentukan

3/02/2011 5 Comments A+ a-

Hidup itu pilihan

Sering kita dengar orang berkata,”Aku tidak memilih untuk dilahirkan miskin, cacar ataupun kekurangan lainnya”. Sering kali, dalam pikiran kita pengertian memilih menjadi ambigu dengan menentukan. Hingga seringkali kita terpaku pada apa yang terjadi pada kita, dan cenderung menyalahkan perbedaan. Lalu, apa sih sebenarnya memilih itu?
Kita selalu menginginkan apapun sesuai dengan apa yang kita inginkan. Wajar saja sebagai manusia, memang seperti itulah sifat manusia. Tetapi, seringkali kita hanya menginginkan hal itu terjadi, tanpa ada konsekuensi apapun. Saat segalanya tidak sesuai dengan keinginan kita, seringkali kita jadi menyalahkan keadaan, “bukan aku yang memilih, ini terjadi begitu saja”.  Lalu, kita bisa lepas tangan dan membiarkan semua terjadi, begitu saja. Karena, bukan kita kan yang memilih?

Sang Pesimis , Sang Optimis, dan Sang Realis

2/28/2011 13 Comments A+ a-


Banyak orang berpikir menjadi pesimis itu bener-bener jelek. Menjadi optimis jauh lebih baik. Gak salah sih, bener malah, emang terbukti seperti itu. Tapi, (sebagai tipe orang pesimis) gak semua orang bisa dengan mudah berubah dari pesimis menjadi optimis, dan meninggalkan segala kepesimisannya. 

Itu karena seorang pesimis pun memiliki alasan untuk memilih menjadi sang pesimis. Begitu pula dengan sang optimis dan sang realis. Mereka memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memandang sebuah permasalahan.


Kombinasinya
Pasti banyak yang berpikir bahwa kombinasi dari sang pesimistis, sang optimistis dan sang realistis itu bakalan sangat kacau. Gimana nggak? Sifat mereka kan saling berlawanan. Tapi, coba deh baca kata-kata ini:

“ The pessimist complains about the wind; The optimist expects it to change; The realist adjust the sails”
By William Arthur Ward

“Sang pesimis komplain mengenai anginnya ; Sang optimis mengharapkan angin itu berubah; Sang realis menyesuaikan layarnya”

Saya menafsirkan kata-kata itu, sebagai bentuk “kerja sama” dari sang pesimis, optimis dan realis. Tapi, apa iya, hal itu realistis dapat terjadi? Tentu saja hal itu realistis dapat terjadi. Pada dasarnya ketiga tipe ini pun tidak berkontradiksi, hanya memiliki “cara” yang berbeda dalam memandang sebuah permasalahan.

Sang optimis, yang percaya bahwa segalanya akan menjadi baik pada akhirnya, dan terus mengharapkan perubahan kearah yang positif.Seringkali berusaha untuk tidak memandang pada resiko-resiko yang akan terjadi. Sedangkan, sang pesimis, ia begitu “berhati-hati”, ia menganalisa segala kemungkinan resiko sebisanya, dari yang terkecil hingga yang paling ekstrim, ia terbiasa menganalisa keadaan. Mungkin sang pesimis ini bukan tidak percaya akan keberhasilan, dia hanya tidak tahu caranya.Sedangkan sang realis, ia memilih tindakan-tindakan yang memang pasti akan mampu ia lakukan. Karena jika terlalu tinggi, ia beranggapan hal itu tidak mampu diraih.
Masing-masing memiliki sudut pandangnya sendiri-sendiri. Seperti yang pernah aq bahas pada postingan Beda, koq jadi kambing hitam?, bahwa yang kita butuhkan adalah memadukan sudut-sudut pandang yang berbeda agar dapat memiliki pandangan yang utuh dalam suatu permasalahan. Dengan begitu, kita akan mengetahui, bagian-bagian mana saja yang kurang tepat dari sudut pandang kita, dan mengubahnya untuk menjadi lebih baik, dan tentunya menyelesaikan permasalahannya.

