"That DAy"-"Some Other Day" (Part 2)
Selama beberapa hari, aq berusaha keras menenangkan pikiranQ yang benar-benar sangat kacau, dan banyak hal berkecamuk di dalamnya. Aq berusaha keras untuk memotivasi diriQ, memikirkan banyak “skenario” ke depan. Sebisa mungkin aku berusaha menenangkan pikiranQ, berkata pada diriQ sendiri, semuanya akan baik-baik saja. Bukankah masih ada jalan?
Tapi, tetap saja, hatiQ tidak mau tenang, tetap saja segalanya terasa begitu kacau, begitu pula dengan suasana di rumah. Mama yang terlihat jelas raut kesedihannya, aq tau mama pasti sangat sedih, pasti banyak sekali yang dipikirkan. Tapi, tetap saja, aq tak tau apa yang harus Qlakukan saat itu. Ketegaran yang tampak di permukaan, semua itu tak lebih dari usahaQ untuk tampak lebih tegar, tapi jauh di dalam hatiQ, begitu banyak hal berkecamuk.
Semakin lama, pikiranQ bukan semakin tenang, malah semakin gak keruan. Terlintas dalam pikiranQ, apa benar, pikiranQ dulu, bahwa aq tida memiliki rasa sayang dalam hatiQ?Bahwa, aq memang kehilangan hatiQ sendiri, meskipun aq sudah mencoba untuk dapat menemukannya kembali.
Lebih jauh, aq jadi bertanya-tanya, apa yang Qlakukan selama ini?Apakah aq tidak begitu sedih, karena aku lari dari kenyataan?ataukah justru saat inilah aq sedang lari dari kenyataan?Aq tak mengerti, mana yang benar,juga tak mengerti apa yang harus Qlakukan.
Semakin lama, kebimbanganQ semakin besar. Hingga sempat terpikir olehQ, kenapa harus papa, bukannya papa itu sangat dibutuhkan oleh keluarga ini? Apa mungkin akan jauh lebih baik jika itu aq??Aq yang sama sekali gak berguna kaya’ gini. Aq tau, sangat tau, pikiranQ itu salah, tapi tak juga aq mampu benar-benar menyingkirkannya dari kepalaQ.
Lalu terpikir juga olehQ, benarkah ini “bayaran”-nya??Bukankah harga yang dibayar itu terlalu tinggi??Aq tidak mengharapkan hal ini.G seharusnya kayak gini. Ataukah, memang separah itukah aq, hingga bayarannya juga begitu tinggi, bayaran yang tak pernah aq bayangkan sebelumnya.
Berkali-kali aq mencoba menolak pikiran itu. Tapi dalam sudut hatiQ, mungkin aq sedang menikmati, menikmati untuk menumpahkan kekesalan pada diriQ sendiri.Kekesalan, kegagalan, kesalahanQ dan amarahQ, yang terpendam,semuanya, selama hidupQ.
Sebenarnya,yang paling membuatQ terpuruk bukanlah kepergian papa, tetapi kenyataan bahwa aku semakin tertinggal dan semakin pula aku terjebak dalam situasi ini.Aku menyadari sejak awal, aku tak bisa mengubah kenyataan bahwa papa telah pergi, aku pun menyadari bahwa memang begitulah hidup. Suatu saat hal itu akan terjadi, pasti. Mungkin, sudah sejak lama, aq sudah menanamkan dalam pikiranQ tentang hal ini.
Yang membuatQ paling terpuruk adalah kenyataan bahwa aku semakin tertinggal jauh di belakang. Di saat saudara2Q yang lain sedang berjuang dan berkarya, aku justru kembali lagi terjebak, semakin dalam.Di saat momen besar semakin mendekat, justru aku bahkan belum memulai apapun.Di saat mereka sudah mulai meniti karir, aku malah tersesat di sini, tak jelas sedang apa.
