Reality and Fantasy

12/12/2014 2 Comments A+ a-

Saya banyak belajar kehidupan dari fantasi dan kenyataan, saya pernah bercerita riilnya di postingan ini. Saya tidak banyak belajar kehidupan dari orang di sekitar saya, karena bagi saya saat itu, orang dewasa di sekitar saya terlalu mengecewakan untuk dijadikan panutan. Dan memang tidak ada yang secara khusus mengajari saya tentang banyak hal. Pelajaran yang paling saya ingat adalah saya dihukum karena melakukan kesalahan yang saya tidak tahu bahwa itu salah, dan bahkan tak ada seorang pun pernah mengatakan pada saya sebelumnya bahwa itu adalah perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan.

Saya lebih banyak belajar dari fantasi. Dunia 2 dimensi dalam anime ataupun komik. Atau yang sedikit lebih canggih, dunia 3 dimensi dalam film dan drama. Dari dunia-dunia fantasi itulah saya belajar: keindahan dunia.

Kemudian, saat saya berhadapan dengan realitas seringkali saya "ditampar" oleh realita di sekitar saya. Bahwa, dunia nyata tidaklah sama dengan dunia fantasi. Dunia fantasi diciptakan oleh manusia, sang pencipta bisa saja membuat semua "faktor" penyelamat datang dan jadi "klop" sesuai dengan ending yang diinginkannya, manusia yang membuatnya sesuai keinginannya.
Tapi kenyataan tidak bisa begitu. Tidak ada keajaiban yang akan tiba-tiba datang menyelamatkan kita. Tidak hal yang akan jadi "klop" dengan mudahnya dan masalah yang bisa terselesaikan begitu saja.

Tapi, berkat tamparan itulah saya belajar. Saya belajar bahwa ada perbedaan antara fantasi dan realitas. Saya belajar bahwa di dalam realitas tidak hanya ada hal yang indah, tetapi juga buruk. Tidak selalu akhir itu bahagia, ada juga yang sedih bahkan tragis. Tapi, ada juga hal yang lebih baik di kenyataan daripada dalam fantasy, paling tidak tidak ada serangan alien,zombie dan robot dalam kenyataan sekarang ini :p

Saya tidak menganggap bahwa kemudian fantasi hanyalah kebohongan belaka tanpa ada manfaat apapun. Ada tujuan tuhan menciptakan kemampuan bagi manusia untuk berfantasi. Salah satunya yang saya tahu setelah membaca kisah Dave Pelzer, adalah bahwa fantasi ini membantumu untuk bertahan di saat-saat terburuk dalam hidupmu. Fantasi ini membuatmu memiliki harapan dan tidak putus asa, sehingga memacu kita untuk terus berusaha.

Memang harapan tidak akan cukup mengubah apapun jika kita tidak melakukan apa-apa untuk mewujudkannya. Tapi yang ingin saya tekankan disini, adalah bagaimana kita menyikapi fantasi dan harapan tersebut.

Ada kalanya kita begitu tidak ingin putus asa sehingga menganggap bahwa dunia ini harus dan akan menjadi sesempurna dunia fantasi,"semuanya indah". Tapi, kau tahu? Tidak ada hal yang seperti itu di dunia ini. Maka pahami dan terimalah realita ini apa adanya, sehingga anda tidak terjebak dalam fantasi akan dunia yang sempurna. Karena seperti yang saya sampaikan dalam postingan "Sosok Yang Sempurna", kesempurnaan adalah hal yang tidak mungkin dicapai oleh manusia. Titik terjauh yang bisa dicapai manusia adalah "Yang terbaik", mungkin titik yang dekat dengan sempurna. Mungkin sama dengan lagunya letto,"Almost", itulah titik terjauh yang bisa kita capai. Toh, kita juga tidak mungkin bisa mengendalikan freewill seluruh umat manusia untuk menuruti ambisi kita mewujudkan dunia yang sempurna.

Jika kita tetap bersikeras mewujudkannya tanpa memahami batas diri kita sendiri, suatu saat dimana kita menghadapi kegagalan sekian kalinya untuk mewujudkan dunia yang sempurna. Bahwa sekeras apapun mencoba akan selalu ada cacat yang ditemui, lagi dan lagi. Yang saya khawatirkan adalah kita bisa menjadi sangat muak berusaha keras hanya untuk bertemu kembali dengan kegagalan dan kemudian berubah 180 derajat menjadi orang yang apatis terhadap apapun, seperti seseorang yang pernah saya kenal. Dan saya sangat menyayangkan jika itu terjadi pada banyak orang. Karena mereka sebenarnya adalah orang-orang yang sangat berharga bagi dunia ini.

Saya tidak hendak menjadikan anda pesimis terhadap realita dunia ini. Tapi adalah kenyataan bahwa disamping keindahan dunia, juga ada sisi gelapnya. Dan meskipun manusia diciptakan untuk menjadi "Khalifah Fil Ard", tetapi manusia itu terbatas, sangat terbatas. Hendaknyalah kita menyadari keterbatasan tersebut. Seperti yang pernah saya sebutkan dalam postingan lainnya, menyadari dan menerima keterbatasan bukan berarti kemudian menjadi sama sekali terbatas. Bukan. Tapi dengan kita penerimaan itulah, kita bisa lebih menghargai diri kita sendiri, tidak menuntut berlebihan pada diri sendiri dan menikmati kebahagiaan. Karena bersikap baik terhadap diri sendiri juga amanah dari Tuhan loh. Kita dikasih wadah berupa tubuh ini kan juga harus diperlakukan dengan baik, bukan untuk terus-terusan dituntut dengan hal yang diluar batasnya. 

Saya juga tidak menganggap bahwa dunia ini tidak akan pernah bisa menjadi lebih baik. Saya masih punya harapan untuk itu.Saya pun masih percaya terhadap "fantasi". Hanya saja, akan lebih baik jika kita menyesuaikan impian kita dengan realita. Apa yang dimungkinkan dan yang tidak mungkin. Baru kemudian membangun sebuah "fantasi", impian yang sesuai dengan realitas. Yang mungkin untuk diwujudkan. Yang saya percaya, tempat dimana semua hal akan menjadi sempurna hanyalah 1, yaitu Surga. Bukan di dunia kita saat ini.

Karena, saat kita terlalu tinggi berfantasi, mungkin kita akan terjatuh terlalu keras untuk bisa bangkit lagi saat kita menyadari bahwa kaki kita sudah tidak lagi ada di bumi. Karena itulah, silakan bermimpi setinggi apapun, tapi jangan lupa untuk memijakkan kakimu pada realita.

"Aku belajar tentang Harapan dari Fantasi. Dan aku belajar sejauh mana fantasi dapat terwujud dari dari realita. Realita tempatku mewujudkan Fantasiku. Dan Fantasi tempat aku menyimpan harapan dan 'realita' masa depanku"

K

My Hero(es), My History, My Life

12/09/2014 4 Comments A+ a-

Ini adalah sebuah kisah, tentang sejarah hidupku dan "pahlawanku".

My History, My Life
Dulu, saya sering bertengkar dengan orang tua saya, terutama ibu saya. Sejujurnya, saya tidak merasa sebagai anak durhaka. Saya hanya merasa mereka tidak memahami saya, dan saya ingin dipahami. Saya selalu merasa iri dengan kisah-kisah keluarga harmonis dan ideal yang saya lihat di iklan atau tv. Orang tua yang bisa menerima dan memahami anaknya, dll. Saya selalu bertanya-tanya, kenapa keluarga saya berbeda dengan mereka? Apa nanti akan berubah menjadi seperti itu?
Hingga sekarang masih tidak.

Sebenarnya kondisi keluarga saya tidak terlalu buruk sih. Mungkin karena memang saya memiliki karakter berbeda dari kebanyakan orang di lingkungan saya, makanya banyak yang kesulitan memahami saya. Stigma "aneh" dan "alien" sepertinya sudah biasa bagi saya, entah di lingkungan keluarga inti, besar, sekolah ataupun teman-teman saya.

Ada kalanya saya bisa menghabiskan waktu dengan orang tua saya dengan menyenangkan, meski biasanya tidak akan lama, mungkin hanya beberapa jam sebelum berakhir menjadi pertengkaran. Ya, seingat saya, hampir setiap hari saya bertengkar dengan ibu saya. Yang sekarang saya ketahui, ternyata memang kami punya kepribadian yang cukup bertolak belakang. Sejak saya SMA kelas 2, hubungan kami membaik. 

Saat kecil, saya sering menghabiskan hari-hari saya di kamar sendirian, merenung, berpikir dan bertanya tentang hal-hal absurd. Saya hidup di masa peralihan reformasi, saya membaca koran dan melihat bagaimana demo yang ada di tv. Saya bertanya-tanya kenapa mereka harus berkonflik jika berujung pada kematian dan kerusakan? Dan saya juga mengamati orang-orang yang ada di sekitar saya. Bahwa, orang-orang dewasa tidaklah sedewasa yang saya lihat di iklan atau acara tv lainnya. Mereka "mengerikan". Hingga saya menyadari bahwa setiap orang pasti memiliki "sisi jahat", dan bahwa di dunia ini penuh dengan hal-hal buruk. 

Kemudian, muncul benih kebencian pada diri saya. Saya membenci dunia. Dan orang yang paling saya benci di dunia, adalah diri saya sendiri. Saya melihat, tapi saya diam. Saya hanya berjibaku dalam diri saya sendiri tanpa bisa melakukan apapun, hanya berusaha melindungi diri saya dari hal-hal yang saya kira buruk.

Saya pun bertanya-tanya, kenapa saya harus merasakan dan memikirkan tentang itu semua? Kenapa saya tidak bisa seperti teman-teman saya yang lainnya saja? Hanya menikmati hidup, tanpa berpikir yang aneh-aneh. Jadi anak penurut, yang dibanggakan oleh orang tuanya. Jadi anak rajin, yang jadi bekal membangun masa depan.

Tumbuh dengan segala perdebatan dalam diri saya, saya menjadi seorang yang sangat pendiam dan tertutup. Tanpa bisa berbagi dengan orang lain...

My Heroes in My Life
Tapi, semua itu berubah sedikit demi sedikit. Sejak saya bertemu, dan menjalin "hubungan" dengan yang akan saya ceritakan di bawah ini. Mereka adalah pahlawan dalam hidupku. Jujur, saya tidak bisa memilih 1, karena masng-masing dari mereka punya peran penting dalam hidup dan diri saya saat ini.

