My Dreams #0 – The Past Time

4/14/2011 14 Comments A+ a-

Gak jarang aku mendapat komentar dari temen-temen kalau aku orangnya terlalu serius, memaksakan diri sendiri, nyengsarain diri sendiri, dll lah. Bahkan, seorang sahabatku pernah nyeletuk,” Kamu itu loh, kak, kok malah menghindari kesenangan”. Ehm...benarkah? Sepertinya gak salah juga sih. Tapi, kenapa koq aku seperti itu? Mari kita baca kisahnya......*Teroret roret...........*


Pelarian dan Kesukaanku
Perhatian orang tuaku yang teralih pada hal lain, membuatku memiliki kebiasaan baru. Kebiasaan itu adalah berpikir dan merenung. Saat kecil aku lebih cenderung menghabiskan waktuku seharian hanya untuk menonton tv, dan merenung di kamarku, dibalik jendela yang diberi terali besi, sambil memandang langit biru yang berawan.

Banyak yang kutonton. Aku suka nonton film. Aku suka kartun, terutama kartun Jepang (anime). Aku suka sesuatu yang memiliki kisah, aku suka menonton sesuatu yang dengannya aku mendapatkan sesuatu, tidak hanya sekedar hiburan. Karena itulah aku tidak menyukai serial kartun barat, yang cenderung hanya menyajikan kelucuan, dan sempet bingung dengan ceritanya, bagiku kartun itu tidak berisi. Selain itu juga, pola yang disajikan dalam kartun itu selalu sama.

Dari film, aku belajar tentang realita. Aku menyadari ada begitu banyak konflik, meskipun itu jarang muncul ke permukaan, atau entah mungkin aku saja yang saat itu gak tau. Aku tahu banyak perdebatan mengenai keyakinan, dan lain sebagainya. Aku tahu perselisihan antar dan intra diri manusia. Aku sedikit mengerti masalah-masalah itu, dan itu menjadi pemicuku untuk memikirkannya.

Dengan waktuku yang lumayan banyak, aku seringkali menghabiskan waktuku sendiri di kamar dan merenung, merenung tentang apa yang kulihat, apa yang ku dengar, juga apa yang kurasakan setiap harinya. Kadang, aku sendiri juga terheran-heran apa saja yang kulakukan di kamar, yang aku bahkan menghabiskan waktuku mulai pulang sekolah, hingga waktu tidur hanya untuk di kamar. Aneh, tapi sepertinya tidak juga aku merasa bosan.

Yang aku renungkan, tidak hanya tentang “dunia kebahagiaan”, tetapi juga realita yang begitu kompleks. Ternyata, realita itu sebenarnya suram ya. Ternyata, orang dewasa itu mengecewakan ya. Aku menemukan banyak kontradiksi, dalam pemikiran yang ada di sekitarku, dalam realitas yang aku renungkan itu. Aku menemukan bahwa  hidup itu kejam.

Semakin lama, aku semakin gila dengan pikiranku. Ya, aku menemukan begitu banyak hal. Aku merasakan begitu banyak kejanggalan. Begitu banyak pertanyaan muncul, dan terus mengejarku. Sayangnya, pertanyaan ini tidak pernah berkurang. Setiap aku temukan satu jawaban, maka ribuan pertanyaan akan datang mengikutinya. Aku muak, aku muak pada dunia. Dan, aku muak pada diriku sendiri.

Terlalu Pedih
Ya, kenyataan itu terlalu pedih. Kehidupan itu terlalu kejam.

Setiap hari aku lihat di tv, banyak berita memilukan. Kerusuhan, tangisan, jeritan, kematian, konflik dan perang. Semuanya selalu tersiar di televisi. Aku masih ingat, saat aku melihat sebuah siaran tentang kerusuhan ’98, orang-orang yang bersurban itu yang berteriak teriak gak karuan mengumandangkan nama tuhan, sambil melakukan kekerasan pada orang lain. Orang-orang yang berlari dengan truk, sambil berteriak-teriak, entah apa yang mereka teriakkan, aku tidak ingat. Tetapi, sama mereka sedang berbuat kerusuhan. Jenazah-jenazah yang juga terfoto di surat kabar. Jenazah itu adalah mahasiswa-mahasiswa, mahasiswa yang sedang memperjuangkan kebebasan.

