Manusia normal, ada gak sih??
(Lanjutan dari,”Normal,Apakah itu?”)
Dari posting saya sebelumnya,"Normal,Apakah itu?", ternyata ada misunderstanding mengenai maksudnya.Melalui posting ini saya akan mencoba untuk menjelaskan lebih dalam lagi mengenai normal.Konteks permasalahan normal ini adalah manusia sebagai seorang manusia.Berikut kutipan dari posting saya sebelumnya :
Dari posting saya sebelumnya,"Normal,Apakah itu?", ternyata ada misunderstanding mengenai maksudnya.Melalui posting ini saya akan mencoba untuk menjelaskan lebih dalam lagi mengenai normal.Konteks permasalahan normal ini adalah manusia sebagai seorang manusia.Berikut kutipan dari posting saya sebelumnya :
“Normal, adalah kondisi dimana sesuatu itu memang wajar
terjadi.Bukan karena terbiasa, melainkan karena memang itu adalah yang
seharusnya terjadi.Normal adalah kondisi, dimana sesuatu itu dipengaruhi
“variabel-variabel default”,bukan “variabel-variabel khusus”.Normal adalah
kondisi universal.Normal adalah sesuatu yang memang benar.“
Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa “manusia normal”
adalah manusia yang benar-benar benar. Dalam artian, manusia itu adalah manusia
yang benar-benar sesuai “standar”, tidak ada “melenceng”-nya sama sekali.
Namun, adakah manusia yang seperti itu?Pada kenyataannya tidak ada manusia yang
benar-benar sesuai “standar” dan selalu
stabil.Jadi,apa iya gak ada “manusia yang normal” di dunia ini?
Jika kita memandang manusia normal adalah manusia yang
sesuai “standar” manusia, wajar saja kita tidak akan menemukan seorang pun
manusia normal di dunia ini, dan kita akan terjebak pada kenormalan itu
sendiri.Manusia adalah makhluk dinamis, dan karenanya manusia tidak bisa selalu
stabil. Karena itu pula, manusia tidak bisa selalu menjadi manusia yang
sempurna, yang sesuai dengan “standar”. Manusia tidak akan bisa menjadi
seimbang, dalam artian sama di tengah,memiliki kadar yang sama. Manusia hanya
bisa menjadi seimbang, seimbang menjadi manusia dalam kemanusiaan dan
kedudukannya.
Seringkali kita melupakan “sunnatullah kemanusiaan” dalam
menilai manusia yang lain.Seringkali kita menyamakan standar kita dengan
gambaran manusia yang sempurna sebagai parameter normal.Padahal kita sendiri
mengetahui dan merasakan bahwa manusia yang sempurna itu tidak ada. Setiap
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, setiap manusia memiliki sisi rapuh
dan sisi tegar, setiap manusia memiliki sisi gelap dan terangnya, setiap
manusia memiliki cara merasa dan berpikir yang berbeda-beda, juga memiliki
pilihan-pilihan yang berbeda-beda dalam hidupnya.
Kita sendiri mengetahui, bahwa tidak ada seorang pun dari
kita yang tidak pernah salah,tidak ada seorang pun dari kita yang tidak
memiliki kelemahan, tidak ada seorang pun dari kita yang tidak pernah merasa
rapuh, tidak ada seorang pun dari kita yang tidak memiliki sisi gelap, dan
tidak pula ada seorang pun dari kita yang sama persis dengan manusia yang
lainnya, pun tidak ada seorang pun dari
kita yang sanggup hidup sendiri.Memahami bahwa tidak ada seorang pun
yang selalu stabil dalam hidupnya, ada kalanya ia menjadi begitu
menyebalkan,ada kalanya menjadi begitu keras kepala, ada kalanya ia tidak dapat
memahami kita, ada kalanya pula ia menjadi begitu ingin dipahami.