My BestFriends : Y & A
Aku bertemu Y di kelas 2 SMP. Dia anak pindahan dari kota sebelah. Kami sebenarnya berbeda kelas, saya pertama kali bertemu di sebuah rental komik dan menjadi sahabat baik sejak saat itu. Kami sama-sama suka membaca komik dan membahasnya hingga berjam-jam. Kami juga suka mengobrol berbagai topik, ngalor-ngidul (kesana-kemari), selama berjam-jam juga. 

Dia orang yang pertama kali menerima topik "perbincangan"ku. Meski masih butuh waktu beberapa tahun sejak kami bertemu untuk menceritakan isi otakku yang terdalam #halah. Tapi, itu sudah cukup lumayan untuk menyelamatkanku dari "kegilaan"-ku pada saat itu.

Dia orang yang cerdas, saya mengenalnya sebagai seorang yang sangat "reasonable" dalam berbagai hal. Hal itulah yang membuat saya memfigurkan dia. Bahkan secara tidak sadar, saya berusaha mengimitasi dia. Dia punya pengaruh yang cukup besar dalam hidup dan diri saya, beberapa prinsip yang saya miliki juga saya pelajari dari dia.

Kami masih jadi sahabat baik sampai sekarang. Mungkin sudah sekitar 11 tahunan kami bersahabat. Meski sudah jarang bertemu karena kami menempuh jalan yang berbeda dan di media sosial pun kami jarang mengobrol. Tapi, begitu bertemu biasanya ada saja hal yang jadi obrolan. Begitulah Y, dia adalah orang yang pernah aku figurkan, sahabatku, juga pahlawanku. Oh iya, dia juga seorang blogger lho. Tulisannya juga enak dibaca. Kunjungi aja blog nya disini

Berbeda dengan Y, aku bertemu A di SMA. Dan kami baru menjadi sahabat setelah kami lulus SMA. Dia adalah orang kedua yang bisa menerima pemikiranku, yang super aneh dan kadang agak skeptis. Aku belajar untuk lebih memahami perasaan orang lain dari dirinya. Dia juga orang yang mensupportku saat saya sedang dilanda masalah keluarga dan ekonomi beberapa waktu lalu. Dan bisa dibilang biasanya dia adalah orang pertama yang bertanya kondisiku jika aku pasang status BBM yang rada "ngenes". Dan lagi-lagi, saat ini aku sudah jarang bertemu dengan A.

Baik Y dan A, adalah sahabat, sekaligus pahlawan bagiku. Mereka membuatku merasa tidak sendiri di saat gentingku hingga aku bisa bertahan. Memang mereka memiliki cara yang berbeda sebagai sahabat, karena mereka memang bukan orang yang sama. Tapi perbedaan itu justru saya rasa saling melengkapi. Dan saya sangat bersyukur memiliki mereka berdua. Mereka membuktikan pada saya bahwa kisah persahabatan dalam komik dan anime bukan sama sekali tidak mungkin. Mereka ada, dan mereka nyata.

Komik : "Pop Corn"/"Seito Shokun" by Yoko Shoji & "Fruits Basket" by Takaya Natsuki

Hal kedua yang merupakan pahlawan bagiku adalah komik. Oke, mungkin bagi orang lain komik itu bacaannya anak kecil, cuma hiburan dan ga bermakna. Tapi, tidak bagiku. Aku rasa itu adalah pendapat orang yang belum tau seluk-beluk komik yang gimana-gimana aja. Komik memang ada yang untuk anak-anak, dan kisahnya ringan untuk dibaca, macam shincan dan doraemon. Ada juga yang khusus lucu-lucuan, dan kisah heroik atau detektif, dan tidak ketinggalan kisah-kisah cinta yang.... manis (baca: lebay), de el el. Di antara semua itu aku lebih memilih membaca kisah yang menceritakan tentang dinamika kehidupan, yang akan mengajariku satu dan lain hal tentang menghadapi kehidupanku sendiri.

Komik itu bisa dibilang satu-satunya teman yang menemaniku di masa-masa suram. Dari kisah-kisah yang ada di komik, aku menyadari bahwa aku tidak sendirian dengan pikiran-pikiran "aneh" itu. Orang yang berpikiran sama sepertiku ternyata ada. Orang yang mempertanyakan hal yang sama, dan menjawabnya melalui kisah-kisah dalam komik. Meski bisa dibilang bahwa tokoh atau jalan cerita di dalamnya fiktif, paling tidak sang Mangaka memiliki pemikiran yang sama denganku. Atau bahkan, mereka mengajariku dan menunjukkan begitu banyak perspektif dalam kehidupan. Aku bisa bilang bahwa komik mengajariku jauh lebih banyak tentang kehidupan ketimbang orang dewasa manapun yang aku kenal, juga lebih dari sekolah dan orang-orang lainnya. Mereka temanku di kala aku sedang berkonflik dengan orang tuaku. Mereka yang menemaniku di saat aku menghabiskan hariku di kamar. Mereka temanku dalam "bertukar" pikiran. Disini aku akan menceritakan 2 judul komik yang sangat mempengaruhi kehidupanku

Pop Corn atau judul bahasa jepangnya Seito Shokun. Komik yang terbit di awal tahun 90-an ini menceritakan tentang kehidupan sekelompok anak SMP dan dinamika kehidupan mereka hingga mereka dewasa, dan ada juga tokoh yang mempunyai anak. Disini disajikan begitu banyak permasalahan, dari yang biasa sampai luar biasa. Juga pandangan yang sangat berbeda tentang dunia sekolah dan persahabatan ada disini. Di komik ini pertama kalinya aku tahu, guru dan murid sama-sama mendukung perkelahian 2 siswa. Bukan tanpa sebab, perkelahian itu justru bertujuan agar masing-masingnya bisa saling meluapkan emosi dan membuat masalahnya jadi "clear". Aku juga melihat bagaimana sekelompok anak "badung", yang justru mendapat respect dari guru-gurunya. Mungkin mereka sangat aktif dan cukup "rebellious". Tapi mereka tahu benar tanggung jawab mereka sebagai murid. Kelompok ini diisi dari anak dengan nilai jelek, biasa, sampai siswa paling pintar di kelas, dan siswa "berandal" juga ada. Guru-gurunya pun banyak yang menyenangkan. Mereka bukan guru yang sok tahu, tapi guru yang belajar dari muridnya.
Komik Pop Corn

Komik ini, jujur saja. Membukakan pandanganku tentang banyak hal. Bahwa "kekerasan" tidaklah selalu berakhir dengan buruk. Bahwa, seberapapun sulit kehidupan, tetaplah harus dilalui. Bahwa menjadi "nakal", bukan berarti melupakan tanggung jawab. Bahwa guru tidak selalu benar. Bahwa salah bukan berarti harus direndahkan. Bahwa yang terpenting bukan salah atau tidaknya, tapi berusaha untuk senantiasa melakukan yang terbaik. Bahwa setiap anak, setiap orang memiliki kisahnya sendiri, mereka berjuang dengan kehidupannya. Meski yang terlihat dari luar adalah sikap riangnya, rajinnya, atau "berandal"-nya seseorang. Aku terdorong untuk melihat segala hal dari berbagai perspektif, karena akan ada hal yang tidak terlihat hanya dari permukaannya saja. Aku belajar menghadapi masalahku dan diriku sendiri dari mereka, dan belajar memahami "manusia" juga dari mereka. Bahkan kalau dipikir-pikir ada hal yang aku imitasi dari Nakki, sang tokoh utama. Karena aku sangat kagum padanya, dari caranya menghadapi berbagai cobaan hidup dan belajar darinya. Tapi, jujur sih, kalau dibandingin masih kalah jauh. Dia itu cewek yang keren.

Satu hal lagi, dari komik ini juga aku menyadari bahwa, seberapapun eratnya ikatan persahabatan, perpisahan pasti terjadi. Kita tidak akan selamanya menghabiskan waktu bersama, selalu. Tidak harus terpisah oleh kematian. Tapi, adalah kewajaran jika antar sahabat akan memilih jalan berbeda. Saat itulah kita harus merelakan waktu yang biasanya dihabiskan bersama sepanjang hari, akhirnya berkurang hanya bisa "sekali-kali". Dan kemungkinan akan semakin jarang bertemu seiring dengan kesibukan yang makin bertambah. Aku pun bertanya-tanya apakah aku bisa tetap akrab, saling peduli, saling memahami, saling menjaga dan menjaga hubungan persahabatan seperti mereka? Alhamdulillah, meski jarang bertemu, juga jarang ngobrol via medsos, hubungan saya dan sahabat-sahabat saya masih baik-baik saja. Meski tidak bisa dipungkiri ada kalanya terjadi konflik karena karakter masing-masingnya ada yang berubah, karena berkembang seiring waktu. Tapi, untungnya selama ini masih bisa terlalui.

Drama Seito Shokun saa Nakki jadi guru

Oh iya, Seito Shokun juga ada anime dan dramanya lho. Tapi aku kalau drama yang menceritakan masa SMP itu drama yang jadul banget, menurutku sih masih kurang bagus. Tapi, ada drama yang menceritakan saat Nakki jadi guru. Itu keren banget. Lebih dari GTO dah kerennya. Tapi, karena yang jadi fokus cuma Nakki aja, jadi kurang puas. Soalnya kalau aku sih pingin lihat sohib-sohibnya juga.


Komik ini bisa dibilang ceritanya agak berat dan suram. Tapi, ada juga humornya kok. Malah kalau baca komik ini tuh, bisa jadi terbawa dari awalnya ketawa-ketiwi gak lama yang trenyuh sedih karena jalan ceritanya. Keren dah. Recommended pokoknya.
Fruits Basket atau nama lainnya adalah Furuba

Tapi bukan itu yang bikin komik ini jadi favoritku. Melainkan, dinamika pemikiran dan konflik yang ada di dalamnya. Mulai dari konflik internal masing-masing tokoh, sampai konflik antar tokoh. Di komik ini diperlihatkan bahwa setiap manusia pasti memiliki sisi buruk, juga sisi baik. Ditunjukkan pula bagaimana kedua sisi tersebut "bertarung" dalam diri manusia. Bagaimana lingkungan, luka masa lalu, dan trauma masing-masing tokoh dan cara mereka menghadapinya. Bagaimana mereka berusaha "berdeal" dengan diri dan takdir mereka, juga dengan orang lain. Disini aku belajar tentang penerimaan, penerimaan diri sendiri dan orang lain. Disini aku belajar, bahwa jatuh, gagal, dan tersesat itu adalah biasa. Bahwa semua tidak harus sama baik atau buruknya. Bahwa kehidupan terus berjalan, akhir cerita tidaklah harus sempurna, ada kalanya masih ada yang buruk tapi membuka peluang terhadap yang lebih baik. Bahwa cinta tidaklah selalu benar, juga menyenangkan. Ada kalanya jadi menyesatkan dan menyakitkan  (bukan hanya cinta cowo-cewe loh, yang diceritakan justru cinta dalam keluarga anak dan orang tua). Mungkin, hal yang paling aku sukai adalah "Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tapi, itu tak mengapa.", penerimaan akan ketidaksempurnaan.