Yang harus dipahami oleh sang optimis, adalah bahwa kita butuh untuk mengerti segala resiko yang terjadi, bukan untuk membuat kita menjadi pesimis, tetapi untuk mengatasinya. Begitu pula dengan sang pesimis, juga harus menyadari bahwa  segala resiko yang ia analisa tidak akan menyebabkan kegagalan jika ia melakukan dan menyiapkan sesuatu untuk menghadapinya, dan dengan begitu segalanya mungkin terjadi. Pun, dengan sang realis, ia harusnya menyadari bahwa target yang tinggi bukan berarti ga mungkin, tapi justru membutuhkan analisa resiko dan tingkat  penanganan yang tinggi pula. Dengan begitu, segalanya akan mungkin terjadi.

Tanpa Sang Pesimis, mungkin yang lainnya tidak menyadari resiko yang disebabkan oleh kondisi-kondisi itu, bisa jadi juga bahkan tidak menyadari ada masalah. Tanpa  Sang Optimis, mungkin mereka akan kehilangan harapan untuk melalui masalah itu. Dan tanpa sang Realis, mungkin mereka hanya bergelut dengan masalah-masalahnya sendiri. Setiap tipe memiliki tempatnya sendiri-sendiri di dunia ini. Just like ourselves ^^

Bukankah, kerjasama yang terjadi antara mereka akan luar biasa,? Sang optimis menjadi pembakar semangat dan motivasi mereka, sang pesimis yang menganalisa setiap kemungkinan dan sang realis yang menyiapkan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah-masalah itu. Itu menjadi tim yang sangat baik bukan?

Mungkin, kita tidak semua orang harus berubah menjadi begitu optimis. Mungkin, kita hanya butuh “menyeimbangkannya” dan “menyadarkan”, agar tidak menjadi terlalu ekstrim. Dan, memanfaatkan kelebihan yang ia miliki. Toh, kita tidak bekerja dan hidup sendirian di dunia ini. Kita memiliki keluarga, sahabat, partner, yang bisa membantu kita untuk menyeimbangkannya, jika sewaktu-waktu kita menjadi begitu ekstrim dengan cara berpikir kita. Jika kita mengubah setiap orang menjadi optimis, mungkin kita akan kehilangan para analis-analis resiko yang hebat, juga para problem solver dari setiap masalah di dunia.

Sang Optimis, Pesimis, dan Realis dalam diri kita

Saya percaya, setiap orang memiliki sisi optimis, pesimis dan realis dalam dirinya masing-masing. Sisi-sisi ini seringkali bersinggungan ketika kita menghadapi masalah. Sebagian merespon dengan menghilangkan “bisikan sang pesimis dan realis’, dan memilih “sang optimis”. Sebagian lagi merespon dengan menghiraukan “bisikan sang pesimis”, dan memilih untuk mundur. Sebagian lagi memilih untu menghiraukan “bisikan sang realis”, dan memilih untuk melakukan yang pasti bisa ia lakukan.

Tetapi, seperti halnya dengan kerjasama ketiga tipe ini yang saya jelaskan tadi, ketiga sisi ini dalam diri kita pun dapat bekerja sama. Kita memberi pengertian pada sisi optimis, pesimis dan optimis dalam diri kita agar mereka dapat bekerja sama. Dengan begitu, bukankah kita juga akan mendapatkan hasilnya yang luar biasa?
Memang, mungkin saja kita gak bisa lepas dari “kecenderungan” kita untuk menjadi lebih optimis, lebih pesimis, atau lebih realis. Tetapi, asal kita dapat memadukan ketiganya dalam diri kita, itu jauh lebih baik daripada cenderung ke salah satu secara ekstrim. Pun, dengan begitu kita juga bisa memahami tipe orang-orang yang pesimis, optimis dan realis, dan tidak men-judge mereka dan memaksa mereka menjadi salah satu yang menurut kita terbaik. Kita bisa mendengar dan mempertimbangkan segala saran dari mereka.