Di lain waktu, aku melihat jerit tangis orang-orang yang kehilangan sanak saudaranya, orang-orang yang menjadi korban kerusuhan itu. Kulihat raut wajah yang sangat membuat hati terenyuh, raut wajah anak-anak yang seakan terenggut masa depannya karena segala kekacauan itu.

Dalam hidupku sendiri, aku cukup sering melihat ketidakharmonisan dalam keluargaku. Terkadang aku merasa sebagai pengganggu di keluarga ini.

Alih-alih
Bagiku yang saat itu masih kecil, aku merasa itu semua terlalu berat. Aku tidak ingin lagi melihat, mendengar ataupun merasakan semua kepedihan itu. Itu menyakitkan, sangat menyakitkan. Aku juga tidak ingin lagi berpikir terlalu jauh, tidak ingin berpikir terlalu liar, membuatku jadi semakin ragu dengan segala yang ada di sekitarku. Semakin muak dengan kehidupan ini.

Lalu, aku  mulai menutup indraku. Aku berusaha untuk tidak melihat semua kepedihan itu. Kututup penglihatanku. Aku berusaha untuk tidak mendengar tangis jerit pilu itu. Aku menutup pendengaranku. Aku berusaha untuk tidak merasakan kekejaman itu. Aku mengeraskan hatiku.

Aku mulai menanamkan dan menjejalkan pada diriku sendiri. Berusaha untuk tidak memiliki pemikiran yang  terlalu berbeda dengan sekitarku. Aku berusaha untuk menemukan diriku, sambil berlari pada tokoh-tokoh imajinasi, yang indah. Kupikir dengan begitu aku tidak akan lagi merasakan semua yang kurasakan sebelumnya.Aku berusaha mengalihkan diriku untuk “menikmati” hidup. Aku berusaha mencari kesenangan, sesuatu yang bisa membuatku menikmati berlalunya waktu

Namun, tidak pula usahaku menutup indraku itu menghasilkan apapun. Seberapapun aku menutup penglihatanku, aku masih dan selalu melihatnya kepedihan itu. Seberapapun aku menutup pendengaranku, masih saja ku dengar jerit tangis pilu itu. Seberapapun aku mengeraskan hatiku, masih saja aku merasakan kekejaman itu. Semua itu masih kurasakan. Semua kesedihan itu tidak pernah benar-benar hilang dari diriku, tidak pernah sekalipun!! Justru semakin hari kurasakan semua itu semakin kuat, menanamkan akarnya dalam diriku, mengendalikanku tanpa aku sadari. Membuat kemarahan dan kebencianku semakin kuat.

Semua yang aku jejalkan pada diriku sendiri, semua yang aku usahakan untuk menjadi tokoh imajinasi itu justru membuatku kehilangan diriku sendiri. Ya, aku memaksakan pemikiranku untuk sama dengan orang lain. Aku memaksakan diriku untuk tegar dan selalu tegar, padahal nyatanya aku sangat lemah!! Aku berusaha menjadi sempurna, seperti tokoh itu, menjadi dan memiliki kehidupan biasa yang “sempurna”. Tapi, seberapa kerasnya aku berusaha, tetap saja, semua itu tidak pernah sekalipun membantuku.

Semua kesenangan yang aku coba untuk nikmati, nyatanya tidak pernah memberiku kebahagiaan yang selama ini selalu aku cari. Semua itu, hanya membuatku semakin merasakan kehampaan dalam hidupku. Hanya membuatku semakin kehilangan gairah hidup.Bahkan, aku mulai tidak mengerti apa yang kuinginkan. Aku bahkan tidak tahu, apakah aku masih ingin hidup atau tidak. Semuanya terasa begitu absurd.