Gara-gara komik ini sekarang aku jadi nge fans sama Takaya Natsuki, Mangakanya, Dan jadi satu-satunya mangaka yang daftar komiknya aku usahain untuk baca-soalnya sekarang udah ga baca komik lagi sih karena kesibukan dan budget yang minim. Dan ga ketinggalan, aku pernah mencoba meniru karakter tokoh utama, tapi sepertinya memang itu bukan aku. Yah, beda karakter dah pokoknya. Cuma ya, memang ceritanya yang paling luar biasa buat aku. 

Oh iya, sebenarnya komik juga yang mengajariku "cara berekspresi", bercanda (kalo yang ini digabung sama belajar dari Y), juga berteman dengan orang lain. Aneh memang bagi orang lain, tapi ya begitulah. Aku dulunya itu orang yang super suram dan pendiam. Tapi, berkat kisah yang aku baca, dan tingkah (+ekspresi) tokoh-tokoh yang ada di dalamnya aku jadi bisa belajar. 

Ini adalah 2 orang tokoh yang paling aku figurkan. Dan membuatku jadi orang yang mau "lebih kerja keras" dan "lebih pantang menyerah" dari aku yang sebelumnya. Mereka adalah "Deokman" dan Dave Pelzer.

Beliau adalah penulis buku trilogi : "A Child Called 'It' ", "The Lost Child" dan "A Man Named Dave", serta beberapa buku lainnya. Seri trilogi tersebut merupakan kisah hidupnya, bagaimana perjuangannya dalam bertahan hidup di tengah siksaan ibu kandungnya, perjuangannya menjadi anak di panti asuhan, serta perjuangannya membangun kehidupan yang baru di atas trauma dan luka masa lalunya.
Ini yang namanya Dave Pelzer

Dave Pelzer adalah orang pertama yang menunjukkan padaku betapa kerasnya perjuangan hidup, secara "nyata". Sebelum membaca bukunya, saya hanya mengenal tokoh yang bekerja keras hanya sebatas fiksi. Tapi, saat aku membaca buku ini aku sadar bahwa orang yang berjuang begitu keras dan pantang menyerah hanya demi bertahan hidup itu memang ada. Jujur saja, saat saya membaca kisahnya saya sedikit merasa malu. Karena dengan kehidupan saya yang tidak seburuk Dave Pelzer, begitu mudahnya saya menyerah, begitu mudahnya saya mengeluh tentang segala hal tanpa usaha apapun. Padahal di luar sana ada yang sedang berjuang begitu keras hanya untuk bisa hidup. Tanpa bisa mengeluh, atau "menyerah".

Karena itulah, saya jadi belajar untuk jadi lebih pantang menyerah. Dan dari kisahnya bangkit dari keterpurukan, membangun kehidupan baru yang jauh dari kondisinya di masa lalu, juga cita-cita dan usahanya yang luar biasa untuk mencapainya. Saya jadi lebih memahami apa arti berjuang, juga kegagalan dan semangat untuk selalu bangkit. Dari kisahnya pula saya percaya bahwa jika seseorang berusaha sekuat tenaganya, peka terhadap setiap "peluang" di lingkungan sekitarnya, maka ia pasti bisa meraih cita-citanya. Selama apa yang kita citakan adalah benar, meski dalam perjalanannya ditentang oleh banyak orang, cita-cita itu sangat berharga untuk dicita-citakan. Dan karenanya tak akan sia-sia apapun yang kita korbankan, selama kita juga tidak menyia-nyiakannya.
Ini trilogi bukunya. Tapi yang ini sih kayaknya cover untuk terbitan yang di luar Indo.
Soalnya beda sama yang pernah aku punya

Saya sih punya keinginan, suatu saat di masa depan nanti saya dapat bertemu dan berdiskusi dengannya, kalau bisa jadi partner bertukar pikiran malah lebih baik. Hehe... *ngarep*

Deokman aka The Great Queen Seondeok
Deokman adalah nama kecil dari Queen Seondeok, seorang ratu dari kerajaan Sila di korea. Tokoh ini nyata ada. Tapi, yang lebih saya kagumi adalah versi fiksi dari deokman.Karena setelah saya mencari tahu tentang sosok Queen Seondeok yang sebenarnya, ternyata mereka menjalani jalan hidup yang berbeda. Dan yang saya kagumi adalah sosok Queen Seondeok versi dramanya.
Yang pake mahkota besar itu yang jadi Queen Seondeok aka Deokman

Tidak jauh berbeda dengan Dave, Deokman aka Queen Seondeok juga banyak mengajarkan saya tentang semangat pantang menyerah. Tapi, lebih jauh, Deokman mengajarkan saya arti totalitas pengabdian terhadap cita-cita. Berbeda dengan Dave Pelzer, hingga akhir hayatnya Deokman tidak bisa merasakan buah dari perjuangan hidupnya. Tergolong tragis malah. Selain itu, bagaimana proses jatuh bangun dan caranya menghadapi ketakutannya membuat saya belajar untuk menghadapi rasa takut saya sendiri, dalam menghadapi musuh ataupun takdirnya. Tapi, jujur sih, saya belum bisa sepenuhnya jadi berani seperti dia.

Deokman punya cita-cita untuk memajukan rakyatnya dan menyatukan 3 kerajaan di tanah Korea. Hingga akhir hayatnya, hanya dasar untuk meujudkan cita-cita itu saja yang bisa dicapainya. Ia tidak sempat melihat 3 kerajaan itu bersatu, begitu pula kemajuan yang dicapai rakyatnya karena ia meninggal sebelum semua itu tercapai. Tapi, berkat dasar kuat yang ia bangun lah, kerajaannya mampu mencapai itu semua.

Meskipun begitu ia tetap menjalaninya. Ia adalah orang yang rela begadang demi mencari jawaban makna penguasa bagi rakyatnya, mempertaruhkan kedudukannya sebagai putri demi "mendidik" pemikiran masyarakatnya agar terbebas dari pola pikir "pekerja", mempertaruhkan "kekuasaannya" terhadap rakyatnya saat ia menjadi ratu, agar rakyatnya dapat berpikir maju, memiliki ilmu pengetahuan yang sama dengan keluarga kerajaan dan bangsa-bangsa lainnya di luar kerajaannya. Bahkan juga termasuk orang yang dicintainya, demi rakyatnya agar tidak dipimpin oleh pihak yang akan menyesatkan rakyatnya. Ia juga merupakan orang yang senantiasa belajar dari kesalahannya, saya belajar darinya bahwa kegagalan apapun tidak akan sia-sia jika belajar hikmahnya dan memperbaikinya (dulu saya orangnya takut salah lho, gara-gara ini saya sadar apa kedudukan kesalahan dan bagaimana saya harus menghadapinya)

Mungkin berkat Deokman pula saya jadi menyadari betul betapa beratnya tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin itu sebenarnya. Saya jadi ingin menjadi seperti Deokman. Bukan, bukan untuk menjadi seorang pemimpin. Tapi jadi orang yang meletakkan dasar-dasar kemajuan bagi orang-orang di sekitarnya dengan menjadi ilmuwan sosial (Amiiinn, masih berusaha sampai sekarang). Deokman pula yang meyakinkan saya bahwa meskipun umur kita mungkin tidak mencukupi untuk merasakan buah dari usaha kita, tapi jika kita mampu menguatkan dasar untuk mewujudkannya, maka itu tidak akan sia-sia. Karena seluruh hidup dan usaha kita akan ada yang melanjutkannya hingga tercapai. Oh iya, yang paling seru dari drama ini adalah pertarungan strategi dari "dedengkot" antagonisnya dengan deokman. Jujur sih, keren banget pertarungan strateginya.

Mungkin, sama seperti beberapa ilmuwan-ilmuwan sosial (Karl Marx, Auguste Comte) yang butuh bertahun-tahun setelah kematianny baru teorinya dirasa berguna. Saya hanya berharap ilmu saya nanti tidak akan menyesatkan orang lain. Karena itulah, saya mencoba mencari jawabannya dulu dari segi agama dan ketuhanan yang membuat saya mengambil kuliah di jurusan yang berbau keagamaan, mungkin aneh bagi beberapa orang lain kenapa saya memulainya dari sana. Tapi, memang sejak dulu saya merasa ada "missing link" dalam hal tersebut. Eh, OOT (Out Of Topic), mari kita langsung menuju kesimpulan saja.

Kesimpulannya...
Makna kepahlawanan bagi saya adalah, sosok yang kita anggap berjasa dalam hidup kita, yang dengan kisahnya, tindakan, atapun pemikirannya teah membantu kita untuk keluar dari titik-titik gelap dalam sejarah hidup kita. Mereka itulah yang kita jadika seorang figur tauladan dan pemicu semangat di kala kita dalam titik terendah kita, entah dalam kegagalan, ketidakpastian ataupun saat menghadapi tantangan yang luar biasa.

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, Deokman telah mengajarkan saya bahwa sejarah, bukanlah sekedar rangkaian cerita yang telah lalu. Sejarah ada untuk dipelajari sebagai "hikmah" dalam membangun kehidupan di masa depan.



Tentang Rasaku

11/22/2014 0 Comments A+ a-

Awalnya hanya kekaguman, dan terus hanya akan menjadi kekaguman

Yang salah bukan kekagumanku padanya, juga bukan dirinya.
Tetapi karena aku berharap lebih dari itu.
Maka yang seharusnya dihapus bukanlah rasa kagumku padanya,
tapi harapan untuk bisa lebih dari itu.

Meskipun begitu, aku masih berharap
bisa belajar darinya, bekerjasama dengannya
Karena hal itulah yang membuatku kagum padanya
Tapi bukan untuk menjadi yang lebih dari itu

Benci

11/05/2014 0 Comments A+ a-

"Benci tidak harus menyengsarakan. Kita juga bisa mengubah kebencian tersebut menjadi sesuatu yang lebih baik, tidak merusak. Kita bisa mencoba untuk saling mencoba dan mengerti"


Kira-kira seperti itulah yang saya pernah tuliskan dalam posting-an saya terdahulu.
Itu sebelum saya pernah merasakan kebencian.

