Kenapa harus ada kambing hitam??

4/28/2011 9 Comments A+ a-


Ya, kambing hitam. Aku pun tidak mengerti jawaban dari pertanyaan itu. Entah kenapa, sepertinya setiap orang begitu bernafsunya mencari kambing hitam jika ada masalah. Entah itu orang lain, makhluk lain, ataupun dirinya sendiri.

Saat ada masalah pasti akan muncul, si A lah yang salah, dialah yang bertanggung jawab. Jadi, ini karena si B yang kayak gini?ini salah si B? Kamu yang salah karena kamu gini, makanya kamu yang harus bla bla bla. Ini karena benda itu rusak, ya salahnya benda itu begini dan begitu.

Orang Yang Kufigurkan

4/27/2011 6 Comments A+ a-

-->

Memang, dulu aku tidak pernah memiliki orang-orang yang bisa kufigurkan, tidak di dalam keluargaku, tidak pula tokoh-tokoh masyarakat. Dulu, aku pernah ditanyain,” siapa yang kamu figurin,k?”. Aku bingung menjawabnya, karena saat itu memang tidak ada seorang pun yang aku figurkan.Lalu, aku balik bertanya,” Apa seseorang itu harus mempunyai figur,mbak?”. Sepertinya, ia sedikit terkejut,tetapi ia menjawab,” Sebenernya gak harus sih. Tetapi, umumnya orang memiliki figur. Dengan begitu, ia bisa menjadi lebih baik, dengan meneladani figurnya, mungkin bisa bertahan lebih lama, bisa berjuang lebih lama”. Aku hanya diam saja, karena memang aku tidak memiliki figur yang seperti itu.

 Tetapi, baru-baru ini, setelah lulus SMA tepatnya, aku menemukan banyak figur-figur yang luar biasa. Untungnya saja begitu, karena di masa ini saya bener2 ngerasa banyak peristiwa yang bikin down.Ini dia.......

My Dreams#2 – The metamorphosis

4/25/2011 7 Comments A+ a-

-->
Mimpiku, membuatku mengubah diriku. Sesuatu yang kupikir tidak mungkin sebelumnya. Tidak hanya itu, ada banyak hal yang tidak pernah ku kira akan kulakukan, dan aku melakukannya! It’s amazing to have such dreams!!

My Dreams #1 – My Determination!!

4/20/2011 7 Comments A+ a-

Kepedihan yang kurasakan memuncak, aku jadi membenci segalanya, dan dunia. Tapi,  yang sebenarnya paling ku benci adalah diriku sendiri. Ya, diriku sendiri yang selalu dan selalu diam melihat segalanya terjadi. Diriku yang selalu dan selalu berlindung di balik tempurungku sendiri. Hanya bisa berkoar dalam hati, namun tak pernah benar-benar bisa mewujudkannya, bahkan tidak pula pernah ada langkah pertama itu.

My Dreams #0 – The Past Time

4/14/2011 14 Comments A+ a-

Gak jarang aku mendapat komentar dari temen-temen kalau aku orangnya terlalu serius, memaksakan diri sendiri, nyengsarain diri sendiri, dll lah. Bahkan, seorang sahabatku pernah nyeletuk,” Kamu itu loh, kak, kok malah menghindari kesenangan”. Ehm...benarkah? Sepertinya gak salah juga sih. Tapi, kenapa koq aku seperti itu? Mari kita baca kisahnya......*Teroret roret...........*

May It Be - Enya

4/12/2011 4 Comments A+ a-

Lirik :

May it be an evening star
Shines down upon you
May it be when darkness falls
Your heart will be true
You walk a lonely road
Oh! How far you are from home

Takut Bahagia

4/11/2011 7 Comments A+ a-


Aneh ya, bahagia kok malah takut? Bukannya semua orang itu pasti ingin bahagia? But, i am indeed afraid to be happy.Memang, tidak bisa dipungkiri, bahwa aku pun manusia yang selalu ingin bahagia, yang selalu mencari kebahagiaan. Hanya saja, terkadang menjadi terlalu bahagia itu menakutkan.


Salah satu penyebab utamanya, adalah beberapa peristiwa di masa kecilku, yang udah aku bahas disini. Karena itulah, aku merasa bahwa bahagia itu adalah salah. Dan, bahwa menjadi bahagia berarti juga akan merasakan kepedihan suatu saat nanti. Karena saat kita kehilangan “saat-saat bahagia” itu, maka kepedihan yang dirasakan juga tidak terkira. Memang hal ini tidak benar, tetapi itu sudah terlanjur di alam bawah sadarku. Tanpa sadar, aku memperlakukan diriku seperti itu.