Dan, kembali lagi dengan kecenderungan kita, kita tidak perlu terlalu khawatir, karena orang-orang yang di sekitar kita akan menyeimbangkannya. Dan dalam kehidupan ini, kita memang akan selalu bekerja sama dalam menghadapi setiap permasalahan bersama. Tidak mungkin kan, kita menyelesaikan segala permasalahan di dunia ini sendirian? Jadi, tidak ada salahnya untuk menyandarkan dan mengandalkan orang lain untuk “menyeimbangkan” diri kita. Karena memang itulah kenapa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, karena mereka memang saling membutuhkan. Sehingga, kita bisa memadukan segala kelebihan dan kekurangan kita dengan orang lain, untuk menemukan dan memberikan solusi yang terbaik


Jadi Realistis, Bukan Terperangkap Oleh Realita

2/26/2011 9 Comments A+ a-


Selama ini, kita beranggapan bahwa menjadi “realistis” berarti memiliki target yang sudah pasti akan kita capai. Jika target itu sulit untuk dicapai, atau tidak biasa untuk dicapai, maka akan disebut gak “realistis”, bahkan beberapa mengatakan itu cuma mimpi, gak akan bisa dicapai.Jadi, pilih yang pasti-pasti aja lah, gak usah yang terlalu tinggi. 
Umumnya, orang memilih untuk menjadi “realistis” karena takut kecewa saat apa yang diinginkan tidak tercapai, “semakin tinggi jatuhnya, semakin sakit jadinya”. Itulah paradigma yang sering dipegang, karena itu lebih baik bagi mereka untuk meraih apa-apa yang memang mungkin dicapai oleh orang-orang biasanya. Entah benarkah itu realistis, ataukah itu hanya alih-alih menjadikan orang sama seperti mereka, ataukah “kasihan” pada kita?

"Kacho Kako" NicknameQ

2/25/2011 8 Comments A+ a-


Aneh ya, nicknameQ, kacho. Gak jarang ada yang ngira aq itu cowo gara-gara nicknameQ. Sering banget jadi menimbulkan kesan aneh. Wajar aja sih, secara, pelafalannya mirip dengan kata-kata yang artinya itu gak bagus (dan memang itu artinya). Pernah, aq chat ama orang maldives, katanya, dalam bahasanya itu berarti kambing (duh!jelek amat yah?). Pernah juga, kalo gak salah ama orang jepang(atau WNI yang tinggal di jepang yah?Lupa), katanya itu istilah untuk kepala pabrik(Lagi-lagi gek keren amat yah?). Mungkin aneh juga sih (memang aneh!), udah tau artinya jelek, kenapa juga masih dipake, masih bagusan arti namanya sendiri.

Aq suka nickname kacho, karena unik aja. Jarang kan ada orang nicknamenya gitu?Apalagi memang gak terlalu meleset dengan sifatQ yang sangat ceroboh ini(loh,koq bangga?).Padahal sebenarnya, gak ada lo maksud temen-temenQ untuk ngatain aq kacho.Cuma kebetulan aja, jadi mirip akata “kacau” pelafalannya.
Ceritanya gini: 