Satu hal yang kemudian saya pelajari dari pengalaman itu, benci itu merusak sekitarmu dan dirimu sendiri. Tidak mudah menyikapi rasa benci seperti dalam kutipan di atas. Karena kebencian membuatmu melakukan hal yang (mungkin) paling tidak ingin kau lakukan. Dan kebencian itu, rasanya benar-benar menyakitkan buat diri saya sendiri yang merasakan. Dalam rasa benci itu, saya berkali-kali menyalahkan diri saya. Setiap kali saya berhadapan dengan orang tersebut, selalu ada perasaan bergejolak dalam diri saya ingin meluapkan emosi.

Hal yang paling menakutkan adalah saya takut kehilangan diri saya sendiri dalam kebencian itu.

Akhirnya saya mengerti alasan kenapa Dave Pelzer yang ditipu oleh sekelompok orang akhirnya memilih untuk pergi menjauh dari mereka dan tak pernah ingin untuk bertemu atau berurusan dengan mereka lagi. Saya pikir, itu karena ia merasakan perasaan yang sama seperti yang saya rasakan. Mungkin, ia juga merasakan kekhawatiran yang sama dengan saya.

Yang saya tahu jika saya melampiaskan begitu saja kebencian saya itu : "saya mungkin akan merusak seluruh "diri" saya yang saya bangun selama ini. Dan kemudian menyesalinya seumur hidup. Atau terus terjebak dalam kebencian yang tak berujung"

Yang jelas, saya tidak akan hidup tenang.

Karena itulah, mungkin sekarang saya bisa lebih berempati pada mereka yang memiliki rasa benci. Meski saya pikir akan tetap lebih baik jika kita bisa melakukan seperti kutipan di atas itu. Tentu saja, dengan tidak kehilangan diri kita sendiri. Karena terkadang, tanpa kita sadari sisi lain dari diri kita bisa mencoba untuk "membalaskan" kebencian kita. Saya tidak mencoba untuk menjadi orang bijak dan suci disini, karena itulah saya bisa berkata seperti itu.

Saya pernah melampiaskan kebencian itu sekali, sambil sebisa mungkin menahannya. Dan toh ternyata sikap "pembalasan" itu tetap ada. Tapi, paling tidak dari 1 konflik tersebut, kami kemudian mencoba untuk lebih saling memahami.

Saya juga pernah tidak mampu menghadapi kebencian itu, dan memilih pilihan yang sama dengan Dave, pergi menjauh.

Satu hal pesan saya : Jangan pernah dengan sengaja membuat orang lain benci pada anda, meski untuk melindungi orang tersebut atau "menguji" orang tersebut. Karena itu berarti anda telah menanam bibit penyakit dalam dirinya. Penyakit yang akan menggerogoti dirinya, anda dan mungkin juga orang-orang di sekitarnya.

Soal hitungan Matematika

10/20/2014 0 Comments A+ a-

Beberapa waktu lalu, lagi ramai masalah tentang soal seorang anak SD yang disalahkan oleh gurunya, padahal kakak yang mengajarinya merasa yang dikerjakan adiknya itu sudah benar. Bahkan kasus ini kemudia mengundang para profesor untuk berdebat. Dan saya tertarik untuk membahasnya.

Persoalannya :


Di akun Facebook, Muhammad Erfas Maulana memposting hasil tugas matematika adiknya, Habibi yang mendapat ponten merah dari sang guru. Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Diponegoro itu mempertanyakan kesalahan jawaban tugas matematika adiknya yang bersekolah SD di Semarang.

Dalam tugas tersebut, Erfas mengajarkan adiknya cara perkalian yang menurutnya lebih mudah dipahami anak kelas 2 SD. Yaitu 4+4+4+4+4+4 = 4 x 6 = 24, dengan alasan empatnya ada enam kali. Saat itu dia tidak berpikir posisi angka 4 dan 6, karena hasilnya sama saja, dan soalnya "=....x....="."

Sumber : liputan6.com

Soal perdebatan 2 profesor : 
1. Prof. Fisika => mengatakan bahwa posisi dalam perkalian itu ada artinya dan tidak bisa sembarangan di balik. Kutipannya :

Matematika GASING: 6 x 4 atau 4 x 6 ?

Berapa jeruk dalam 2 kotak berisi masing-masing 4 jeruk?
Jawabnya adalah 4 jeruk + 4 jeruk

Kalimat “Berapa jeruk dalam 2 kotak berisi masing-masing 4 jeruk ?”
boleh ditulis
2 kotak x 4 jeruk/kotak =
disingkat
2 x 4 jeruk =

Jadi
2 x 4 jeruk = 4 jeruk + 4 jeruk

Selanjutnya kita tulis
2 x 4 = 4 + 4 (kesepakatan)

Dengan kesepakatan itu kita boleh menulis :
6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4
4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6

Kesimpulan:
Ketika menghitung 6 x 4 kita membayangkan menghitung jumlah jeruk dalam 6 kotak berisi masing-masing 4 jeruk. Jadi 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4
Ketika menghitung 4 x 6 kita membayangkan menghitung jumlah jeruk dalam 4 kotak berisi masing-masing 6 jeruk. Jadi 4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6
Dengan logika kotak dan jeruk ini, lebih mudah bagi kita untuk mengerti tidak hanya soal-soal cerita perkalian tetapi juga berbagai operasi matematika seperti 28:7 = atau 4a + 4b = 4 (a + b) dsb.


2. Profesor Matematika
lantas merespons penjelasan Surya yang juga dimuat di media massa online itu, antara lain dengan menyebut bahwa “ini ilmu alam, bukan Matematika”.
Berikut beberapa respons Iwan berikutnya terkait penjelasan itu, lewat akun Twitter-nya:
“Di ilmu alam, kita mengamati alam, lalu berteori. Di Matematika, kita berteori dan bernalar dengannya, menjelajah berbagai inferensinya.

“Jika mendefinisikan perkalian dengan situasi di alam/kejadian di kenyataan, perkalian jadi gagasan yang tergantung alam. Math is not like that.

“Jika teori ilmu alam berbeda dengan kenyataan, maka teori itu gugur. Tidak demikian dengan Matematika.

“Jika suatu pernyataan matematika bertentangan dengan fenomena alam/kenyataan, ya biarkan saja. Math is not about nature.

“Secara becanda, matematikawan akan berkata bahwa karena alam/semesta yang tak ideal, akhirnya teori matematika tak sesuai dengan fenomena alam.

“Yang salah itu alam/semesta, bukan salah matematikanya, karena matematika lebih ideal dari kenyataan/alam.

“Persamaan/pernyataan matematika itu kekal. Lebih kekal dari alam.”

Sumber : suara.com

Pembahasan :
Dari kedua pembahasan profesor ini, dapat kita simpulkan bahwa perkalian dalam matematika baru akan bersifat relatif (pemosisian harus sesuai dengan letaknya) jika angka dalam perkalian tersebut dikaitkan dengan variabel realitas tertentu. Terutama untuk menerjemahkan/menyederhanakan suatu realitas dalam angka.
Tapi, jika hanya berupa angka (dalam hal ini matematika murni). Maka pemosisian tersebut tidak akan berarti jika terbalik antara 4 x 6 maupun 6 x 4. Karena dalam matematika yang paling penting adalah hasil yang benar. Sama seperti pemahaman saya selama ini, bahwa dalam matematika cara yang kita gunakan tidak masalah jika berbeda selama hasilnya benar (dengan asumsi perhitungannya juga benar), dan selama kita memahami asal muasal dan logika konsep itu dengan baik.

Sudut Pandang Pendidikan
Dari sudut pandang pendidikan, maka saya akan mengatakan bahwa jawaban si anak ini benar. Karena :
1. Yang dipelajari disini ilmu matematika dasar. Dengan kata lain, matematika murni.
2. Saya kira seharusnya target kompetensi anak seukuran kelas 2 SD adalah mampu melakukan perhitungan dengan baik. Bukan memahami konsep matematika yang kaitannya dengan realitas, maupun kesepakatan dalam dunia matematika. Sehingga, seharusnya pendidik tidak menilai berdasarkan pengetahuannya, tapi berdasarkan kebutuhan kompetensi siswa dan tingkat pendidikannya. Saya kagum terhadap idealisme sang guru untuk mengajarkan konsep yang benar sesuai dengan yang ia pahami, tetapi akan lebih baik jika sang guru juga mampu menyesuaikan pengetahuannya dengan konteks kepengajarannya.

Seandainya pun ada soal matematika di SD yang butuh menerjemahkan realitas(soal cerita) dalam kalimat matematis itu konteksnya hanyalah pada perhitungan, bukan pada konsep yang lebih rumit tentang mengaitkan kalimat matematis dengan realitas. Kecuali, jika konsep rumit tersebut diajarkan pada tingkatan yang lebih tinggi.

Akan menjadi terlalu rumit jika konsep matematika seperti yang dijelaskan oleh si profesor fisika diajarkan pada anak kelas 2 SD. Bukan ingin merendahkan kemampuan anak-anak, tetapi hendaknya target materi harusnya disesuaikan dengan tingkatannya. Dan bukankah SD itu adalah tingkatan Dasar? Maka yang sewajarnya adalah materi matematika dasar lah yang dijadikan target pembelajaran.

Ini bukan berarti menjadi salah gurunya, justru bisa menjadi kesalahan ada pada kurikulum pendidikan jika kurikulum pendidikan kita jika menargetkan kemampuan pemahaman ini sebagai target kompetensi siswa. Karena itu berarti kurikulum pendidikan kita yang tidak mampu mengukur target kompetensi yang sesuai dengan tingkatan siswa.

Sekian pembahasan saya. Semoga ke depannya pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Amiiin.

Limit

10/09/2014 0 Comments A+ a-

Sebenernya kata-kata ini pernah aq ikutkan GA. Tapi ga menang. Jadi di posting disini aja lah. Eman juga kalo kata-kata ini ga jadi koleksi sendiri juga :)


Limit is a line. 
A line that say "you may not passed here to go further", 
so we try to find another way to go to the other side of the line. 
That is what we called creativity. 

A line that say "you need to ' stretched ' me 
if you want to get what you want", 
so we strive our best to stretch the line 
And we could get what we want beyond the line. 
That is called persistent. 

