Penjahat-Korban-Pahlawan
Penjahat-Korban-Pahlawan. Selalu kah seperti itu? Apakah itu memang kenyataannya begitu? Bukankah itu hanya lingkaran kejadian saja? Tidakkah yang seperti itulah membuat pemikiran kita jadi "tersabotase"? Tidak bisakah kita mengganti sudut pandang kita itu? Karena apa yang kita anggap jahat, tidaklah selalu jahat sejak awal. Juga, yang kita anggap korban tidaklah selalu lemah dan tak berdaya. Pahlawan, tidaklah selalu baik dan tegar layaknya malaikat.
Tidak bisakah kita melihat manusia hanya sebagai manusia dengan segala fitroh, "nature"-nya? Tidak bisakah kita menganggapnya hanya sebagai masalah yang harus diselesaikan? Tanpa harus mencari sesuatu untuk disalahkan. Tanpa harus ada pihak yang "di bawah" kita. Tanpa harus ada sosok "sempurna" tempat kita bergantung.
Bukankah itu sesuatu yang lebih baik? Kenapa harus terikat oleh mitos dan legenda lama? Kenapa harus terbatasi oleh fantasi dan angan kita sendiri?
Tidak bisakah kita melihat manusia hanya sebagai manusia dengan segala fitroh, "nature"-nya? Tidak bisakah kita menganggapnya hanya sebagai masalah yang harus diselesaikan? Tanpa harus mencari sesuatu untuk disalahkan. Tanpa harus ada pihak yang "di bawah" kita. Tanpa harus ada sosok "sempurna" tempat kita bergantung.
Bukankah itu sesuatu yang lebih baik? Kenapa harus terikat oleh mitos dan legenda lama? Kenapa harus terbatasi oleh fantasi dan angan kita sendiri?
2 comments
Write commentsAda yg awalnya ketus, tapi ternyata "ngemongi". Ada yg awalnya ramah, tapi ternyata dia tukang cari kesalahan. Karena yg kita anggap jahat di awal belum tentu jahat, dan sebaliknya. Mungkin di mana-mana, protagonis dan antagonis itu selalu ada. :)
Replyentahlah. tapi sebisa mungkin aku tidak ingin memandang dari sudut pandang pro dan anta-gonis itu. Paling tidak, berusaha memahami itu yang pertama kali ingin aku usahakan dalam memandang pribadi seseorang.
ReplyKarena terkadang yang terlihat antagonis pun ternyata adalah yang protagonis dan begitu pula sebaliknya. dan, mereka memiliki alasannya masing2 kan?
Afterall, aku masih percaya manusia bisa berubah.
Kalau memandang anta dan pro-tagonis terus, bisa-bisa suudzon. Jadi, buatku lebih baik netral saja dengan berusaha memahami :)
Mari bercuap-cuap :D