Curhat Geje

2/25/2011 2 Comments A+ a-


Beberapa hari ini, aku bertemu hal-hal yang mengingatkanQ pada alm. papaQ. Beliau meninggal tahun lalu, karena kecelakaan. Kadang aneh buatQ -entah apa karena aq gak bisa menerima kenyataan atau apa- aq tidak merasa ayah gak ada. Bahkan, aq jarang meneteskan air mata untuk itu. Mungkin benar juga, karena aq jarang bertemu dengan ayah. Sejak kecil pun aq juga lumayan sering ditinggal di rumah. Ok, yang ini sampe di sini dulu.
Hari Selasa lalu, ada acara di kampus, dramanya para dosen. Tapi, bukan acara ini yang mengingatkanQ pada ayahQ,melainkan sebuah video yang sempet diputer waktu itu. Pada awalnya, video itu memunculkan 2 orang pria, seorang ayah yang sudah renta, dan anak lelakinya. Di video itu, sang anak sedang membaca koran.Sementara itu, sang ayah terus bertanya tentang seekor burung yang ada di sekitar mereka,” Burung apa itu?”, tanya sang ayah berkali-kali menunjuk pada burung itu dengan kata-kata yang sama. Pertama, anak itu menjawab dengan sabar,”Itu burung gereja, ayah”. Menjawab yang kedua kalinya, ia mencoba untuk menahan emosi.Lalu, pada yang ketiga kalinya, ia menjawabnya dengan nada marah. Ia mengatakan,” Itu burung gereja,ayah! Aq sudah mengatakannya dari tadi,kan?”.

Benci dan Cinta

2/23/2011 10 Comments A+ a-

Ehm...judulnya sama dengan postingan seorang temen di blog ya....hehe....Maaf ya, aq comot judulnya.Tapi, pembahasannya sedikit berbeda koq.

Seringkali yang ada di pikiran kita tentang cara mencintai adalah dengan memanjakan, menyayangi, memuji, menyenangkan, dan lain-lain yang sejenis.Sedangkan cara membenci adalah dengan menyusahkan,mencaci,membuat menderita, menjauhi, menekan,menyingkirkan dan lain-lain yang juga sejenis. Karena dua cara yang sangat berkontradiksi inilah, cinta itu dipuja-puja dan benci dicaci-maki. Cinta dianggap yang terpenting,terbaik,dll lah.Sedangkan, benci,seperti halnya orang membenci, mencaci dan menjauhi,juga menekan

Tetapi, bukankah benci pun adalah bagian dari diri manusia?Bukankah dalam kehidupannya, manusia wajar jika pernah membenci?Bukankah, bagi orang-orang yang mengagungkan cinta, kebanyakan mereka juga menyimpan kebencian dalam hatinya?Mereka pun membenci yang namanya kebencian?

Kejahatan harus kalah??

2/21/2011 5 Comments A+ a-

Sering kita dengar kata-kata yang intinya begini,”Pada akhirnya kebaikan akan menang, dan kejahatan lah yang  akan kalah”. Tidak sepenuhnya salah sih, tapi aku merasa kadang kita jadi merasa begitu bernafsu “mengalahkan” kejahatan.Lihat saja dari tayangan-tayangan sinetron, atau film kartun anak-anak.Terkesan seakan yang namanya kejahatan, orang jahat, itu harus dimusnahkan, disingkirkan.

Tapi, rasanya itu seperti penghakiman secara sepihak aja . Padahal orang jahat itu selalu ada sebabnya,kan?Yah, walaupun memang, ada orang yang bener-bener sangat jahat, sampe rasanya sulit percaya kalo orang itu manusia(baca : “jahat”).Tapi, yang saya maksud lebih pada penyikapan kita pada orang yang kita anggap “jahat”, meskipun jahatnya tidak separah dengan orang “jahat”yang aku sebutkan sebelumnya.

Perbedaan,Koq jadi Kambing Hitam?

2/19/2011 5 Comments A+ a-

 


Akhir-akhir ini isu perbedaan banyak dipandang sebagai sumber konflik.Banyak yang berpikir bahwa perang seringkali dipicu oleh perbedaan.Karena itulah, sepertinya banyak orang yang sedikit banyak “was-was” dengan perbedaan.Ada juga kata-kata yang intinya,’saat bersama-sama dengan berbagai orang,hilangkanlah perbedaan’.Dengan kata lain, kata-kata itu seakan memandang perbedaan jika tetap dipertahankan maka akan menyebabkan malapetaka(masalah), makanya harus dihilangkan agar masalah itu gak terjadi.Adaptasi lingkungan pun seringkali dimaknai untuk menjadi sama dengan tempat lingkungan kita berada.