A line that say "you won't passed me". 
So, we understand our nature and accepting our who we really are. 
That's called "fate" 

In the contrary, it also a line that make us think, 
"We can't, we may not, and we won't passed beyond the line." 
Those thought is what make us stay behind the line 
And being trapped inside in a narrow and stifled place. 

Limit is a line, 
Whatever its meaning is up to us 
How we decide to look at it

By K

Liebster Award

9/17/2014 2 Comments A+ a-

Eh tiba-tiba dapet award. Udah lama banget sih sebenernya dapetnya, udah beberapa bulan lalu :p

Tapi baru sempet nulisnya sekarang.
Nah, tapi sepertinya saya ga meneruskan award ini. Jadi cuma menjalankan tasknya aja ya... ^^

Tentang Liebster Award 
Ini aku copas dari blognya AL, soalnya sebenernya aku sendiri ga paham apa itu Liebster Award. Makasih ya buat AL udah ngasih award ini ke aku. Meski kita belum saling kenal, makasih juga udah ngunjungi blogQ ya,,,, *padahal si empunya jarang ngunjungi blognya sendiri*

"Liebster Award itu adalah semacam ajang saling kenal, yah seperti kata pepatah "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta" untuk para blogger yang jumlah followernya kurang dari dua ratus biji. Ada beberapa aturan mainnya, ini dia:

~ Sebarluaskan tentang award ini ke seantero jagad.
~ Ucapkan "Thank You" ke pada blogger yang sudah memberi "keberuntungan" dengan dicantumkannya namamu.
~ Menulis 11 perkara tentang diri sendiri.
~ Menjawab ke sebelas pertanyaan yang dikasih orang yang telah memilihmu.
~ Membuat 11 pertanyaan untuk 11 blogger yang kita pilih.
"

11 Hal Tentang diri Sendiri
1. Aku pake kacamata
2. Postur badan kurus *udah hopeless gain weight nih*
3. Suka makanan pedes
4. Suka mikir
5. MBTI type : INTP
6. Punya penyakit males yang rada akut
7. Suka menunda-nunda
8. Kuliah 6 tahun ga nyampe-nyampe s1 *ganti-ganti jurusan mulu => ababil*
9. Orangnya serius, lumayan banget kayaknya XD
10. Suka menyendiri
11. Kata orang saya weird, kataku saya cuman unique aja, wkwkwk XD

Jawab 11 Pertanyaan dari AL :
1. Benda apa yang paling ingin kamu punya dan kenapa?2 Negara mana yang sangat ingin kamu kunjungi dan alasannya?
Kalau sekarang lagi pingin punya printer-yang sehat dan bisa ngprint cepet. Biar kalau ada tugas ga telat-telat mulu karena cari tempat ngeprint. Sama punya pintu kemana aja doraemon kali ya?? Biar ga perlu lama-lama dan susah-susah nyetir gitu... :3

Kalau negara yang ingin aku kunjungi itu Jepang. Soalnya dari dulu tertarik, awalnya dari komik sih. Tapi, alasan utamanya aku ingin belajar tentang budaya dan falsafah hidup mereka. Pingin juga ketemu dan ngobrol banyak ama mangaka favorit: Natsuki Takaya 
Aaamiinn...... *Ayo bantu amin-in biar cepet terkabul :3


3. Pilih mana: Matahari, bulan, atau bintang (pilih salah satu) dan alasannya kenapa?
Bintang. Soalnya bintang yang menerangi bulan dan Matahari juga kan sebenernya termasuk bintang

4. Siapa tokoh yang menginspirasi kamu dan alasannya mengapa kamu terinspirasi olehnya? (selain orang suci/nabi).
Kalau selain Nabi, ada beberapa :
- Dave Pelzer. Kagum banget dengan perjuangan hidupnya. Caranya bertahan hidup dari siksaan ibu kandungnya dan tekanan batin, baik dari dirinya sendiri, pengalaman maupun lingkungannya. Dan meski dengan segala tantangan hidup yang dia hadapi, dia ga pernah menyerah terhadap idealismenya sendiri. Selalu memperjuangkan apa yang ia anggap harus diperjuangkan, meski menderita. Dan aku pingin jadi orang yang seperti dia. Pingin juga punya kesempatan diskusi n' jalin koneksi gitu *Amiiinnn, bantuin ya.....
-The Great Queen SeonDeok => yang aku kagum sebenernya bukan yang versi asli sih. Tapi versi karakter yang di drama. Soalnya, dia itu Ratu yang keren banget. Perjalanan hidup yang luar biasa penuh lika-liku dan sulit. Tapi dia ga nyerah. Dan dia bener-bener orang yang juga memperjuangkan idealisme-nya. Meski bayarannya sangat, sangat mahal. Bahkan di ceritanya dia ga nyicip buah hasil usahanya karena meninggal duluan. Tapi memang dia banyak memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Melawan pemahaman umum dan berusaha merekonstruksi pemikiran rakyatnya untuk lebih maju, ga cuma jadi follower aja. Keren lah pokoknya *eh, jadi terharu sendiri
-Eh, ada lagi sih, Mr. R :3
Aku suka caranya menjelaskan sesuatu sangat terkonstruk, dan dia juga fair. Dia mau mengkoreksi apa yang disampaikannya ketika itu ada yang kurang tepat. Dan cara menyampaikannya bagus bange
Tapi cuma kagum aja bisanya, haha.. XP

5. Kamu suka baca, jika suka/tidak alasannya kenapa?
Suka, tapi lebih suka baca komik.Soalnya bukunya bergambar, jadi ga perlu baca detail per katanya 1 by 1 => yang ribet menurutku.
Kalau baca buku yang full tulisan palingan pas lagi butuh aja. Dan di rumah beberapa buku yang udah setahunan lebih berdebu padahal masih diplastik i => ga dibaca. gara-gara buku-buku inilah saya nyadar yang saya suka itu baca komik.

6. Apa sih cita-citamu yang paling gokil, gila, atau absurd?
Peneliti & Arsitek Sistem Pendidikan yang ada di Dunia

7. Tahu telepati, menurutmu apa sih telepati itu?
menyampaikan pesan lewat pikiran?

8. Apa kamu punya indera ke-6? Atau mungkin ke-7, ke-8, dst? :D
Engga. Paling an aji-aji pengawuran adanya XD

9. Jajanan rakyat apa yang kamu sukai?
Semanggi, Krupuk Samiler, hm...apalagi ya?? Lupa,

10. Apa kamu punya phobia/ketakutan, tell the world okay?
Mungkin ada semacam ketakutan sama cowok-entah masih ada atau ga- yang jelas saya lebih banyak menghindar untuk banyak berinteraksi dengan cowok. Tapi saya masih normal lho...

11. Pertanyaan terakhir, apa kamu percaya cinta sejati, tell me seperti apakah itu?
Yes, of course. 
Hem...apa ya? Itu disaat kita saling memahami, punya dan sama-sama memperjuangkan impian yang ingin diwujudkan dengan "hidup bersama" dan menjalani konsekuensi dari berpasangan sih.
Mungkin begitu sederhananya

Oke, gitu aja ya... Terima kasih buat AL yang udah kasih aku award ini

Tentang Kehendak Bebas (Freewill) dan Secuil Tentang Semesta

9/15/2014 4 Comments A+ a-

Beberapa waktu lalu saya menjawab sebuah pertanyaan di grup facebook tentang Kehendak Bebas dan Secuil Tentang Semesta
Saya ingin share jawabannya kesini :3
Jadi, langsung aja ya.....

*****
Manusia punya kehendak bebas. Tapi kita perlu mendefinisikan terlebih dahulu apa itu kehendak bebas, agar tidak salah mempersepsikan dengan yang lainya. Seperti yang banyak dijelasin orang, kehendak bebas itu kebebasan untuk memilih. Memilih yang seperti apa? Bagaimanakah yang dikatakan memilih itu?
Memilih itu adalah ketika kita dihadapkan pada beberapa PILIHAN lalu kita memilih salah satu di antara pilihan-pilihan tersebut. Maka, memilih itu harus ada pilihannya. Kalau tanpa pilihan berarti ga bisa dikatakan memilih. Tetapi mengadakan-menentukan jadinya (dari yang tidak ada menjadi ada) => dimana manusia tidak memiliki kemampuan ini.

Jadi, manusia memang punya kehendak bebas, tapi kehendak bebas itu adalah memilih di antara hukum-hukum alam manakah yang ia ingin jalani. Pilihannya adalah hukum alam itu tadi. Jadi, memang manusia tidak bisa lepas dari hukum alam. Tapi, soal kepastian, aku masih bingung apa dan bagaimana yang kamu maksud sebagai kepastian hukum alam.


Soal adanya pemerintahan, kehakiman vs kehendak bebas dan kesadaran

Memang manusia punya kesadaran, tapi jangan lupa juga manusia punya emosi dan nafsu. Memang kesadaran bisa digunakan untuk mengendalikan diri manusia, tapi tidak semua manusia bisa begitu. Bahkan kebanyakan tidak berdaya terhadap emosi dan nafsu mereka. Banyak yang tahu dan sadar apa yang dilakukannya salah, tetapi mereka tetap melakukannya meski itu salah. Sejarah kemanusiaan (bahkan sampe sekarang) pun membuktikannya, betapa manusia lebih menyandarkan diri pada emosi dan nafsu daripada menggunakan kesadaran dan akal sehatnya. Hal-hal itulah yang akhirnya membuat manusia berbuat banyak 
kerusakan di bumi.

Karena itulah hal semacam pemerintahan dan kehakiman itu ada. Pada hakikatnya kedua hal itu diadakan agar sebisa mungkin membuat keteraturan terhadap masyarakat yang dipimpinnya, sehingga mereka yang tidak bisa mengendalikan diri dapat "dipaksa" melalui aturan yang mereka buat untuk meminimalkan perilaku yang membawa pada kerusakan. Selebihnya, mereka juga berkewajiban untuk memenuhi kepentingan hidup bersama masyarakat tersebut. Tapi dipaksa disini bukan berarti dipaksa dalam artian keras, tetapi dengan cara memberi aturan, pendidikan, sanksi dan reward yang sesuai dengan tindakan rakyatnya, begitu pula (seharusnya menurutku) berlaku sama bagi para pemimpinnya.

Sebenernya soal atur mengatur itu tidak hanya berlaku secara kolektif. Tapi juga individu. Sebagai bukti, kita sendiri pasti punya prinsip, nilai-nilai yang kita pegang dalam hidup kita. Menurutku, itu contoh "pemerintah" versi mikro dalam individu.


