Tidak lagi ingin
Dulu, aku
hanya berani untuk menginginkan sesuatu. Ya, aku ingin menjadi seseorang yang
aku inginkan. Sama seperti kata ...., tokoh utama dalam komik MoonLight Night.
Ia berkata, “ Akan sangat menyenangkan ya, jika kita bisa menjadi seperti yang
kita inginkan”. Kata-kata itu begitu membekas dalam diriku. Bukan kata mutiara,
bukan kata bijak, bukan pula kata-kata indah. Hanya kata yang mewakili
hasratku, mungkin juga semua orang. Sejak itu, aku ingin, aku berpikir dan berharap
untuk bisa menjadi seperti yang aku inginkan.
Aku ingin,
aku ingin tidak lagi melihat segala kemirisan dunia ini. Aku tidak ingin lagi
melihat foto jenazah yang terpampang di surat kabar. Jenazah seorang mahasiswa
yang berjuang untuk kebebasan dan keadilan. Mahasiswa yang seharusnya masih
memiliki potensi besar untuk mengubah dunia dengan tekad dan keberaniannya itu.
Aku tidak ingin lagi melihat tangis dan jerit sedih dan kesakitan. Kesedihan
karena dunia yang begitu kejamnya. Kesakitan atas segala penderitaan hidup yang
dirasakan.
Aku ingin
tidak ada lagi anak yang beraut muka sedih.
Tidak ingin lagi melihat ia harus terpaksa memupuskan mimpinya, karena
tekanan kehidupan. Aku ingin anak-anak dapat mewujudkan mimpinya,
mimpi-mimpinya yang indah. Yang berhiaskan senyum dan keceriaan.
Aku ingin
seandainya bisa, aku ingin mengubah dunia. Mengubah dunia menjadi sedikit lebih
cerah. Mengubah dunia menjadi dipenuhi oleh aura kehangatan. Aku ingin ini, dan
aku ingin itu. Banyak yang kuinginkan. Banyak yang kuharapkan.
HANYA HARAP, INGIN DAN ANGAN
TAPI, aku HANYA
BERHARAP DAN MENGINGINKAN!!
Ya, aku saat
itu aku hanya berharap dan menginginkan. Aku memandang apa-apa yang aku
harapkan, apa-apa yang kuinginkan jauh di atasku. Aku seakan tidak mampu
meraihnya saking tingginya harapanku itu. Aku saat itu bahkan tidak sedang
menjejakkan kakiku pada tanah, aku saat itu sedang tenggelam di dalam “lautan”.
Aku hanya
menunggu, mengamati dan berpikir. Kupikir, mungkin, mungkin saja, nanti aku
akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Ya, mungkin saja suatu saat akan tiba
saatnya aku menjadi seperti itu, seperti yang aku inginkan. Akan tiba saatnya
aku dapat melakukan yang kuinginkan. Akan tiba saatnya aku dapat mewujudkan
mimpi-mimpiku.
AKU SADAR.
Ya, aku sadar. Selama ini aku HANYA BERANGAN-ANGAN!!
Ya, aku
tidak pernah mampu menegarkan diriku untuk dapat menjadikan semua itu lebih,
lebih dari sekedar ingin. Aku hanya berhenti dan menunggu pada kata ingin dan
berharap. Aku takut untuk maju lebih dari itu. Aku takut terjatuh. Aku takut
terluka. Aku takut kecewa. Aku takut jika itu nantinya terlalu menyakitkan.
Namun
semakin lama aku juga semakin menyadari, bahwa hanya ingin dan berharap itu tak
ada gunanya. Waktu yang kugunakan untuk menunggu pun tidak ada gunanya. Segala
keinginan dan harapanku tak satu pun terwujud. Tidak, bahkan hanya sejengkal
pun tidak.
KINI TEKADKU............
AKU SADAR,
ya, aku sadar. Semua itu tidak akan pernah terwujud. Tidak akan pernah terwujud
jika aku hanya ingin, ingin, dan ingin. Jika aku hanya berharap, berharap dan
berharap. Aku harus memutuskan. Aku harus memutuskan untuk maju dan melangkah.