Bahagia di atas penderitaan
Ada kata-kata, “jangan bahagia di atas penderitaan orang lain”. Ya, itulah salah satu alasan yang kemudian sangat mendukung ketakutanku untuk bahagia. Bukan, bukan karena kebahagiaan itu didapatkan dengan penderitaan orang lain.

Melainkan, karena setiap saat, entah di mana, akan selalu ada orang yang terkena masalah, akan ada orang yang terluka, akan selalu ada orang yang meninggal, akan ada orang yang sedang merasa sedih dan menderita. Tapi, di saat yang sama, akan ada orang yang tertawa, tertawa senang, akan ada yang gembira, akan ada orang yang merayakan kebahagiaannya.

Ya,di saat kita bahagia, di saat yang sama pula ada orang yang menderita. Bukankah itu tidak adil? Jika kita bahagia, di saat orang lain masih ada yang menderita. Bukankah itu menyakitkan? Seakan kita tidak merasakah apa yang orang lain rasakan, seakan kita tidak mempedulikan mereka yang sedang menderita. Seakan kita hanya peduli dan begitu saja menikmati kesenangan kita sendiri.

Lalu, aku menumpuk rasa bersalah. Bukan karena mereka menyalahkanku. Melainkan sebagai pengingat, pengingat agar aku tidak lupa dan terlena dengan kebahagiaanku, sedangkan orang lain masih banyak yang menderita.

Bagi sebagian orang pasti aneh, merasa bersalah itu berat, kenapa harus mempersulit dan membuat diri sendiri menderita? Bahagia itu hak semua manusia, kenapa malah membuang kebahagiaan sendiri?

Mungkin, bagiku, itu sebagai penebusan dosa. Penebusan atas kebahagiaan yang pernah kurasakan, dan adikku tidak merasakannya. Penebusan karena aku yang hanya bisa diam saja, melihat segalanya terjadi di depanku. Penebusan karena aku yang telah begitu banyak waktuku hanya untuk tenggelam dalam diriku sendiri.

Mungkin, itu juga sebagai penghiburan. Penghiburan atas diriku yang tidak melakukan apa-apa. Penghiburan atas segala penderitaan yang selalu aku lihat, dengar dan rasakan di sekitarku, seberapa pun aku mencoba untuk menutup rapat hatiku untuk mengetahuinya.

Dengan pemikiran seperti itu, aku mulai menjauhkan diri dari kesenangan. Membatasi diriku dari hal-hal yang membuatku lupa dan menikmati segalanya. aku jadi anak yang pendiam(udah dari sononya), aneh dan suram(begitu kata temanku).

Kini
Kini, saat aku sudah mulai mencoba untuk menghadapi dan melalui segala tantangan yang ada di dalam hidupku, saat aku telah memutuskan tujuan dan makna hidupku, saat aku telah memutuskan untuk mewujudkan mimpiku, aku dapat memandang kebahagiaan itu sedikit lebih baik.

Aku tidak berniat sepenuhnya memaksakan diriku untuk mengubah pandanganku tentang bahagia itu. Toh, memang pada realitasnya memang di saat kita bahagia, di saat yang sama pula ada orang yang menderita. Tapi, aku akan mengubahnya menjadi kekuatanku.Dengan segala yang kurasakan, aku akan belajar untuk hidup lebih baik, dan untuk dapat lebih belajar berempati pada orang lain.

Aku akan menjadikannya kelebihan. Dengan pemikiran yang seperti itu, aku bisa menunda kebahagiaanku untuk dapat segera mewujudkan impian dan tujuan hidupku. Mungkin, bagi orang lain aku orang yang menolak kesenangan. Tapi, bagiku aku sedang mengejar “kebahagiaan”. Dengan begitu, aku juga tidak terlalu banyak memiliki keinginan yang macam-macam.

Bahagia itu.....
Bagiku, saat ini,bahagia bukanlah dosa. Hanya saja, kita memang harus berbagi, berbagi kebahagiaan agar kesedihan tidak terlalu berat untuk dilalui. Saat bahagia, mungkin, aku akan mengingat mereka dengan berbagi kebahagiaanku dengan orang-orang di sekitarku yang membutuhkan. Dan dengan mengabdikan hidup untuk masyarakat, akan jauh lebih baik daripada hanya terpaku dan disetir oleh rasa bersalahku.