Lantas, dengan adanya pemerintahan dan kehakiman apakah kehendak bebas itu cuma ilusi?

Tidak. Kehendak bebas pada hakikatnya adalah gift dari Tuhan. Sehingga, ga bisa juga diambil/ dicuri/ diambil alih oleh manusia lain. Buktinya, mau sebagaimana bagusnya sebuah pemerintahan tetap akan ditemukan ada yang melanggar. Itu karena manusia punya freewill. Mau bagaimana orang berusaha menjajah masyarakat lain, tetap akan ada yang melawan.

Yang jadi masalah, pilihan mana yang mereka pilih, melanggar atau menurut? Melawan atau tunduk? Yang manapun pilihan mereka, itu adalah hasil dari mekanisme freewill mereka. 


Lalu, apa yang mendasari kehendak bebas ini?

Banyak hal. Mungkin ada yg terlewat saya sebutkan, tapi  saya akan coba sebutkan yang saya ingat (ini menurut pendapat saya) :
Variabel yang mempengaruhi freewill : pengalaman, keinginan, perasaan, pemikiran dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Semuanya berpengaruh-sebagai masukan, input-.Jadi, saya rasa freewill adalah mekanisme tersendiri, mungkin freewill ini merupakan bagian dari jiwa, atau mungkin freewill ini sendirilah jiwa itu.

Tapi, menurut saya freewill berbeda dari variabel yang saya sebutkan di atas, karena setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda dalam membuat pilihan. Ada yang lebih menitikberatkan pada keinginan, perasaan, nilai, pemikiran, dll. Yang itu salah satunya menghasilkan analisa penggolongan (Feeling) dan (Thinking) dalam MBTI.

"Memilihnya" bebas. tapi "pilihan yang hadir" terbatas. misalnya, hanya misalnya, orang yang miskin dan kelaparan. dia kan harus makan. maka apa yang harus dilakukan? 1. ngerampok makanan, 2. nyari bantuan
3. minjem uang dulu, 4. nyari sisa makan

Dia bebas memilih dan berkehendak. tapi cuma bisa memilih 4 pilihan di atas (yeah mungkin ini menyederhanakan, semoga gak berlebihan). Sementara dia gak bisa memilih untuk "pergi ke restoran yang jual makanan enak dan beli makanan disana". pilihan itu enggak "hadir" karena si subjek gak punya akses (uang). Dari contoh diatas keliatan bahwa subjek memilih, tapi pilihan yang ada saja. memilihnya bebas, pilihannya? not so much *ini baru mempertimbangkan sisi material, belum "pengalaman" subjek

Jangan melupakan variabel kreatifitas dalam contoh kasus itu,sehingga pilihannya terbatas jadi cuma 4. Padahal kalo kita bicara riilnya, apa iya pilihan yang tersedia hanya 4 itu saja?

Kita coba cari rumusan masalahnya dulu.
Si A, lapar, tapi tidak punya uang. Maka, apa yang harus dilakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan fisik makan dengan kondisi tidak punya uang?
Kita definisikan dulu, makan itu aktifitas apa sih? Makan : aktifitas memasukkan makanan ke mulut untuk dicerna sehingga kita bisa mendapatkan energi dan kandungan-kandungan lainnya dari makanan tersebut untuk beraktifitas dengan baik.
Shg, kita harus mendapatkan makanan yang dapat memberikan energi dan kebutuhan tubuh lainnya.

Selain keempat pilihanmu masih ada pilihan-pilihan lainnya, salah satunya mencari dan mengolah makanan sendiri. Jangan lupa kita makan dari hewan dan tumbuhan, maka selama ada bahan-bahan tersebut, kita masih bisa makan tanpa uang.

Dan ini riil di luar negeri,ada orang yang bereksperimen hidup tanpa uang sepeser pun. cek infonya disini .

Dan bisa jadi juga masih ada cara lainnya yang masih belum disebutkan, misalnya bisa aja dia kerja dulu : bikin perjanjian sama pemilik resto, dibantu kerja disana dengan bayaran makanan. Atau, nekat aja makan di restoran, terakhir-terakhir bilang aja dompet lupa, terus gantinya kerja "gratis" disitu, atau cari aja pesta nikahan atau org punya gawe/acara, pura2 bawa amplopan terus masuk dan makan deh sepuasnya disana, atau cari acara-acara yang kasih makanan gratisan ikutin deh acaranya, atau cari orang bagi-bagi takjil gratisan, ikut jamaah masjid di mesjid pas ramadhan, de el el. Banyak jalan menuju roma, hanya karena cara yang kita temukan terbatas bukan berarti pilihannya memang benar seterbatas yg ada di pikiran kita

Tapi 1 hal,janganlah membatasi sesuatu yg sesungguhnya tak tak diketahui batasnya.

Soal makan di restoran yang jual makanan enak. Itu beda lagi rumusan masalahnya. Rumusan masalahnya bukan lagi bagaimana aku bisa makan. Tapi bagaimana aku bisa makan di restoran yang makanannya enak? Jujur aja sebenernya saya bingung, Yang jadi masalah disini: restorannya atau makanan enaknya? Klo makanannya, saya rasa makanan enak ga harus di resto, dan ga harus mahal juga. Bikin sendiri juga bisa. Atau coba cara-cara yg aku sebutkan di atas juga bisa dapet makanan enak.

Kalo' masalahnya adalah ingin makan di restoran, bisa pake salah 1 cara yg udah aku sebutin di atas. Sebenernya, makan di restoran adalah pilihan lanjutan dari makan: saya butuh makan. Makan yang bagaimana? Makan yang enak di restoran. Maka, untuk memenuhinya kita harus menjalani konsekuensinya. Jangan lupa kita hidup dalam dimensi ruang dan waktu bersama dengan alam dan manusia lainnya, dan jangan lupa juga untuk memperhitungkan variabel dari diri sendiri. Seperti yang kubilang bahwa pilihan itu tidak bebas konsekuensi, maka jika memilih suatu opsi kita juga harus mau menjalani konsekuensinya, yang bisa jadi butuh waktu, butuh usaha, de el el. Sehingga jika tidak mau, tidak bisa atau kondisi tidak memungkinkan untuk memilih cara yang aku sebutkan di atas tadi, maka perhitungkan potensi diri kita saat ini, realistis atau engga. Kalau engga, jangan lupa kita juga hidup di dimensi waktu, kalo' gak bisa sekarang maka kamu bisa cari cara ngrencanain suatu saat bisa makan di restoran itu. Lama? Ribet? Itu konsekuensi. Kalo' ga mau ya udah ga usah milih itu. Tapi sebenernya, Anything is possible, isn't?

Dalam komen sebelumnya, aku sempat menyebutkan keteraturan yang dinamis. Ini adalah salah satu wujud sistem keteraturan dinamis yang ada di alam ini. Pernah denger kata-kata,"manusia itu lemah. Lihat dia tidak punya bulu utk menghangatkan diri, dia bahkan tak punya cakar dan taring untuk melindungi dirinya sendiri." Itu dari kartun tarzan. Tapi, kau tahu, si makhluk yang terlihat lemah itu, yang terlihat lebih lemah dari hewan yang punya sistem pertahanan diri kini telah mendominasi bumi, berada di rantai "makanan teratas".

Tidak selamanya keterbatasan itu hanya berarti terbatas dan tidak berdaya, selesai. Bisa jadi keterbatasan itulah yang memunculkan "ketidakterbatasan". Justru karena manusia itu "lemah", karena itulah dia berusaha bertahan dengan segala yang dia miliki, apa itu? Akal, ia brpikir keras untuk melawan keterbatasannya dengan memanfaaatkan apa yang ada di sekitarnya untuk menggantikan apa-apa yang tidak ia miliki dibanding makhluk lain. Dan kini pencapaian manusia dalam hal teknologi banyak yang sudah melampaui apa-apa yang ia jadikan inspirasi. Manusia memang makhluk serba terbatas. Tapi tuhan telah membekalinya dengan mekanisme tidak terlihat, apa itu? Freewill dan segala perangkatnya yang saya sebut sebagai variabel dalam bagian yang sebelumnya.

Dalam membahas freewill, kita gak bisa membahasnya secara terpisah dari perangkatnya. Misal, kita bahas motor, cuma dengan mengambil analogi dengan mesinnya tapi kita berharap motor itu bisa jalan tanpa roda? Ya jelas gak bisa jalan lah. Sama dengan freewill, dia bukan entitas yang bekerja secara mandiri, tapi dia bisa bekerja karena ada dukungan dari perangkat lainnya. Karena mereka adalah satu kesatuan. Kreativitas yang saya sebutkan di atas adalah hasil dari proses akal, pengetahuan dan pengalaman, mungkin juga "perasaan".

Dan perangkat-perangkat itulah yang membuat freewill bersifat terbatas sekaligus tidak terbatas. Terbatas, karena sifat kita sebagai manusia yang diciptakan adalah terbatas. Tidak trbatas, karena kombinasi antara freewill, perangkatnya dan mekanisme alam ini telah menciptakan potensi pilihan-pilihan, jalan, cara yg tak seorang pun tau seberapa banyakkah batasnya, dan jumlahnya selalu berkembang.

Secara pribadi, saya berpendapat salah satu batasan freewill manusia adalah menjadi atau setara dengan Tuhan. Tapi selebihnya soal cara hidup, itu tidak terbatas, selama kita mempertimbangkan variabelnya dengan baik, menggunakan perangkat-perangkatnya dengan baik, dan mau menjalani konsekuensinya, pilihan itu bisa jadi "tidak terbatas".

Jika kita membatasi pilihan, maka kita tidak akan pernah merasakan terbang di udara. Menjelajah luar angkasa. Mencapai jarak jauh dalam waktu sebentar, menikmati teknologi. Karena pada saat itu, tidak ada orang yang akan menemukan hal yang baru. Para penemu itu sukses karena mereka tidak membatasi pilihan, "Karena aku tidak punya sayap maka aku tidak bisa terbang", mereka tidak brpikir bgtu. Yang mereka pikirkan adalah "Aku tidak punya sayap, apa yang membuat sayap burung bisa membawa burung itu terbang? Jika aq memahami cara kerjanya, bisakah aku membuat sayapku sendiri dan terbang seperti mereka? Sekarang memang aku belum bisa terbang, tapi itu konsekuensi. Aku butuh waktu untuk mampu melakukan itu semua. Maka akan kujalani itu dan kubuktikan terbang itu mgkn, bukan tidak mungkin."