Yang menjadikan manusia itu normal, bukanlah dengan menjadi
manusia sempurna seutuhnya. Melainkan dengan memahami sisi kemanusiaan manusia
itu sendiri dan menyikapi manusia lainnya dengan manusiawi. Dengan memahami
segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada seseorang, juga pada dirinya
sendiri, juga kedinamisan yang terjadi pada diri seorang manusia.
Memahami dan
menyikapi yang saya maksud tidak hanya berusaha untuk saling merasakan dan
mengerti apa yang dirasakan oleh manusia lain,tetapi juga saling membantu dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial bukan
untuk menyelesaikan dan mengurusi masalah-masalahnya sendiri, tetapi agar dapat
saling membantu,saling menopang, saling melengkapi satu sama lain.Kita menjadi
tegar bukan karena kita sendirian, tetapi karena kita bersama dan saling “menyatukan
kekuatan”
Sedangkan yang menjadikan manusia itu tidak normal, adalah saat
manusia itu kehilangan kemanusiaannya. Saat seseorang telah membuang sisi
kemanusiaannya, saat seseorang telah kehilangan sisi kemanusiaannya.
Yang saya maksud sebagai sisi kemanusiaan, tidak hanya sifat
yang ada pada manusia, tetapi juga segala hal yang menjadikan manusia itu
manusia. Segala tugas dan kedudukan manusia di dunia ini, juga sifat-sifat
dasarnya sebagai manusia.Manusia secara keseluruhan,bukan hanya pada salah satu
sifat.Bukan pula hanya condong pada sisi-sisi sifat manusia, melainkan juga tugas
dan kedudukan manusia.
Saat seseorang telah kehilangan kemanusiaannya, maka tidak
pula kita harus menjauhi ataupun bersikap defense.Yang juga harus kita sadari
bahwa, sekalipun manusia tersebut telah kehilangan kemanusiaannya, ia tetaplah
manusia. Ada akibat, maka pasti ada sebab. Ada kalanya penyebabnya adalah
sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan,yang menempatkannya pada
“ketidakstabilan” yang terlalu lama, juga pada “ketidakstabilan” yang terlalu
dalam.
Karena itu, seharusnya kita menelusuri penyebabnya, berusaha
mengembalikan sisi kemanusiaannya. Dengan memahami bahwa di saat kita sedang
sangat tidak stabil, kita juga membutuhkan seseorang untuk membantu kita.
Karena sisi saling membutuhkan dan melengkapi juga merupakan sisi kemanusiaan
yang membuat manusia itu manusia.Bahkan, dalam “kedinamisan” manusia normal,
manusia itupun masih membutuhkan orang lain, dan memang begitulah manusia.Manusia
normal dapat menjadi tidak normal jika tidak ada yang membantunya.
Walaupun memang ada kalanya manusia benar-benar telah
“kehilangan kemanusiaannya”, tetapi tidak ada salahnya mencoba.Karena bukankah
memang kita diciptakan sebagai makhluk sosial?Bukan untuk mengurusi diri dan
kelompok sendiri, tetapi juga manusia yang lainnya,bukan?
Semua sifat negatif yang dimiliki manusia,
marah,benci,sedih,menyesal,malu,takut,dll tidaklah menjadikan seseorang itu
tidak normal.Hal itu sangatlah normal sebagai seorang manusia.Itu semua
merupakan proses “kemanusiaan” seseorang. Yang diperlukan, juga bukan
menghindari dan berusaha menghilangkan semua itu. Tetapi menghadapinya, dan
mengarahkannya sesuai dengan kedudukannya, sesuai dengan “alasan” mengapa hal
itu, menghadapinya dan mengatasi permasalahannya. Sehingga semua itu tidak lagi
muncul dalam bentuk ledakan yang merusak, tetapi dalam bentuk semangat yang
membangun.Jika kita berusaha menghindari, ataupun menghilangkannya, maka bisa
jadi kita sedang berusaha untuk menjadikan diri kita tidak manusiawi.