Hari yang Qtunggu, kembali juga tak akan datang.PikiranQ salah, ternyata aq kembali jatuh, kali ini sepertinya lebih dalam dari sebelumnya.SemangatQ untuk menyongsong hari itu, hilang entah kemana.Aq tak mengerti, haruskah ini terjadi?Tak pantaskah aku?Jauh di dalam hatiQ, aq takut, jika seandainya aku kembali berharap maka harapan itu akan pupus, sama halnya dengan saat ini.
Di tengah semua ini, aku semakin bimbang akan keberadaanQ.Di mana aku?Aku tidak mengerti posisiQ sendiri.Aku kehilangan semangatQ.
Teringat pula aq, pada perjalanan-perjalanan outbound yang pernah Qlakukan dulu, dalam 2 kali perjalanan, 2 kali pula aq selalu tertinggal di belakang.2 kali pula aq harus berusaha mengejar teman2Q tanpa ada seorang pun yang Qkenal ada di dekatQ.Mereka semua meninggalkanQ, bahkan mungkin tak pernah menyadari bahwa aq gak bersama mereka.
Benar juga, pikirQ, selalu, dan selalu tertinggal.Selalu, dan selalu, sendiri.Selalu seperti itu, sejak dulu, sejak kecil.Sepertinya, bagaimanapun aq berusaha, tetap saja hasilnya tertinggal, dan akhirnya harus berusaha sendiri.Sudah Qcoba berbagai hal, tapi tetap saja tidak mengubah diri yang payah ini. Mungkin memang begitu adanya, aq yang lemah ini, bagaimanapun mencoba menerjang, bagaimanapun mencoba untuk keluar dari bayangan kelam dalam diriQ, tetap saja aq terjatuh lebih dalam, tetap saja semuanya gagal. Sekalipun Qkira, aq telah melihat secercah cahaya harapan, ternyata aq salah, mungkin itu hanya fatamorgana, karena cahaya itu gak pernah Qraih, hanya bisa Qlihat, dan hanya semakin jauh ia pergi dariQ.
Qkira, saat itu, aq tak mampu lagi bangkit sendiri, seperti yang dulu.Gak mampu lagi melawan pikiran-pikiranQ itu. Aq berharap, akan ada seseorang, bukan seseorang dengan ungkapan simpati. Aq butuh seseorang yang mampu menyadarkanQ, dan membawaQ keluar dari pikiranQ itu. Tapi, memang hanya berharap, itu yang Qlakukan. Karena tak juga aq ingin ada orang yang mengetahui isi hatiQ, tidak pula aq ingin meminta tolong pada yang lain. Aq pun lelah, selalu berusaha memahami keadaan, aq saat itu, hanya ingin dipahami, aq ingin ada orang yang mengerti, walaupun tak pernah Qkatakan dengan jelas.Aq ingin, ada yang akan menyadarkanQ, sekalipun itu berarti “menampar”Q. Mungkin aq memang membutuhkannya, mungkin memang itu yang Qinginkan. Aq tidak berharap, orang bersikap hati2 terhadap diriQ.
Namun, pada akhirnya, walau tidak sesuai yang Qinginkan, ada komentar yang menyentilQ.Yah, itu pun sudah cukup bagiQ. Walaupun memang tidak seketika aku langsung bangkit, tapi dengan itu aku bisa mencoba untuk kembali menyadarkan diriQ sendiri. Meskipun pada prosesnya cukup sulit dan lama.
Dari awal, memang aku tidak berniat untuk selamanya seperti ini, aku tau, suatu saat aku harus bangkit lagi, meskipun tidak ada yang memenuhi keinginanQ.Dan itu, pasti.
Aku berusaha membawa diriQ pada kesempatan2 dan celah2 yang memang sebelumnya sudah sempat terpikirkan.Bahwa masih ada jalan, bahwa selama masih hidup, pasti, masih ada jalan keluar.Meskipun harus tertinggal, meskipun lebih lama.Tetapi, bukankah mencapai tujuan Qt, itulah yang terpenting.Dan, hal ini pun masih bisa aku gunakan untuk mengasah mentalQ sendiri.