Dan sekarang kita telah menemukan banyak cara untuk "terbang" :)

Secuil Tentang Semesta
Menurut saya, alam semesta ini tidak hanya terdiri dari materi tapi juga imateri. adanya fenomena perasaan, logika, nilai, keinginan dan freewill tadi itu adalah bukti adanya hal-hal yang bersifat imateri.
Lalu, bagaimana dan dimana keberadaan yang imateri ini? Saya tidak tahu. Karena namanya juga imateri, kalau kita mempertanyakan dimana keberadaan, maka sama seperti memaksakan yang imateri menjadi materi. Dan sejauh ini, saya juga tidak tahu bagaimana memverifikasi dimana keberadaannya, dalam bentuk yang bisa diindera seperti alam kita.

Yang saya tahu hanya yang imateri ini kebanyakan adalah mekanisme. Dimana materi merupakan wadah dari mekanisme tersebut, dengan kata lain alatnya.

Pertanyaan : apakah keteraturan itu berarti tetap tidak bisa berubah? Bagaimana jika aturan yang "disetting" itu memang sudah disettingkan bersifat dinamis?

Kalau soal kriminal, seperti yang aku bilang, dia melakukan itu karena freewill-nya. Memang ada hukum sebab-akibat, tetapi hukum sebab-akibat manakah yang ia pilih untuk dijalani? Yang menuju pada kebaikan, atau pada kerusakan? Itu pilihannya. Manusia selalu punya pilihan yang terbaik. Tetapi, apakah ia juga mau menjalani konsekuensi dari pilihan tersebut. Itu masalahnya. Kebanyakan tidak kuat dengan konsekuensi lantas jadi menyalahkan keadaan. Padahal bisa jadi itu hanya pikirannya, atau dia yang tidak mau untuk berkorban yang setara dengan yang diinginkannya.

Dalam kehidupan, bahkan alam, tidak ada yang bersifat seperti garis lurus. Bahwa sebab a pasti berimplikasi akibat b. Bahkan dalam hukum alam sekalipun. Ada asap, belum tentu ada api. Air belum tentu selalu jatuh ke bawah. Hukum alam berlaku dengan hukum Jika... Maka... . Jika semua variabel terjadinya suatu kondisi A terpenuhi, maka A akan terjadi. Jika tidak, maka yang terjadi mungkin A'. Jika ditarik oleh gravitasi bumi, maka air akan jatuh ke bawah. Tapi, air tidak selalu jatuh ke bawah. Tapi, kondisi di alam ini tidak selalu sama/tetap. Karena itulah, teori yang sempurna dalam pernyataan tidak selalu berjalan mulus ketika dipraktekkan dalam kenyataan, bahkan bisa jadi malah gagal.

Soal alam aja begitu. Dimana, alam tidak punya freewill, melainkan mekanisme alam, hukum alam. Apalagi manusia yang punya freewill? Konsekuensi punya freewill, dia punya kemampuan lain : manipulasi. Dengan memanipulasi hukum alam, manusia bisa mencapai peradabannya sekarang. Dengan kata lain, manusia bisa memilih pilihan di luar "yang umum" dari masyarakatnya saat itu. "Yang umum" ini bisa berarti positif maupun negatif. Tapi, tetap saja yang namanya manipulasi tidak bisa melampaui hukum alam yang telah ada, dengan kata lain mengubah hukum alam itu sendiri. Memanipulasi itu lebih pada memanfaatkan mekanisme hukum alam. Bukankah itulah cara kita selama ini membangun peradaban, mempelajari hukum alam dan memanfaatkannya?

Jadi, menurut saya kalau ada yang bilang, "sudah takdir atau nasibnya", itu cuma pembelaan atas ketidakberdayaannya, atas ketidakmauannya berjuang melawan ketidakberdayaannya sendiri. Masalahnya adalah berjuang itu bisa menjadi lebih sulit dari sekedar bertahan dengan bilang "sudah takdir atau nasibnya", karena itulah tidak semua orang mau memilih itu, meski apa yang menunggu di ujung perjuangan bisa jadi jauh lebuh manis dari apa yang didapatkan saat ini. Karena ada yang bisa keluar dari apa yang dikatakan "sudah takdir atau nasibnya" itu. Lalu kenapa dia tidak?

Dan saya rasa, setiap manusia siapapun itu punya kesadaran, akal, dan perasaan. Masalahnya, apa dia mau menggunakannya sesuai fungsinya? Kembali tergantung bagaimana freewill-nya memilih. Yang manakah yang lebih dia pilih. Dan kembali lagi itu menjadi tanggung jawabnya untuk menggunakannya dengan baik, atau tidak sama sekali. Bukan tidak bisa dipersalahkan.

Sehingga, tidak ada yang namanya pilihan tidak ada sama sekali kehendak bebas. Karena hakikatnya manusia punya kehendak bebas, bahkan mereka yang memiliki kekurangan mental pun punya. Yang ada mungkin hanyalah orang yang memilih untuk tunduk pada suatu hal, termasuk penderitaan. Tapi, ia memilih itu atas freewillnya. Apa mungkin ada orang yang memilih untuk menderita? Ada. Beberapa mungkin mereka yang sering menggunakan pembelaan,"sudah nasib,sudah takdir..." Kecuali, jika suatu saat hal seperti yang terjadi di film-film zombie jadi kenyataan, maka mungkin akan berubah. Tapi, saya rasa tanpa freewill maka akan dipertanyakan pula apakah mereka itu masih bisa disebut manusia atau tidak.


Dearly Sad People

8/03/2014 0 Comments A+ a-

I'm scared of seeing beneath my own. Superficial front again.
I'm a lucky person, I'm loved by my rich parents.
I'm gloomy, but I have Saki.
But I wanted something else. I wanted what I was not.

I wanted to be "unhappy".
The "unhappy" people on TV.
An unhappy past, an unhappy life...
It was like they were drunk with unhappiness.

It may have been because of that unusual sadness
Expressed in her that I became best friends with Saku.
I soon ended up finding out that
Unhappiness is not something to be "desired".

IT CRUSHES YOU.
YOU'RE ALIVE, BUT DEAD
EVERY DAY LITTLE BY LITTLE. YOU DIE
THAT IS THE REALITY OF IT.

And in that reality, I could do nothing but watch.
Only my shallowness become clear.

I LOVE YOU. I LOVE THE PEOPLE LIKE YOU
Even if anyone or anything denies you,
Please don't think I'm the same
I'll stay here, stay by your side
Don't feel like you're alone in this world.

Taken From Hoshi Wa Utau (Takaya Natsuki)


Note : These are the words of a girl's -sei- for her bestfriend ( a girl too) -saku-

These words really represents my hearts. When i read this world, i said to myself, the mangaka really do understand me!

I do feel the same with the character who said this in this comic. I have certain interest to some people, people that live with pain- people that hurt by others. This feeling is actually hard to explain. It'a more than sympathy, but it's not pity. I admire them, and probably love them. But this love is a little different than love between man and woman or parents to child. I can't explain what kind of love it is.  I adore them, I respect them. They are "beautiful".

I want them to be able to reach the best of life that they can get. I want to  help them. That's probably the reason why i always, helplessly want they to keep struggle for their life, life at the best.

Probably that's why i dont wanna to give up for people like this. Even though i said so, i still watching their back. But, it's true. I had given up. not so long ago. I become to understand, that not all the hurt people is sparkling, means not all of them willing to struggle  for their own life. Some choose life that they already have now, even though they dont like it, or hate it. And I can't change that. 

I also come to an understanding that the people i admire is the hurt people that struggle for their life, whether it's in a positive or negative way. I admire their fighting spirits. I think because of that fighting spirits, their ability to survive, they deserve the best. And i want to help them to make it, in a positive way.

But i don't like one that giving up to life, to everything that (s)he dont get. And stop there. Because when someone decide to live a life like that, (s)he will ignore everything you said. Even though (s)he know you may be right, but (s)he just dont want to hurt more. Because you know what, fighting means hurt more to get more, but no one can guarantee that u certanily will get more, just like no one can know certainly what will happen the next.  Well, i dont say people like that won't change. But for me, when someone decide that, and when i tried my best and he still stay there, and even he already know all the consequences and probability. So, i think that time i should leave him with his choice. Everyone is responsible for their own choice, isn't?

Well, afterall i just want to say that the quote in the beginning of this posting is really represents my heart. The feeling that i can never understand before-that i questioning myself- this mangaka, Takaya Natsuki, can say it well. I feel like she can really understand me, even though she won't even know me. 

And i recommend her mangas to be read. Because you'll get so many life lesson, that different from other books or manga. Through her manga, she teach us how to accept the ugliness like it is, instead to sugar coating it. Through her manga, i could learn about life, the bad and the good. I can't say much, but i guarantee u can find wonderful story and life lesson in her mangas. And they are worth to read, very much! :D

U can find her manga list here. And the series that i like the most is "Fruits Basket" :3

"People that I like is not people with pain, but people who struggle with their pain. Because they teach me to keep fighting, struggle in life. Even though with pain and will be hurt again and again. They teach me what pain meaning is"


Twitter's K

Think Without The Box

7/17/2014 2 Comments A+ a-

"If you want to be creative, then think the opposite of the common.Think out of thebox", a motivator said.

When i heard that, i only think that he is silly. Come on, is that enough to be creative?? Well, i can only assume that he dont really understand about creative, but follow the common style of thinking, about creative.

if what we need to be creative only think the oppositw of the common, then it'll be okay if we do the genocide with the most painful and cruel as a way to control human population? Or kill all the patients as a way to cure people and prevent the disease, no matter what the disease is? Or, make a museum from a living human to show how far human can survive the pain and  torture? Or, torture ourselved only to draw attention to us???

Oh, well, i would call that as dumb!! Think the opposite doesn't make you a creative person, rather you could make things worse than before.

That's the reason i write this statement on my facebook :

"Why do people wants the same form of creative? Creative is to be like this and that. I dont think creative should be "outside the box". It doesn't matter whether you inside, outside or nowhere (without) of the box. It is matter that you reach your purpose, solve the problem well on the whole (for now and later), whether it's inside, outside or nowhere(without) of the box. Because i do think that is the reason God create creativity, to compensate with the dynamics of life. 

Creative isn't only means new and different, it means solve the problem well on the whole with all the things you have right at the time. Just focus to solve the problem, not the box.

