"That DAy"-"Some Other Day" (Part 2)

1/24/2011 0 Comments A+ a-

Selama beberapa hari, aq berusaha keras menenangkan pikiranQ yang benar-benar sangat kacau, dan banyak hal berkecamuk di dalamnya. Aq berusaha keras untuk memotivasi diriQ, memikirkan banyak “skenario” ke depan. Sebisa mungkin aku berusaha menenangkan pikiranQ, berkata pada diriQ sendiri, semuanya akan baik-baik saja. Bukankah masih ada jalan?

Tapi, tetap saja, hatiQ tidak mau tenang, tetap saja segalanya terasa begitu kacau, begitu pula dengan suasana di rumah. Mama yang terlihat jelas raut kesedihannya, aq tau mama pasti sangat sedih, pasti banyak sekali yang dipikirkan. Tapi, tetap saja, aq tak tau apa yang harus Qlakukan saat itu. Ketegaran yang tampak di permukaan, semua itu tak lebih dari usahaQ untuk tampak lebih tegar, tapi jauh di dalam hatiQ, begitu banyak hal berkecamuk.



Semakin lama, pikiranQ bukan semakin tenang, malah semakin gak keruan. Terlintas dalam pikiranQ, apa benar, pikiranQ dulu, bahwa aq tida memiliki rasa sayang dalam hatiQ?Bahwa, aq memang kehilangan hatiQ sendiri, meskipun aq sudah mencoba untuk dapat menemukannya kembali.

Lebih jauh, aq jadi bertanya-tanya, apa yang Qlakukan selama ini?Apakah aq tidak begitu sedih, karena aku lari dari kenyataan?ataukah justru saat inilah aq sedang lari dari kenyataan?Aq tak mengerti, mana yang benar,juga tak mengerti apa yang harus Qlakukan.

"That Day" (Part 1)

1/24/2011 0 Comments A+ a-

Subuh itu, saat tengah tertidur. HapeQ berdering, ada seseorang yang menghubungiQ. Saudara jauh, tanteQ, adik perempuan papaQ, dengan nada yang terdengar sedikit gelisah, ia bertanya padaQ, apa yang terjadi pada papa. Terlintas dalam pikiranQ, ada apa? Apa yang terjadi?Aneh, tumben sekali saudara jauh itu menghubungi langsung ke nomorQ, kenapa tidak menghubungi ke nomor orang rumah saja? Namun, Qacuhkan pertanyaan-pertanyaan itu ke pojok pikiranQ. Dengan nada yang mengantuk, Qjawab saja setiap pertanyaan darinya itu dengan kata tidak tahu. Karena aku pun sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi.
Pertanyaan-pertanyaan itu Qsingkirkan, karena beberapa saat sebelumnya, aq sempat mengirim pesan pada mamaQ, dan beliau pun menjawabnya tanpa ada bahasa yang aneh sedikitpun, seperti biasa, pikirQ. Karena itulah, aq tidak terlalu banyak berpikir. Plus, aq mengira, bahwa mungkin papa sedang sakit. Jadi wajar saja tanteQ itu khawatir. Walaupun masih saja sangat aneh, namun mataQ yang sangat berat, memaksaQ untuk tidur kembali.


Saat Qbuka mataQ, Qlihat ada pesan yang tak terbaca di hapeQ. Pesan itu dari mama, isinya menyuruhQ untuk segera pulang. Namun, saat Qtanyakan alasananya, sekalipun sedikit memaksa, namun tetap saja mama tidak memberitahukan alasannya.Sekali lagi, aneh. Tidak mungkin, jika mama mengira aq sedang kuliah, tetapi tetap bersikeras menyuruhQ pulang, jika tidak ada sesuatu yang sangat darurat. Pasti ada sesuatu.

Lalu, terlintas dalam pikiranQ, telepon yang Qterima sebelumnya, tiba-tiba saja terpikir...Jangan-jangan....Pasti yang terjadi adalah sesuatu yang sangat gawat.Ada apa?Sambil menepis kemungkinan terburuk yang ada dalam pikiranQ, aq segera mandi dan bersiap untuk pulang ke rumah dengan terburu-buru.

Lama, berbagai hal dalam pikiranQ berkecamuk. Namun akhirnya, sepertinya aq sedikit merasakan bahwa kemungkinan yang terburuk itu telah terjadi. Hal ini juga karena seorang saudara, karyawannya papa, menghubungiQ berkali-kali di tengah jalan, ia memintaQ untuk berhati-hati di jalan. Aneh, pikirQ. Selama ini, gak pernah sekalipun ia berkata-kata seperti itu padaQ. Seakan berpesan bahwa berhati-hati, jangan sampai terjadi lagi, sesuatu yang fatal. Walaupun ia berusaha berkata dengan nada yang tenang, tapi aq tetap merasa, ada sesuatu di balik kata-kata dan nada bicara itu. Dan, tetap saja, di tengah jalan, berkali-kali aq mendapat pesan dari adik dan mamaQ, agar cepat pulang dan menanyakan lokasiQ. Semua itu, semakin menambah keyakinanQ, bahwa memang yang terburuk itulah yang terjadi.