Tidak lagi ingin

4/10/2011 2 Comments A+ a-


Dulu, aku hanya berani untuk menginginkan sesuatu. Ya, aku ingin menjadi seseorang yang aku inginkan. Sama seperti kata ...., tokoh utama dalam komik MoonLight Night. Ia berkata, “ Akan sangat menyenangkan ya, jika kita bisa menjadi seperti yang kita inginkan”. Kata-kata itu begitu membekas dalam diriku. Bukan kata mutiara, bukan kata bijak, bukan pula kata-kata indah. Hanya kata yang mewakili hasratku, mungkin juga semua orang. Sejak itu, aku ingin, aku berpikir dan berharap untuk bisa menjadi seperti yang aku inginkan.


Aku ingin, aku ingin tidak lagi melihat segala kemirisan dunia ini. Aku tidak ingin lagi melihat foto jenazah yang terpampang di surat kabar. Jenazah seorang mahasiswa yang berjuang untuk kebebasan dan keadilan. Mahasiswa yang seharusnya masih memiliki potensi besar untuk mengubah dunia dengan tekad dan keberaniannya itu. Aku tidak ingin lagi melihat tangis dan jerit sedih dan kesakitan. Kesedihan karena dunia yang begitu kejamnya. Kesakitan atas segala penderitaan hidup yang dirasakan.

Aku ingin tidak ada lagi anak yang beraut muka sedih.  Tidak ingin lagi melihat ia harus terpaksa memupuskan mimpinya, karena tekanan kehidupan. Aku ingin anak-anak dapat mewujudkan mimpinya, mimpi-mimpinya yang indah. Yang berhiaskan senyum dan keceriaan.

Aku ingin seandainya bisa, aku ingin mengubah dunia. Mengubah dunia menjadi sedikit lebih cerah. Mengubah dunia menjadi dipenuhi oleh aura kehangatan. Aku ingin ini, dan aku ingin itu. Banyak yang kuinginkan. Banyak yang kuharapkan.

HANYA HARAP, INGIN DAN ANGAN
TAPI, aku HANYA BERHARAP DAN MENGINGINKAN!!

Ya, aku saat itu aku hanya berharap dan menginginkan. Aku memandang apa-apa yang aku harapkan, apa-apa yang kuinginkan jauh di atasku. Aku seakan tidak mampu meraihnya saking tingginya harapanku itu. Aku saat itu bahkan tidak sedang menjejakkan kakiku pada tanah, aku saat itu sedang tenggelam di dalam “lautan”.

Aku hanya menunggu, mengamati dan berpikir. Kupikir, mungkin, mungkin saja, nanti aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Ya, mungkin saja suatu saat akan tiba saatnya aku menjadi seperti itu, seperti yang aku inginkan. Akan tiba saatnya aku dapat melakukan yang kuinginkan. Akan tiba saatnya aku dapat mewujudkan mimpi-mimpiku.

AKU SADAR. Ya, aku sadar. Selama ini aku HANYA BERANGAN-ANGAN!!

Ya, aku tidak pernah mampu menegarkan diriku untuk dapat menjadikan semua itu lebih, lebih dari sekedar ingin. Aku hanya berhenti dan menunggu pada kata ingin dan berharap. Aku takut untuk maju lebih dari itu. Aku takut terjatuh. Aku takut terluka. Aku takut kecewa. Aku takut jika itu nantinya terlalu menyakitkan.

Namun semakin lama aku juga semakin menyadari, bahwa hanya ingin dan berharap itu tak ada gunanya. Waktu yang kugunakan untuk menunggu pun tidak ada gunanya. Segala keinginan dan harapanku tak satu pun terwujud. Tidak, bahkan hanya sejengkal pun tidak.