 Mungkin jauh di sudut hatiku, aku masih takut dan merasa bersalah. Tetapi, apapun itu, aku akan berusaha untuk mengubahnya menjadi kelebihanku. Aku tidak ingin menghilangkannya, karena apapun itu, adalah murni perasaanku dan panggilan dari diriku sendiri. Aku berusaha tidak akan tidak mengindahkannya, dan berlaku seakan tidak ada apa-apa. Aku akan berusaha sebisa mungkin mendengarnya, dan mengubahnya menjadi lebih baik.

Karena perasaan itu, sama seperti energi. Ia tidak akan musnah, tetapi kita bisa mengubahnya menjadi lebih bermanfaat. Dan, jika terus menerus ditekan, maka itu akan menyerang balik diri kita. Lalu, kenapa kita tidak berusaha untuk bersahabat dengannya dan menjadikannya sebagai kekuatan yang besar bagi kita??

Tidak lagi ingin

4/10/2011 2 Comments A+ a-


Dulu, aku hanya berani untuk menginginkan sesuatu. Ya, aku ingin menjadi seseorang yang aku inginkan. Sama seperti kata ...., tokoh utama dalam komik MoonLight Night. Ia berkata, “ Akan sangat menyenangkan ya, jika kita bisa menjadi seperti yang kita inginkan”. Kata-kata itu begitu membekas dalam diriku. Bukan kata mutiara, bukan kata bijak, bukan pula kata-kata indah. Hanya kata yang mewakili hasratku, mungkin juga semua orang. Sejak itu, aku ingin, aku berpikir dan berharap untuk bisa menjadi seperti yang aku inginkan.

Salahkah Bahagia itu?

4/09/2011 0 Comments A+ a-



 Aku adalah anak pertama di keluargaku. Sebelum adik-adikku lahir, aku tinggal di sebuah rumah gedhek (gubuk) kecil yang dikontrak oleh orang tuaku. Aku yang memang memiliki fisik lemah dan sakit-sakitan, dan statusku yang masih anak tunggal, begitu dimanjakan oleh orang tuaku. Sebagai anak tentu saja aku menikmatinya. Meskipun aku tidak dapat mengingat dengan persis perasaan yang aku rasa saat itu.

Bukan Waktu

4/07/2011 15 Comments A+ a-


Seringkali kita berkata, “biar saja waktu yang menyelesaikan masalah”.  Banyak orang yang menyerahkan penyelesaian masalahnya pada waktu. Tapi, bisakah waktu menyelesaikan semua masalah kita?Karena pada kenyataannya, waktu jugalah yang “membuat” masalah kita semakin runyam dan melebar.

Waktu Bukan Penyelesaian
Kita memang membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalah kita. Tapi, masalah itu tidak akan pernah terselesaikan jika tidak ada tekad dari kita untuk menyelesaikan masalah. Justru, saat kita menyerahkan begitu saja masalah kita pada waktu, maka waktu justru akan membuatnya semakin runyam dan sulit.

Lihat saja, adakah masalah yang dibiarkan begitu saja dapat selesai dengan sendirinya?Dapatkah korupsi di Indonesia, ujian akhir kita, diskriminasi, atau masalah-masalah pribadi kita, selesai hanya dengan menyerahkannya pada waktu??Justru saat kita menyerahkan segalanya pada waktu, maka masalah korupsi akan semakin merajalela dan canggih, ujian akhir kita akan hancur, diskriminasi semakin subur, dan masalah-masalah pribadi kita semakin bertambah dan bercokol kuat dalam kehidupan kita.

Waktu bukan penyembuh
Bagi sebagian orang, waktu adalah penyembuh luka. Tapi, benarkah itu?Benarkah luka kita benar-benar sembuh, tanpa bekas, tanpa ada lagi rasa sakit??Kenyataannya?TIDAK!! Luka tidak akan sembuh dengan sendirinya jika kita hanya membiarkan dan menyerahkannya pada waktu. Mungkin, kita bisa melupakan sejenak adanya luka itu, tapi luka itu tidak akan sembuh dengan sendirinya. Luka itu hanya diam, bercokol, mungkin sedang menunggu waktu dan pemicunya. Jika luka itu kembali muncul, maka rasanya tidak akan sama lagi seperti pertama kita terluka. Luka itu justru akan terasa lebih menyakitkan. Bahkan mungkin tanpa kita sadari, luka itu membesar.Dan,  membuat kita “gila”, juga tanpa kita sadari.