Pengalaman Pertama Dapat Award

2/18/2011 10 Comments A+ a-



Hohohoho.....Seneng juga dapet award, walaupun mungkin lmyan kebetulan.wkwkwkwk.....

Ini blog sebenernya udah melewati "mati suri", udah berpa taun ya gak ngejamah ini blog.Walaupun udah nemu banyak yang pengen ditulis, tapi gara-gara tugas kuliah yang menumpuk plus berbagai masalah silih berganti, jadi lupa ama ini blog.Tapi, akhirnya hasrat kembali juga liatin sohibQ,yenny, aktif ngeblog juga.Dan, akhirnya, jadilah beberapa post terbaru, yang sebenernya gak terlalu penting juga sih.

Manusia normal, ada gak sih??

2/17/2011 9 Comments A+ a-

(Lanjutan dari,”Normal,Apakah itu?”)

Dari posting saya sebelumnya,"Normal,Apakah itu?", ternyata ada misunderstanding mengenai maksudnya.Melalui posting ini saya akan mencoba untuk menjelaskan lebih dalam lagi mengenai normal.Konteks permasalahan normal ini adalah manusia sebagai seorang manusia.Berikut kutipan dari posting saya sebelumnya :
Normal, adalah kondisi dimana sesuatu itu memang wajar terjadi.Bukan karena terbiasa, melainkan karena memang itu adalah yang seharusnya terjadi.Normal adalah kondisi, dimana sesuatu itu dipengaruhi “variabel-variabel default”,bukan “variabel-variabel khusus”.Normal adalah kondisi universal.Normal adalah sesuatu yang memang benar.

Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa “manusia normal” adalah manusia yang benar-benar benar. Dalam artian, manusia itu adalah manusia yang benar-benar sesuai “standar”, tidak ada “melenceng”-nya sama sekali. Namun, adakah manusia yang seperti itu?Pada kenyataannya tidak ada manusia yang benar-benar sesuai “standar”  dan selalu stabil.Jadi,apa iya gak ada “manusia yang normal” di dunia ini?

Otak Kanan cs Otak Kiri

2/16/2011 3 Comments A+ a-

Fungsi kedua bagian otak kanan dan kiri ini sangat berbeda, bahkan terkesan cenderung saling berkontradiksi.Banyak orang yang cenderung “memisahkan” dan membatasi fungsi dan kinerja masing-masing.

Selama ini, kedua fungsi otak ini dipandang hanya per bagian saja, bukan sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Sehingga banyak yang sepertinya lebih men-“spesial”-kan salah satunya. Padahal, sebuah sistem yang sangat sempurna seperti diri kita ini, tidak seharusnya memiliki kontradiksi yang saling “bertabrakan”, tetapi seharusnya satu sama lain saling mendukung dan melengkapi, sehingga terbentuk manusia dengan berbagai “keterbatasan” yang “tidak terbatas”.


Otak kiri dikenal bekerja dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, perbedaan, urutan, linear, detail, rapi, analitis, matematis dan terstruktur. Orang dengan kecenderungan menggunakan otak kiri seringkali dianggap sebagai orang yang konservatif, kaku dan tidak kreatif. Karena itulah, banyak yang beranggapan orang-orang seperti ini lebih cocok berkarir dalam bidang sains, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pasti, dan terperinci.

Sedangkan, otak kanan lebih identik dengan hal-hal yang berhubungan dengan kreativitas,imajinasi, ruang, persamaan, emosi dan holistik. Banyak yang beranggapan bahwa orang-orang yang memiliki kecenderungan menggunakan otak kanan itu bebas dan kreatif. Karenanya, lebih cocok untuk berkarir dalam bidang seni, yang cenderung “bebas” dan penuh dengan “imajinasi”.