KINI TEKADKU............
AKU SADAR, ya, aku sadar. Semua itu tidak akan pernah terwujud. Tidak akan pernah terwujud jika aku hanya ingin, ingin, dan ingin. Jika aku hanya berharap, berharap dan berharap. Aku harus memutuskan. Aku harus memutuskan untuk maju dan melangkah. Aku harus memutuskan untuk menghadapi segala rintangan yang ada. Aku harus segera melakukan sesuatu, ya sesuatu. Aku harus segera melalui semua yang selama ini selalu aku hindari. Seberapapun aku benci dan takut. Aku harus.

Tapi, semua itu tidak mudah. Ya, sesuatu yang seperti itu selalu tidak mudah. Karena sekali aku memutuskan, tidak akan ada jalan kembali. Tidak akan, dan tidak boleh. Karena sekal aku memutuskan, maka aku harus siap jika suatu saat aku akan terluka, bahkan mungkin hancur. Dan aku juga harus bersiap, bahwa aku akan bangkit kembali apapun, apapun yang terjadi, sebagaimanapun hancurnya diriku. Aku harus kembali, kembali bangkit dan maju berjuang.

BERAT. Itu sama sekali tidak mudah. Aku adalah seorang pengecut yang hina. Aku tahu itu, aku tahu itu sejak awal. Aku seorang picik, yang dengan pikiranku membenarkan segala yang sebelumnya pernah ku lakukan. Aku seorang penakut yang hanya berani tinggal dalam duniaku sendiri, dalam istanaku sendiri, menghindar dari dunia yang seharusnya aku hadapi. Aku adalah seorang yang begitu lemah, dan selalu diam dalam tempurungku, menjauh dari hal-hal yang bisa menyakitiku. Aku hanyalah seorang yang selalu terjebak dalam dirinya sendiri dan dunia.

Aku adalah seorang yang bahkan selalu mengkhianati diriku sendiri. Tak satupun orang yang menerimaku apa adanya, tak satupun orang yang akan berkata aku itu istimewa, bahkan tidak orang tuaku, atau diriku sendiri. Aku adalah orang yang begitu penuh dengan kebencian dan rasa iri. Kebencian terhadap dunia dan diriku sendiri. Rasa iri terhadap semua orang. Aku adalah orang yang munafik. Yang selalu berlagak, bertopeng menjadi orang baik. Namun begitu kotor, jauh di dalam jiwaku.

Ya, begitu jeleknya diriku. Begitu hinanya diriku. Benarkah aku mampu untuk menghadapi segala yang terjadi, saat aku benar-benar telah memutuskan bahwa aku akan, harus dan pasti mewujudkan segala yang kuimpikan dan kuinginkan itu?? Mampukan diriku yang begitu rapuh ini? Pantaskah diriku yang hina ini melakukannya??

Hingga datanglah SUATU SAAT, di mana kemudian aku menyadari. Menyadari bahwa  aku LELAH hidup sebagai PENGECUT SEJATI. Aku terlalu muak dengan dunia dan diriku sendiri. Aku muak dengan hidupku. Semua ini terasa begitu menyesakkan dan berat, hingga sepertinya aku tidak lagi mampu untuk bernafas. Aku tidak lagi mampu mempertahankan diriku. Aku juga menyadari, menyadari bahwa seberapapun waktu yang kuhabiskan untuk menunggu, tak akan pernah datang jawaban yang membuatku mampu bertekad untuk lebih dari sekedar harap, dan ingin.

Seberapapun aku tinggal dalam istana ketakutan, sekaligus tempurungku yang megah dan kokoh, tempat selama ini aku berdiam diri dan berlindung. Tetap saja aku merasa tidak aman. Aku tidak bisa merasakan kebahagiaan. Tidak lagi aku mampu merasakan apapun kecuali hampa. Tidak lagi aku merasakan apapun kecuali amarah, kebencian, rasa iri, kepedihan dan kesedihan yang berputar-putar di dalam diriku, seperti lubang hitam, yang entah kapan akan menyedot diriku sendiri bersamanya. Bagiku saat itu, mungkin kematian itu tidak terlalu buruk, meskipun kembali, aku seorang pengecut sejati, aku takut melakukannya.