So, no matter whether you use a traditional, modern, simple, complex or a whole new way to solve the problem. The most important thing is the problem is solved in effective, eficient way and give the optimal outcome."
by K

Innovative & Creative

Sometimes, we don't need to think something complicated and new to be creative, sometimes all we need is understanding of the problem and simple method to solve some problem. For example, In a soap factory, there was a problem. The workers sometimes forget to fill the soap box with soap, but the factory dont want to send an empty soap box to the consumers. So,they must solve this problem. Then, they called "A" and "B" to solve the problem. Later, "A" created a machine that is able to scan the contents of the soap box, so you will know the soap box already contains soap or not. Meanwhile, the "B" bring a big fan. He uses the fan to blow away the soap box that was empty. So with that we can find out where the soap box is empty or not.

I would say both of them are creative. But i think B is more creative, because B's solution is much more cheap, it means that he can offer the most effective and efficient solution to the factory's problem. B knows that an empty soap box is light. So, it would be easy to blow it away. 

Whereas, A solution is more innovative. He offer a new solution by create a machine for scanning the soap box. But i think, this solution won't worth much if the machine can't give more advantage than this. Because, this problem actually can be solved by B, more effeciently. So, if the machine can't do any better than the big fan, i would say that B solution is not an efficient solution.B's solution is better A's, That's why i said that B's solution is more creative than A's.

See? To be creative doesn't mean being all new and complicated like A did. Sometimes, it just very simple and cheap. We don't have to use new tool or way to solve the problem, we just have to use everything around us "wisely".

Some people misunderstand between innovative and creative. They define creative as a new things. But, i think that definition is more fit for innovative, not creative. Just like i said on my facebook's status, creative means solve the problem well on the whole with all the things you have at the time. 

Sosok Sempurna

6/03/2014 1 Comments A+ a-

Kata "sempurna" merupakan salah satu kata yang tidak menyenangkan buatku. Kalau mau lebay sih, mungkin alergi ya...

Alasannya, mungkin karena "sempurna" itu adalah kata yang tidak mungkin di dunia ini. Tidak ada sesuatu sempurna, "mutlak" di dunia ini. Begitu pun dengan manusia, entah kediriannya maupun hasil karyanya, materi ataupun imateri, fisik maupun psikis. Tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Dunia ini tercipta tidak sempurna, dan karenanya tak ada satupun di dunia ini yang "stand out" dan mampu berdiri sendiri tanpa yang lainnya. Semuanya, pasti butuh sesuatu lainnya untuk bisa bertahan. Semuanya, pasti memiliki titik "jatuh" dan "bangkit"nya.

Dunia ini tidak sempurna, dan bersama saling mengisi kesempurnaan itu,,, itulah yang membuatnya sempurna. Bukan sebagai satu yang sempurna, tetapi "kesatuan" yang sempurna.
Bagiku, satu yang sempurna hanyalah Tuhan, tiada yang lain.

Dan karenanya, mungkin aku dibuat cukup muak dengan sosok-sosok sempurna yang dimunculkan oleh manusia untuk menutupi kelemahannya, sosok selain Tuhan.

Adalah hal yang wajar jika manusia menginginkan kesempurnaan, karena fitrahnya untuk selalu menginginkan yang lebih dan lebih. Dan ini fitrah ini juga yang membuat manusia mencapai kemajuan peradaban seperti sekarang ini. Tapi, janganlah memaksakan "kesempurnaan" itu ada pada orang lain, atau pada diri kita sendiri. Kesempurnaan seperti itu yang membuatku alergi pada kata "sempurna"

Masalahnya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang benar-benar sempurna. Andai-nya pun ada, maka patut dipertanyakan "kemanusiaan"-nya. Karena seperti yang saya katakan sebelumnya, yang satu sempurna hanyalah Tuhan. Tidak bisakah kita menerima kenyataan itu? Haruskah kita "mengorbankan" orang lain untuk memenuhi sosok sempurna untuk diikuti?

Masalahnya adalah sikap seperti itulah yang membuat kita menjadi pengikut buta atau tersesat saat menyadari bahwa orang yang kita ikuti tidaklah sesempurna harapan kita. Sikap seperti itu juga yang membuat orang yang tertuntut untuk menjadi sempurna jadi mengejar kesempurnaan seperti "kesetanan", dan akhirnya kehilangan dirinya sendiri, saat menyadari ia tak cukup sempurna untuk menjadi seperti yang semua orang inginkan terhadapnya.

Tak bisakah kita menghentikan lingkaran setan ini?

Padahal, hanya sesederhana menerima kenyataan bahwa dunia ini, termasuk manusia, adalah sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Sempurna yang dimaksud di sini adalah sesuai dengan hukum alam yang diciptakan oleh Tuhan. Dan dalam ketidaksempurnaan itulah kita mendapatkan berkah yang tak terkira hingga sampai pada pencapaian kita saat ini. Adanya fitrah manusia yang selalu ingin lebih bukan agar manusia menjadi sempurna, atau menyandarkan kesempurnaan pada manusia lain, melainkan agar manusia selalu berusaha untuk mengembangkan kehidupannya di tengah keterbatasan yang melingkupinya. Dan dengan manusia menerima keterbatasannya, sehingga ia akan memahami ada entitas lain yang sempurna, satu-satunya yang pantas untuk dijadikan sandaran, Tuhan.


Ketidaksukaanku pada sosok yang sempurna ini juga membuatku sempat merasa aneh dan tidak suka pada Nabi Muhammad. Memang beliau adalah sosok yang seharusnya dikagumi dan diikuti oleh muslim. Saya tau. Hanya saja, sosok Nabi Muhammad yang diceritakan orang-orang tidak terdengar seperti cerita tentang seorang manusia. Nabi Muhammad seakan digambarkan sebagai sosok sempurna, yang tak pernah melakukan kesalahan, yang selalu benar, tanpa kelemahan, tak pernah ragu, tak pernah merasakan proses mental "down" seperti manusia lain, karena beliau adalah manusia yang terpilih, manusia yang sempurna.

Tapi untungnya, saat di kemudian hari saya membaca kisah beliau, saya tahu bahwa beliau juga manusia biasa yang pernah salah, yang tidak selalu benar, memiliki kelemahan, pernah ragu dan pernah mengalami up-down -nya psikis dan kehidupan. Dari situlah saya justru mulai tumbuh empati dan kekaguman saya pada sosok Nabi Muhammad.

Ya, saya memang lebih mengagumi orang yang tidak sempurna, yang meskipun tidak sempurna selalu berusaha yang terbaik. Saya selalu dibuat "amazing" oleh mereka yang tidak sempurna. Justru mengetahui seseorang yang terlihat "sempurna", saya merasa takut. Karena yang saya tahu pasti bahwa ada sesuatu yang gelap di balik kesempurnaan itu. Sesuatu yang bisa meluap kapan pun, jika terus ditekan oleh sosok "sempurna" yang ada di permukaan itu.

Karena itulah, saya juga lebih sering mengagumi tokoh-tokoh "subtle (pendukung)" dalam sebuah cerita. Saya kurang suka tokoh utama, karena biasanya tokoh utama digambarkan begitu sempurna, cantik-ganteng, selalu semangat, ga pernah menyerah, selalu pengertian, dll. Well, terlalu jauh dari kenyataan menurut saya.  Dan, saat kita tidak menjejakkan kaki di tanah(kenyataan),bisa jadi kita akan terjatuh dengan keras. Atau hidup dalam fantasi kita. That would be bad, i think.

"Entah kenapa semua orang selalu "memimpikan" sosok sempurna tuk diikuti. Tapi,bukankah tak ada "manusia sempurna" itu? Bukankah itu hanya membuat kita terus "bermimpi" dan lari dari knytaan? Tidakkah lebih baik mnrima kenyataan itu apa adanya. Dan bukankah lebih baik jika kita bisa menerima kekurangan dan kelebihan tiap manusia? Bukan utk dbiarkan begitu saja. Juga bukan hanya untuk diikuti. Tapi,untuk saling mendukung untuk kebaikan bsama. Juga untuk saling belajar, ber"deal" dengan realitas itu sendiri."


Status Facebook "K" di suatu hari

Antusias dan... Hancur

5/15/2014 2 Comments A+ a-

Ya, itulah yang terjadi pada diriku hari ini.

Ah, sedih deh kalo inget. Padahal udah semangat dan deg-degan ga karuan :'(

Jadi gini, hari ini tiba-tiba aku dapet sms dari seorang temenku, yang juga punya impian yang kurang lebih sama sepertiku, ingin memajukan sistem pendidikan di Indonesia. Dia kasih tau ada acara bincang-bincang pendidikan di Jakarta hari Minggu besok. Jelas jadi semangat donk aku, apalagi ternyata seorang teman SMP dan SMA-ku yang udah lebih dulu merintis karya di dunia pendidikan anak Jalanan Kota Jakarta, Shei Latiefah, juga ikut jadi fasilitator di acara ini. Nah tuh, gimana ga mupeng banget coba??

Pas aku nyampe rumah bela-belain deh cari-cari jadwal kereta api, dan lain-lain untuk bisa mengantarkanku ke acara itu. Padahal saya buta sama sekali soal Jakarta. Engga tau mau naik stasiun yang mana, turun dimana. Soalnya acaranya kan di Jaksel, tapi pas nyari kereta dari Surabaya yang berhenti di Jaksel ga ada. Dan saya ga tahu, Jaksel dan lokasi acaranya itu dekat dengan stasiun yang mana. Buka google map juga internet saya lemoutt bangett.

Di tengah pencarian saya itu, saya mencoba memastikan jadwal deadline Ujian Akhir saya. Dan ternyata, saya melupakan fakta bahwa hari minggu besok ada deadline Ujian Akhir! Arrgghh!! Langsung deh, semangat yang berapi-api tadi berasa kayak disiram aer. Langsung mati!

Padahal kesempatan emas begitu, tapi harus terlewatkan begitu saja. Padahal saya udah bingung bingung ninggalin adek saya dirumah sendirian 2 hari, terus minta izin ke ortu juga gimana. Ehn ternyata begitu... :(
Untungnya, temen yang kasih tau soal info itu berencana untuk nekad ikut. Meski dengan biaya yang terbatas sih. Aku cuma bisa bantu dia soal biaya, sambil berharap ikut kecipratan berkahnya (Aamiin). Yaa...gak papa lah, paling enggak ada yang bisa ikut dan bagi-bagi info-info. Mungkin giliranku bukan sekarang, tapi nanti pasti akan ada kesempatan lain (Aamiin).