Aku harus memutuskan untuk menghadapi segala rintangan yang ada. Aku harus
segera melakukan sesuatu, ya sesuatu. Aku harus segera melalui semua yang
selama ini selalu aku hindari. Seberapapun aku benci dan takut. Aku harus.
Tapi, semua
itu tidak mudah. Ya, sesuatu yang seperti itu selalu tidak mudah. Karena sekali
aku memutuskan, tidak akan ada jalan kembali. Tidak akan, dan tidak boleh.
Karena sekal aku memutuskan, maka aku harus siap jika suatu saat aku akan
terluka, bahkan mungkin hancur. Dan aku juga harus bersiap, bahwa aku akan
bangkit kembali apapun, apapun yang terjadi, sebagaimanapun hancurnya diriku.
Aku harus kembali, kembali bangkit dan maju berjuang.
BERAT. Itu
sama sekali tidak mudah. Aku adalah seorang pengecut yang hina. Aku tahu itu,
aku tahu itu sejak awal. Aku seorang picik, yang dengan pikiranku membenarkan
segala yang sebelumnya pernah ku lakukan. Aku seorang penakut yang hanya berani
tinggal dalam duniaku sendiri, dalam istanaku sendiri, menghindar dari dunia
yang seharusnya aku hadapi. Aku adalah seorang yang begitu lemah, dan selalu
diam dalam tempurungku, menjauh dari hal-hal yang bisa menyakitiku. Aku
hanyalah seorang yang selalu terjebak dalam dirinya sendiri dan dunia.
Aku adalah
seorang yang bahkan selalu mengkhianati diriku sendiri. Tak satupun orang yang
menerimaku apa adanya, tak satupun orang yang akan berkata aku itu istimewa,
bahkan tidak orang tuaku, atau diriku sendiri. Aku adalah orang yang begitu
penuh dengan kebencian dan rasa iri. Kebencian terhadap dunia dan diriku
sendiri. Rasa iri terhadap semua orang. Aku adalah orang yang munafik. Yang
selalu berlagak, bertopeng menjadi orang baik. Namun begitu kotor, jauh di
dalam jiwaku.
Ya, begitu jeleknya
diriku. Begitu hinanya diriku. Benarkah aku mampu untuk menghadapi segala yang
terjadi, saat aku benar-benar telah memutuskan bahwa aku akan, harus dan pasti
mewujudkan segala yang kuimpikan dan kuinginkan itu?? Mampukan diriku yang
begitu rapuh ini? Pantaskah diriku yang hina ini melakukannya??
Hingga
datanglah SUATU SAAT, di mana kemudian aku menyadari. Menyadari bahwa aku LELAH hidup sebagai PENGECUT SEJATI. Aku
terlalu muak dengan dunia dan diriku sendiri. Aku muak dengan hidupku. Semua
ini terasa begitu menyesakkan dan berat, hingga sepertinya aku tidak lagi mampu
untuk bernafas. Aku tidak lagi mampu mempertahankan diriku. Aku juga menyadari,
menyadari bahwa seberapapun waktu yang kuhabiskan untuk menunggu, tak akan
pernah datang jawaban yang membuatku mampu bertekad untuk lebih dari sekedar
harap, dan ingin.
Seberapapun
aku tinggal dalam istana ketakutan, sekaligus tempurungku yang megah dan kokoh,
tempat selama ini aku berdiam diri dan berlindung. Tetap saja aku merasa tidak
aman. Aku tidak bisa merasakan kebahagiaan. Tidak lagi aku mampu merasakan
apapun kecuali hampa. Tidak lagi aku merasakan apapun kecuali amarah,
kebencian, rasa iri, kepedihan dan kesedihan yang berputar-putar di dalam
diriku, seperti lubang hitam, yang entah kapan akan menyedot diriku sendiri
bersamanya. Bagiku saat itu, mungkin kematian itu tidak terlalu buruk, meskipun
kembali, aku seorang pengecut sejati, aku takut melakukannya.