Keadaan di rumah, yang juga semakin kacau, membuatQ juga semakin menyadari, bahwa ini bukan lagi saatnya aku mengeluh dengan diriQ sendiri. Ini saatnya pembuktian dan mengasah diri.Ya, tidak ada kata lain lagi, selain menghadapinya.
Sejak saat itu, aku mengubah paradigmaQ, bahwa segala hal yang terjadi, ada alasannya. Mungkin, memang hal itu dikarenakan, akan menyakiti diriQ sendiri jika aku berpikir seperti itu.Sekalipun hal tersebut benar.Tetapi, Qpikir benar pula, bahwa saat ini bukanlah saat untuk mencari alasan itu. Yang penting saat ini adalah menjadikan apapun yang terjadi untuk menciptakan peluang dan kesempatan. Karena yang bisa membuat suatu peristiwa itu bermanfaat atau justru menjadi kerugian adalah diri kita sendiri.Karena apapun yang terjadi Allah akan selalu menyediakan jalan keluar,pasti.
Karena itulah, janjiQ saat ini, aku akan selalu berusaha untuk mendaki, apapun yang terjadi.Meski pada perjalanannya, ada kalanya aku down,meski ada kalanya aku akan terjatuh kembali, mungkin lebih dalam.Selama masih hidup, bukankah itu berarti Allah masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki segalanya?
Meskipun kesedihan itu masih akan bergelayutan jauh di dalam lubuk hatiQ.Yang harus aku lakukan adalah mengubah semua ini, karena semua ini bukanlah hal yang gak akan bisa berubah.Selama masih bisa berubah, aku akan berusaha, aku akan mencoba.Begitu banyak hal yang terjadi, dan aku harus belajar darinya.Tidak boleh menjadi sia-sia.Meskipun mungkin masih akan terulang, itu hanya berarti aku harus belajar laagi, lebih keras.That’s my promise.
Sama seperti saat aq outbound, meskipun saat itu aku harus berusaha sendirian,tetapi di akhirnya aku mendapat hadiah kecil,yang anak2 lainnya tidak mendapatkannya.Karena itu, aku juga akan percaya, kali ini,semua ini tidak akan sia-sia.Yang Qperlukan adalah terus maju, hingga meraih tujuanQ,mewujudkan impianQ. Meskipun butuh waktu lebih lama,tapi Pasti akan Qraih.
Tapi, tetap saja, hatiQ tidak mau tenang, tetap saja segalanya terasa begitu kacau, begitu pula dengan suasana di rumah. Mama yang terlihat jelas raut kesedihannya, aq tau mama pasti sangat sedih, pasti banyak sekali yang dipikirkan. Tapi, tetap saja, aq tak tau apa yang harus Qlakukan saat itu. Ketegaran yang tampak di permukaan, semua itu tak lebih dari usahaQ untuk tampak lebih tegar, tapi jauh di dalam hatiQ, begitu banyak hal berkecamuk.
Semakin lama, pikiranQ bukan semakin tenang, malah semakin gak keruan. Terlintas dalam pikiranQ, apa benar, pikiranQ dulu, bahwa aq tida memiliki rasa sayang dalam hatiQ?Bahwa, aq memang kehilangan hatiQ sendiri, meskipun aq sudah mencoba untuk dapat menemukannya kembali.
Lebih jauh, aq jadi bertanya-tanya, apa yang Qlakukan selama ini?Apakah aq tidak begitu sedih, karena aku lari dari kenyataan?ataukah justru saat inilah aq sedang lari dari kenyataan?Aq tak mengerti, mana yang benar,juga tak mengerti apa yang harus Qlakukan.
Semakin lama, kebimbanganQ semakin besar. Hingga sempat terpikir olehQ, kenapa harus papa, bukannya papa itu sangat dibutuhkan oleh keluarga ini? Apa mungkin akan jauh lebih baik jika itu aq??Aq yang sama sekali gak berguna kaya’ gini. Aq tau, sangat tau, pikiranQ itu salah, tapi tak juga aq mampu benar-benar menyingkirkannya dari kepalaQ.