Dominasi otak, minat dan kemampuan seseorang
Tapi, tahukah Anda,bahwa seorang Albert Einstein,yang terkenak dalam bidang sains,adalah orang yang cenderung menggunakan otak kanannya?? (Berdasarkan beberapa literatur yang saya baca) Padahal seperti yang dibahas di atas, bahwa dunia sains, adalah dunia yang identik dengan otak kiri. Hal ini sudah membuktikan bahwa, kecenderungan menggunakan bagian otak kiri ataupun kanan, tidak membatasi kemampuan seseorang dalam sebuah bidang. Tapi, bagaimana bisa?

Berdasarkan beberapa sumber yang saya baca, dan menghayati cara berpikir pada beberapa orang, dan diri saya sendiri, saya menemukan sesuatu. Otak bekerja secara simultan, tidak sendiri-sendiri. Kedua belahan otak ini, dalam melakukan pekerjaannya saling bekerja sama dan terus “berhubungan” satu sama lain. Logika membutuhkan imajinasi dalam prosesnya. Begitu pula sebaliknya, karya-karya imajinatif yang luar biasa, juga pasti membutuhkan logika dalam rangka perwujudannya.

Dalam dunia sains yang rumit, pasti akan dibutuhkan kesadaran ruang yang juga tinggi. Karena hukum alam tidak hanya saling berhubungan dalam satu garis lurus. Tetapi, merupakan sebuah “dimensi”, yang terdiri dari kumpulan garis-garis lurus,di mana garis-garis ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Tanpa memahami secara keseluruhan “dimensi” tersebut, tidak mungkin dapat mempelajari dan menemukan hukum-hukum alam yang luar biasa. Dalam memahami sesuatu dalam keseluruhan pun, dibutuhkan untuk memahami hal tersebut secara detailnya. Dalam memahami keseluruhan pun  tidak harus melihatnya dari "gambar besar"-nya terlebih dahulu, bisa juga dengan menyatukan potongan-potongan “puzzle” yang menyusun sebuah “gambar”.

Menurut saya, perbedaan ini tidak berdampak pada kemampuan seseorang dalam suatu bidang. Tidak pula menjadi parameter bahwa seseorang pasti memiliki semua kemampuan yang dimiliki oleh belahan otak yang ia biasa gunakan. Juga tidak bisa menjadi satu-satunya parameter minat seseorang.

Perbedaan ini hanya berpengaruh pada “alur” berpikir seseorang saja. Namun, bukan berarti tidak dapat menghasilkan kemampuan yang “setara” dengan yang lainnya. Begitu pula kecenderungan seseorang pada satu belahan otak, tidak berarti dia memiliki semua kemampuan belahan otak tersebut. Tetapi , yang menjadi kemampuannya, adalah apa yang ia latih menggunakan belahan otak tersebut,tidak semuanya.Tidak semua orang yang berkecenderungan menggunakan otak belahan kiri itu benar-benar logis,juga tidak semua orang yang cenderung menggunakan otak belahan kanan itu kaya imajinasi.

Begitu pula dengan minat seseorang, minat tidak hanya ditentukan oleh besarnya potensi seseorang dalam suatu bidang. Tetapi keseluruhan dari orang tersebut, pengalaman, kemauan, ketertarikan, kesukaan, impian, kebutuhannya dan lain-lain.

Untuk melatih keseimbangan penggunaan kedua belahan otak, saya kira tidak perlu memaksakan seseorang untuk memiliki “kadar” yang sama satu sama lain. Cukup melatih, mengarahkan dan mencari cara agar “alur” itu dapat menemukan “cara” yang benar. Dengan begitu, pemikiran kita juga akan terlatih, dan dapat menemukan “style” berpikir kita sendiri. Tidak perlu meniru orang lain untuk “berkarya” setara dengan orang tersebut,kan? Karena kita semua punya keunikan masing-masing, tidak perlu memaksanya untuk menjadi sama, karena dengan masing-masing itu kita masih bisa mendapatkan yang sama.