Aku tahu, aku tahu bahwa saat itu juga aku harus bangkit. Aku harus memutuskan. Memutuskan bahwa keinginanku tidak lagi akan menjadi sekedar keinginan. Memutuskan bahwa harapanku tidak lagi akan menjadi sekedar harapan. Ya, aku tidak lagi ingin. Aku tidak lagi berharap. Tetapi aku akan mewujudkannya. Bukan, bukan hanya akan, tetapi harus, dan pasti akan mewujudkannya.

Aku akan menjadi seorang yang kuinginkan. Aku akan membuat diriku tidak lagi melihat kemirisan, tangis dan jerit kesedihan, serta raut wajah suram itu. Aku tidak peduli, seberapapun diriku akan terluka. Itu jauh lebih baik, daripada aku harus kembali terpenjara dalam istana dan menunggu waktu untuk dihisap oleh lubang hitam itu. Aku tidak peduli, apapun yang harus kuhadapi nanti.

Aku tidak peduli jika aku harus “terkekang” dalam suatu waktu, tetapi aku tahu 1 hal yang pasti. Bahwa jiwaku bebas. Jiwaku bebas dari teror lubang hitam, bebas dari istana yang memenjara segala yang ada dalam diriku. Aku yang akan membebaskannya. Bukan, bukan hanya aku, suatu saat aku akan menemukan orang-orang di luar istanaku itu. Orang-orang yang akan bersamaku, kami saling membantu, bersama membebaskan diri kami. Membangun sebuah dunia baru, dunia yang jauh lebih baik, di mana setiap orang dipenuhi semangat luar biasa, semangat untuk membangun, semangat untuk saling menguatkan.

KINI KURASAKAN.............

Dan kini, AKU TAHU. Aku tahu bahwa segala kekhawatiran itu tidak terbukti. Bahwa semakin diriku terluka, aku tidak akan menyerah. Aku justru akan semakin memberontak dan menerjang semakin keras.  Bahwa semakin aku tertekan, aku tahu aku harus menjadi semakin keras, bukan lagi lari dan semakin lembek. Bahwa seberapapun aku hancur, aku akan dapat memastikan bahwa suatu saat aku akan kembali,kembali bangkit, dan akan jadi lebih tegar dari sebelumnya. Bahwa, seberapapun aku “menempa” diriku, aku tidak pernah kehilangan kebebasanku. AKU BEBAS.

Ya, aku bebas. Aku bebas menjadi seperti apapun yang kuinginkan. Aku bebas untuk membanggakan dan mengasihi diriku sendiri. aku bebas melakukan apapun untuk mewujudkan mimpiku. Aku bebas untuk belajar mengepakkan sayapku, dan menaburkan benih-benih harapan dan semangat pada setiap orang. Aku bebas, aku bebas berusaha sekeras apapun, untuk meraih mimpiku. Aku bebas, bebas untuk belajar mengendalikan rasa takutku. AKU BEBAS.

Kini, mampu kurasakan sesuatu di dalam diriku. Sesuatu yang masih sangat kecil. Tapi, sesuatu itu entah kenapa sepertinya akan membawaku pada suatu dunia yang baru. Memang, dunia itu masih rapuh, belum pula setegar dan sesolid baja. Tapi, aku tahu dunia itu  akan  jauh lebih baik dari istanaku itu. Aku tahu, bahwa dunia itu, akan membawaku sedikit demi sedikit merasakan perasaan-perasaan yang selama ini tidak pernah kurasakan. Dunia yang penuh dengan tantangan, dan keajaiban. Dunia yang begitu luar biasa. Dan, membuka segala indraku, untuk dapat merasakan kehidupan. Ya, kehidupan. Sepertinya aku mulai menyukai kata-kata itu. HIDUP dan KEHIDUPAN. I will struggle for it.

2 comments

Write comments
rabest
AUTHOR
11 April 2011 pukul 15.09 delete

"I will struggle for it"..
gw dukung, hehhe

Reply
avatar

Mari bercuap-cuap :D