Mungkin jauh di dalam hatiku, aku sadar bahwa saat itu aku sedang berbohong pada diriku sendiri. Aku sedang membuat diriku menjadi orang lain. Aku sedang menekan dan menyiksa diriku sendiri. Hanya karena, hanya karena aku merasa tidak kuat. Hanya karena aku merasa takut. Semua itu kulakukan dengan percuma, tanpa hasil, hanya menambah lukaku semakin dalam dan dalam. Hanya membuatku semakin tidak peduli pada segalanya, juga pada diriku sendiri. Menyakiti orang lain, juga diriku sendiri.

Hem.... panjang banget ya ternyata. Lanjut di posting yang lain aja deh..... ^^
It’s my past, that’s all.


14 comments

Write comments
rabest
AUTHOR
14 April 2011 pukul 12.16 delete

that's your past, hope the present is more better... :))

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
14 April 2011 pukul 12.18 delete

well, that's my past. now, it's much better. baca aja yang selanjutnya, perubahannya.

Reply
avatar
M. Hudatullah
AUTHOR
14 April 2011 pukul 15.15 delete

oke..lets see what will happen then...

jreng jreeng jreeeng....

betewe, jangan racuni dirimu dengan berita di TV atau di koran. -- that's not really good.

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
14 April 2011 pukul 16.44 delete

@mas huda : tuing tuing.... *geje

ah, itu dulu koq mas, waktu SD atau SMP atau SMA yah?gak tau lah. lupa saya, ingatan saya kecampur. hahahaha..... XD

Reply
avatar
15 April 2011 pukul 13.27 delete

aku juga suka meluangkan waktu untuk sendirian, kepalaku kdg menjadi "tempat sampah yang udah penuh" dan aku perlu waktu sendirian untuk mengosongkannya serta menjadikannya bersih lagi :D

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
15 April 2011 pukul 15.04 delete

@luchie : iya. utkku, sepertinya menyendiri itu seperti nge-charge diriku.

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
15 April 2011 pukul 15.08 delete

@luchie : o iya, makasih ya, udah berkunjung.... ^^

Reply
avatar
15 April 2011 pukul 16.44 delete

ya jangan lihat berita kalo takut resah
aku saja lebih sering nonton film di PC daripada TV

Reply
avatar
15 April 2011 pukul 17.19 delete

wah, aku juga suka ingat2 masa lalu nih.
yang penting kedepannya lebih baik lagi.

salam kenal:)

Reply
avatar
16 April 2011 pukul 14.41 delete

nice...pencarian diri karena perkataan teman...yaaaaah...masa lalu memang untuk kita ambil hikmahnya...

salam :)

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
18 April 2011 pukul 12.18 delete

@john : itu dulu. lagipula gak ada gunanya gak liat berita tapi di sekitar kita, kita terus melihat dan merasakannya sendiri. gak ada gunanya berlari, karena realitas itu masih saja tetapa da di sekitar kita. seperti yang kubilang, gak ada gunanya menutup mata, telinga ataupun hatiku, karena aku masih dapat melihat, mendengar dan merasakannya dengan jelas di sekitarku.

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
18 April 2011 pukul 12.22 delete

@nova : iya, harus itu. hehe... :)

@nifri : pencarian diri karena perkataan teman?
em...iya, untuk dipelajari. salam juga ya...

Reply
avatar
Si Bejo
AUTHOR
19 April 2011 pukul 02.24 delete

memang noton kartun mengasikan. aku suka noton si pemilik topi jerami alias rufi. hehehehe

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
20 April 2011 pukul 18.04 delete

@dede : yup, yup. tapi, sayangnya aku jarang bisa liat kartun lagi, sibuk soalnya.... T^T

Reply
avatar

Mari bercuap-cuap :D