Judge The Book by Its Cover #7 - "Before" and "After"

11/18/2016 0 Comments A+ a-


Agar tidak salah paham, lebih baik membaca utuh seri posting ini:
4. Judge The Book by Its Cover #4 - Menyoal Peribahasa Populer
5. Judge The Book by Its Cover #5 - Tanggung Jawab Pihak Yang Dinilai
6. Judge The Book by Its Cover #6 - Menilai Sesuai Kadar

Untuk bisa menilai dengan (lebih) tepat tidak cukup hanya memperhatikan proses saat kita menilai. saja. Bahkan sebelum kita menilai pun, kita juga harus benar-benar memperhatikan "bahan baku"-nya. Layaknya memasak, masakan yang baik (enak+sehat) itu juga bergantung pada bahan baku yang berkualitas.

Tidak hanya itu, apa yang kita lakukan terhadap makanan tadi setelah dimasak juga akan berpengaruh terhadap kualitas makanan yang kita makan. Jika kemudian kita membiarkannya terbuka di tempat yang banyak lalat, tentu makanan dengan bahan dan cara memasak yang baik tadi bisa jadi racun jika dimakan. Sama dengan proses penilaian, bahan baku dan proses penilaian yang tepat agaknya menjadi sia-sia jika kemudian kita tidak berhati-hati dalam tindakan kita yang didasarkan penilaian tadi.

Lalu, seperti apa seharusnya bahan baku yang baik dan bagaimana kita menindak hasil penilaian kita?

ü  Memastikan bahwa data yang kita gunakan untuk menilai tepat dan benar adanya
Sebenarnya sebelum melangkah lebih jauh untuk menilai, hal yang sangat penting adalah memastikan semampu kita bahwa setiap informasi yang kita terima, entah bersumber dari diri sendiri atau sumber lainnya adalah memang benar adanya, dan memang sesuai atau tepat untuk digunakan sebagai bahan dasar untuk menarik kesimpulan. Menurut saya, selama sumber informasi itu belum dipastikan kebenarannya, kualitas dari penilaian kita juga masih sebatas hipotesa (perkiraan). Hipotesa memang tidak selalu salah, tapi juga tidak selalu benar.

Akibat jika kita menggunakan informasi yang belum valid ini tidak berbeda dari sebelumnya: bisa jadi akan berakhir sebuah fitnah yang membawa malapetaka bagi orang yang kita nilai, atau bahkan diri kita sendiri di kemudian hari. Karena sebagai orang yang telah menyebarluaskan berita/pendapat yang berisi fitnah, bukan tidak mungkin dampaknya akan berbalik pada kita saat diketahui kita lah pelaku penyebar fitnah, atau saat kita sadar tindakan kita salah maka kita akan dihantui rasa berasalah dan penyesalan atas kesalahan yang telah kita lakukan, padahal tindakan yang telah kita lakukan itu tidak lagi dapat diulang karena waktu tidak akan kembali ke masa yang telah lalu.


ü  Mencari tahu lebih dalam data tentang yang dinilai à biasakan bertanya
Sebenarnya hal yang juga wajib kita lakukan sebelum menarik kesimpulan yang lebih jauh tentang seseorang adalah mencari tahu lebih dalam tentang orang yang kita nilai tersebut. Tujuannya tentu saja untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan valid tentang seseorang. Lagipula, saya kira saat seseorang menyampaikan informasi tertentu tentang dirinya harusnya dia juga sudah siap dengan konsekuensinya. Maka, tidak ada salahnya memastikan informasi tersebut dari si pembawa berita. Selain itu, penilaian kita juga akan jadi lebih “terjamin” jika telah dipastikan dengan bertanya pada orang nya langsung yang kita nilai. Tidak hanya dari kedua sumber informasi itu saja, kita juga bisa mencari sumber informasi lainnya yang memang benar-benar dapat diandalkan dan dapat membantu kita untuk bisa menilai dengan lebih tepat.

Dengan begitu, akan semakin memperkecil resiko kesalahpahaman dan berubahnya penilaian kita menjadi fitnah karena penilaian yang tidak benar.

ü  Bertindak sesuai dengan kadar penilaian
Seperti yang pernah dibahas sebelumnya bahwa yang menjadi masalah soal salah dalam menilai ini sebenarnya adalah respon si penilai terkait dengan apa yang dinilainya. Maka, kita harus menjaga agar tindakan kita sesuai dengan kadar dari penilaian kita. Dengan begitu, respon kita menjadi bisa ]lebih tepat terhadap orang yang kita nilai sehingga setidaknya penilaian kita tidak akan banyak kemungkinan untuk menimbulkan salah paham pada orang tersebut.

Yang saya maksud bertindak sesuai dengan kadar penilaian kita adalah bertindak berdasarkan kualitas kepastian dari penilaian kita. Apabila penilaian itu didasarkan atas pendapat yang hanya didasarkan atas pengalaman pribadi, kesimpulan yang "prematur" atau hanya berdasarkan sumber informasi yang belum pasti atau valid maka hendaknya kita tidak menjadikannya sebagai satu-satunya informasi yang diandalkan dan menganggapnya pasti benar, sampai memang terbuktikan bahwa memang pendapat kita memang benar adanya. Apabila penilaian kita masih hanya sebatas kemungkinan, maka janganlah menganggapnya sebagai hal yang pasti sehingga membuat kita bertindak tanpa memikirkan adanya kemungkinan lain yang di luar tindakan kita; dan ingat jangan sembarangan berbagi informasi-informasi pada orang lain berdasarkan penyimpulan yang liar dengan mudah – kecuali jika hendak mengkonfirmasi atau memang ada tujuan "khusus" di baliknya.  Jangan lupa kita juga harus menyampaikannya dengan etis, tidak dengan bahasa-bahasa yang merendahkan seakan kita sedang mengejek orang tersebut dan saya kira hal yang demikian akan lebih baik jika dilakukan secara personal, bukan "diumumkan" di ruang public.

Mengenai memutuskan tindakan sesuai dengan kadar kualitas penilaian kita, sangat perlu dilakukan. Apalagi jika berkaitan tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain, karena tidak jarang kesalahan kita dalam memperlakukan seseorang dapat menjadi luka yang dalam bagi orang tersebut, atau menjadi pemacu semangat dan inspirasi sepanjang hidupnya.

***
Dari pembahasan "Judge The Book Its Cover" yang marathon ini sebenarnya apa sih kesimpulannya?
Baca di postingan selanjutnya ya...

Mari bercuap-cuap :D