Aku tahu,
aku tahu bahwa saat itu juga aku harus bangkit. Aku harus memutuskan.
Memutuskan bahwa keinginanku tidak lagi akan menjadi sekedar keinginan.
Memutuskan bahwa harapanku tidak lagi akan menjadi sekedar harapan. Ya, aku
tidak lagi ingin. Aku tidak lagi berharap. Tetapi aku akan mewujudkannya.
Bukan, bukan hanya akan, tetapi harus, dan pasti akan mewujudkannya.
Aku akan
menjadi seorang yang kuinginkan. Aku akan membuat diriku tidak lagi melihat
kemirisan, tangis dan jerit kesedihan, serta raut wajah suram itu. Aku tidak
peduli, seberapapun diriku akan terluka. Itu jauh lebih baik, daripada aku
harus kembali terpenjara dalam istana dan menunggu waktu untuk dihisap oleh
lubang hitam itu. Aku tidak peduli, apapun yang harus kuhadapi nanti.
Aku tidak
peduli jika aku harus “terkekang” dalam suatu waktu, tetapi aku tahu 1 hal yang
pasti. Bahwa jiwaku bebas. Jiwaku bebas dari teror lubang hitam, bebas dari
istana yang memenjara segala yang ada dalam diriku. Aku yang akan
membebaskannya. Bukan, bukan hanya aku, suatu saat aku akan menemukan
orang-orang di luar istanaku itu. Orang-orang yang akan bersamaku, kami saling
membantu, bersama membebaskan diri kami. Membangun sebuah dunia baru, dunia
yang jauh lebih baik, di mana setiap orang dipenuhi semangat luar biasa,
semangat untuk membangun, semangat untuk saling menguatkan.
KINI KURASAKAN.............
Dan kini,
AKU TAHU. Aku tahu bahwa segala kekhawatiran itu tidak terbukti. Bahwa semakin
diriku terluka, aku tidak akan menyerah. Aku justru akan semakin memberontak
dan menerjang semakin keras. Bahwa
semakin aku tertekan, aku tahu aku harus menjadi semakin keras, bukan lagi lari
dan semakin lembek. Bahwa seberapapun aku hancur, aku akan dapat memastikan
bahwa suatu saat aku akan kembali,kembali bangkit, dan akan jadi lebih tegar
dari sebelumnya. Bahwa, seberapapun aku “menempa” diriku, aku tidak pernah
kehilangan kebebasanku. AKU BEBAS.
Ya, aku
bebas. Aku bebas menjadi seperti apapun yang kuinginkan. Aku bebas untuk
membanggakan dan mengasihi diriku sendiri. aku bebas melakukan apapun untuk
mewujudkan mimpiku. Aku bebas untuk belajar mengepakkan sayapku, dan menaburkan
benih-benih harapan dan semangat pada setiap orang. Aku bebas, aku bebas
berusaha sekeras apapun, untuk meraih mimpiku. Aku bebas, bebas untuk belajar
mengendalikan rasa takutku. AKU BEBAS.
Kini, mampu
kurasakan sesuatu di dalam diriku. Sesuatu yang masih sangat kecil. Tapi,
sesuatu itu entah kenapa sepertinya akan membawaku pada suatu dunia yang baru.
Memang, dunia itu masih rapuh, belum pula setegar dan sesolid baja. Tapi, aku
tahu dunia itu akan jauh lebih baik dari istanaku itu. Aku tahu,
bahwa dunia itu, akan membawaku sedikit demi sedikit merasakan
perasaan-perasaan yang selama ini tidak pernah kurasakan. Dunia yang penuh
dengan tantangan, dan keajaiban. Dunia yang begitu luar biasa. Dan, membuka
segala indraku, untuk dapat merasakan kehidupan. Ya, kehidupan. Sepertinya aku
mulai menyukai kata-kata itu. HIDUP dan KEHIDUPAN. I will struggle for it.
2 comments
Write comments"I will struggle for it"..
Replygw dukung, hehhe
wah,makasih.
ReplyMari bercuap-cuap :D