Jangan berlari pada waktu
Seringkali, kita mengatakan “waktu akan menyelesaikannya”, hanya untuk lari dari kenyataan. Kenyataan bahwa suatu masalah itu terasa terlau berat untuk kita hadapi. Karena itu, kita tidak lagi ingin menghadapi masalah itu, dan beralasan waktu akan menyelesaikannya. Padahal, seringkali juga saat kita seperti itu, waktu tidak menyelesaikan masalah kita.

Pada akhirnya, saat masalah itu kembali terbakar(baca: memanas), kita akan kebingungan kembali, merasa masalah gak pernah ada selesainya, merasa kita yang paling menderita, dan selalu menjadi korban. Dan, kembali lagi, kita menyerahkannya pada waktu. Walaupun, kita tahu, dan pernah merasakan bahwa itu percuma dan hanya akan mengulangi kesalahan yang sama, dengan bebat yang lebih berat pastinya. Dan, pasti, saat itu pun kita tidak akan mampu mengatasinya, karena pasti akan lebih berat, dan kompleks ditambah dengan masalah-masalah lainnya yang juga muncul seiring waktu. Yang saat ini aja tidak bisa menyelesaikannya, apalagi nanti?

Padahal, kita pasti tahu, tidak akan ada masalah yang selesai kalau tidak ada yang menyelesaikannya. Tetapi tetap saja, sepertinya kita pura-pura tidak tahu. Padahal kita tahu, bahwa hidup itu pasti akan selalu berkembang menjadi lebih maju, dan berarti juga menjadi lebih kompleks dan masalah yang kita hadapi pun semakin bertambah dan semakin berat. Tapi, kenapa tetap saja tidak menyelesaikan masalahnya sekarang, dan menyerahkannya pada “masa yang akan datang”, padahal masa itu pasti akan jauh lebih sulit bagi kita.

Apakah kita menunggu segalanya hancur, baru kita sadari itu? Apakah kita harus menunggu “waktu” kita habis, untuk menyadari itu?Apakah baru saat kita merasakan “penderitaan tak berujung”, baru kita menyesal?Menyesal dan menyesal? Masihkah kita tetap menyerahkannya pada waktu dan lepas tangan terhadap masalah kita?

Kita memang butuh waktu
Kita memang butuh waktu untuk menyelesaikan segala permasalahan kita. Tetapi, bukanlah waktu yang melakukannya. Waktu hanya sarana, untuk menyelesaikan permasalahan kita. Bukan penyelesaian atas segala masalah kita. Tidak ada masalah yang akan selesai dengan waktu, justru akan semakin besar semakin berlalunya waktu.

Waktu menjadi begitu penting dalam penyelesaian masalah kita dan memberikan kita kesempatan. Jika kita berusaha untuk menyelesaikan masalah. Tetapi, waktu dapat membuat masalah kita semakin berat dan rumit, jika kita hanya menunggu waktu. Waktu bisa menjadi “jinak”, jika kita memanfaatkannya dengan baik. Tetapi akan menjadi begitu “liar” saat kita hanya membiarkannya dan “menyerahkan diri” kita padanya.

“Children World”, “The World of Miracle”

4/04/2011 12 Comments A+ a-



ambil foto di warnet, sekalian upload :D

Berasal dari membaca blog “Wonderful Life” ini, saya jadi tertarik untuk menulis ketertarikan dan kekaguman saya pada yang namanya ank-anak. Sebenarnya udah lumayan lama, saya ingin menulis tentang ini, tapi masih tertunda oleh ide-ide saya yang lain. Lah, berhubung ini ada pemicunya juga, sekalian aja deh, ditulis sekarang.

Jika Dewasa Berarti..........

4/04/2011 4 Comments A+ a-


Postingan kali ini hanya untuk mencurahkan isi hati, yang bener-bener lagi marah gak keruan. Maaf jika bikin suasana hati jadi tidak enak.

Aku benci orang dewasa. Aku benci monopoli mereka. Aku benci mereka yang sok tahu. Aku benci mereka yang seakan selalu benar. Aku benci mereka yang meremehkan anak-anak. Aku benci!!!!