Kesimpulannya :
- Manusia normal adalah manusia yang “memanusiakan” dirinya dan orang lain.Manusia yang tidak normal adalah manusia yang telah kehilangan “kemanusiaan”-nya.
- Manusia yang normal, adalah manusia yang berbeda dengan yang lainnya,unik dan hanya satu di dunia
- Bahwa pada dasarnya, semua manusia itu normal,sampai ia kehilangan kemanusiaannya.
Memang yang saya tulis ini masih sebatas konsep, karena
dalam realitasnya, akan ada berbagai konteks yang berbeda-beda, dan cara
menghadapi yang juga berbeda.Hal itu tentu tergantung dari anda menghayati
tulisan saya ini.Saya sendiri masih belajar dan mencari cara untuk menjadi
seorang manusia, tetapi saya pun juga seorang manusia, bisa salah, bisa menjadi
sangat keras kepala bisa pula “down”.Karena itu, saya akan dengan senang hati
jika ada yang membantu untuk berdiskusi untuk hal ini ^^
9 comments
Write commentsapa yang belum saya mengerti sebenarnya adalah: bagaimana kamu mengartikan "normal"??
Replywhat is normal, exactly?
Istilah kerennya(hehehe...), normal itu saat kita "menjadi" dan menerima dirinya sendiri sbg manusia.
ReplyPenjelasanQ mbulet bin mbingungi ya?hehe..
mbulet bingungi?
Reply..ng...engga' juga si.... lha aku sendiri sering banget ngelantur di postingan. hehe
berarti, senormal-normalnya orang adalah ketika ia menjadi dirinya sendiri kaan?
hohoho,,,bilang mbingungi juga gak papa koq.Ntar biar bisa jadi lebih baik lagi, hehe...
Replyyah, begitulah.
O ya,mnerima dan mjd dri sendiri itu idealnya.Tp,g selalu Qt bisa jadi spti itu.Srgkali,msh ada masalah dlm dri Qt.
ReplySelama Qt g khlgn sifat2 kmanusiaan n g mla2ikan tugas n kwjban Qt(mnusia) scra ekstrim,itu ttp aj normal.Kcuali klo Qt psikopat,atau pengusaha gila uang,atau penguasa gila kekuasaan,atau panglima hobi membunuh,itu baru gak normal,iy kan?(itu mah nyeremin)
Masalahnya juga adalah Standar setiap orang itu berbeda-beda. Jadi apa yang menjadi wajar baginya, belum tentu wajar bagiorang lain.
ReplyApakah maksudnya, yang wajar bagi mayoritas?
kalau hanya minoritas akan dianggap tidak normal?
apakah seperti itu? Hehehe...
Namun, yang dianggap wajar oleh mayoritas belum tentu adalah yang benar.
So?
Normal atau tidaknya manusia, terlepas dari anggapan wajar bagi mayoritas, maupun minoritas.
ReplyKebenaran bukan ditentukan oleh jumlah, begitu pun dengan hal ini.
Mungkin yang perlu dipahami adalah definisi normal berbeda dengan definisi "kebiasaan" yang sering dilihat dan dianggap wajar bagi orang-orang.
Normal ya normal.Normal itu, kalo manusia gak kehilangan kemanusiaannya.Terlepas dari apapun perilaku, penampakan, pemikiran, dll yang berbeda dari yang ada di sekitarnya.Hanya karena berbeda itu bukan berarti gak normal.
Pun dengan apa yang dilihat "biasa" oleh orang-orang itu belum tentu normal, belum tentu juga wajar.
Kenyataannya, di masyarakat seringkali menjadikan "ketidakwajaran" sebagai kewajaran, dan "kewajaran" sebagai ketidakwajaran.
Memahami sisi kemanusiaannya dan menyikapi manusia lain dengan manusiawi. Definisi manusia normal yg luar biasa. Sangat mendasar yg harus dimiliki tiap manusia jika ingin dianggap manusia. Itulah manusia yg belum mati nuraninya. Luar biasa kacho. Terimakasih.
ReplyMari bercuap-cuap :D