Lalu terpikir juga olehQ, benarkah ini “bayaran”-nya??Bukankah harga yang dibayar itu terlalu tinggi??Aq tidak mengharapkan hal ini.G seharusnya kayak gini. Ataukah, memang separah itukah aq, hingga bayarannya juga begitu tinggi, bayaran yang tak pernah aq bayangkan sebelumnya.
Berkali-kali aq mencoba menolak pikiran itu. Tapi dalam sudut hatiQ, mungkin aq sedang menikmati, menikmati untuk menumpahkan kekesalan pada diriQ sendiri.Kekesalan, kegagalan, kesalahanQ dan amarahQ, yang terpendam,semuanya, selama hidupQ.
Sebenarnya,yang paling membuatQ terpuruk bukanlah kepergian papa, tetapi kenyataan bahwa aku semakin tertinggal dan semakin pula aku terjebak dalam situasi ini.Aku menyadari sejak awal, aku tak bisa mengubah kenyataan bahwa papa telah pergi, aku pun menyadari bahwa memang begitulah hidup. Suatu saat hal itu akan terjadi, pasti. Mungkin, sudah sejak lama, aq sudah menanamkan dalam pikiranQ tentang hal ini.
Yang membuatQ paling terpuruk adalah kenyataan bahwa aku semakin tertinggal jauh di belakang. Di saat saudara2Q yang lain sedang berjuang dan berkarya, aku justru kembali lagi terjebak, semakin dalam.Di saat momen besar semakin mendekat, justru aku bahkan belum memulai apapun.Di saat mereka sudah mulai meniti karir, aku malah tersesat di sini, tak jelas sedang apa.
Hari yang Qtunggu, kembali juga tak akan datang.PikiranQ salah, ternyata aq kembali jatuh, kali ini sepertinya lebih dalam dari sebelumnya.SemangatQ untuk menyongsong hari itu, hilang entah kemana.Aq tak mengerti, haruskah ini terjadi?Tak pantaskah aku?Jauh di dalam hatiQ, aq takut, jika seandainya aku kembali berharap maka harapan itu akan pupus, sama halnya dengan saat ini.
Di tengah semua ini, aku semakin bimbang akan keberadaanQ.Di mana aku?Aku tidak mengerti posisiQ sendiri.Aku kehilangan semangatQ.
Teringat pula aq, pada perjalanan-perjalanan outbound yang pernah Qlakukan dulu, dalam 2 kali perjalanan, 2 kali pula aq selalu tertinggal di belakang.2 kali pula aq harus berusaha mengejar teman2Q tanpa ada seorang pun yang Qkenal ada di dekatQ.Mereka semua meninggalkanQ, bahkan mungkin tak pernah menyadari bahwa aq gak bersama mereka.
Benar juga, pikirQ, selalu, dan selalu tertinggal.Selalu, dan selalu, sendiri.Selalu seperti itu, sejak dulu, sejak kecil.Sepertinya, bagaimanapun aq berusaha, tetap saja hasilnya tertinggal, dan akhirnya harus berusaha sendiri.Sudah Qcoba berbagai hal, tapi tetap saja tidak mengubah diri yang payah ini. Mungkin memang begitu adanya, aq yang lemah ini, bagaimanapun mencoba menerjang, bagaimanapun mencoba untuk keluar dari bayangan kelam dalam diriQ, tetap saja aq terjatuh lebih dalam, tetap saja semuanya gagal. Sekalipun Qkira, aq telah melihat secercah cahaya harapan, ternyata aq salah, mungkin itu hanya fatamorgana, karena cahaya itu gak pernah Qraih, hanya bisa Qlihat, dan hanya semakin jauh ia pergi dariQ.
Qkira, saat itu, aq tak mampu lagi bangkit sendiri, seperti yang dulu.Gak mampu lagi melawan pikiran-pikiranQ itu. Aq berharap, akan ada seseorang, bukan seseorang dengan ungkapan simpati. Aq butuh seseorang yang mampu menyadarkanQ, dan membawaQ keluar dari pikiranQ itu. Tapi, memang hanya berharap, itu yang Qlakukan. Karena tak juga aq ingin ada orang yang mengetahui isi hatiQ, tidak pula aq ingin meminta tolong pada yang lain. Aq pun lelah, selalu berusaha memahami keadaan, aq saat itu, hanya ingin dipahami, aq ingin ada orang yang mengerti, walaupun tak pernah Qkatakan dengan jelas.Aq ingin, ada yang akan menyadarkanQ, sekalipun itu berarti “menampar”Q. Mungkin aq memang membutuhkannya, mungkin memang itu yang Qinginkan. Aq tidak berharap, orang bersikap hati2 terhadap diriQ.
Namun, pada akhirnya, walau tidak sesuai yang Qinginkan, ada komentar yang menyentilQ.Yah, itu pun sudah cukup bagiQ. Walaupun memang tidak seketika aku langsung bangkit, tapi dengan itu aku bisa mencoba untuk kembali menyadarkan diriQ sendiri. Meskipun pada prosesnya cukup sulit dan lama.
Dari awal, memang aku tidak berniat untuk selamanya seperti ini, aku tau, suatu saat aku harus bangkit lagi, meskipun tidak ada yang memenuhi keinginanQ.Dan itu, pasti.
Aku berusaha membawa diriQ pada kesempatan2 dan celah2 yang memang sebelumnya sudah sempat terpikirkan.Bahwa masih ada jalan, bahwa selama masih hidup, pasti, masih ada jalan keluar.Meskipun harus tertinggal, meskipun lebih lama.Tetapi, bukankah mencapai tujuan Qt, itulah yang terpenting.Dan, hal ini pun masih bisa aku gunakan untuk mengasah mentalQ sendiri.
Keadaan di rumah, yang juga semakin kacau, membuatQ juga semakin menyadari, bahwa ini bukan lagi saatnya aku mengeluh dengan diriQ sendiri. Ini saatnya pembuktian dan mengasah diri.Ya, tidak ada kata lain lagi, selain menghadapinya.
Sejak saat itu, aku mengubah paradigmaQ, bahwa segala hal yang terjadi, ada alasannya. Mungkin, memang hal itu dikarenakan, akan menyakiti diriQ sendiri jika aku berpikir seperti itu.Sekalipun hal tersebut benar.Tetapi, Qpikir benar pula, bahwa saat ini bukanlah saat untuk mencari alasan itu. Yang penting saat ini adalah menjadikan apapun yang terjadi untuk menciptakan peluang dan kesempatan. Karena yang bisa membuat suatu peristiwa itu bermanfaat atau justru menjadi kerugian adalah diri kita sendiri.Karena apapun yang terjadi Allah akan selalu menyediakan jalan keluar,pasti.
Karena itulah, janjiQ saat ini, aku akan selalu berusaha untuk mendaki, apapun yang terjadi.Meski pada perjalanannya, ada kalanya aku down,meski ada kalanya aku akan terjatuh kembali, mungkin lebih dalam.Selama masih hidup, bukankah itu berarti Allah masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki segalanya?
Meskipun kesedihan itu masih akan bergelayutan jauh di dalam lubuk hatiQ.Yang harus aku lakukan adalah mengubah semua ini, karena semua ini bukanlah hal yang gak akan bisa berubah.Selama masih bisa berubah, aku akan berusaha, aku akan mencoba.Begitu banyak hal yang terjadi, dan aku harus belajar darinya.Tidak boleh menjadi sia-sia.Meskipun mungkin masih akan terulang, itu hanya berarti aku harus belajar laagi, lebih keras.That’s my promise.
Sama seperti saat aq outbound, meskipun saat itu aku harus berusaha sendirian,tetapi di akhirnya aku mendapat hadiah kecil,yang anak2 lainnya tidak mendapatkannya.Karena itu, aku juga akan percaya, kali ini,semua ini tidak akan sia-sia.Yang Qperlukan adalah terus maju, hingga meraih tujuanQ,mewujudkan impianQ. Meskipun butuh waktu lebih lama,tapi Pasti akan Qraih.
Mari bercuap-cuap :D