Otak Kanan cs Otak Kiri
Fungsi kedua bagian otak kanan dan kiri ini sangat berbeda, bahkan terkesan cenderung saling berkontradiksi.Banyak orang yang cenderung “memisahkan” dan membatasi fungsi dan kinerja masing-masing.Selama ini, kedua fungsi otak ini dipandang hanya per bagian saja, bukan sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Sehingga banyak yang sepertinya lebih men-“spesial”-kan salah satunya. Padahal, sebuah sistem yang sangat sempurna seperti diri kita ini, tidak seharusnya memiliki kontradiksi yang saling “bertabrakan”, tetapi seharusnya satu sama lain saling mendukung dan melengkapi, sehingga terbentuk manusia dengan berbagai “keterbatasan” yang “tidak terbatas”.
Otak kiri dikenal bekerja dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, perbedaan, urutan, linear, detail, rapi, analitis, matematis dan terstruktur. Orang dengan kecenderungan menggunakan otak kiri seringkali dianggap sebagai orang yang konservatif, kaku dan tidak kreatif. Karena itulah, banyak yang beranggapan orang-orang seperti ini lebih cocok berkarir dalam bidang sains, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pasti, dan terperinci.
Sedangkan, otak kanan lebih identik dengan hal-hal yang berhubungan dengan kreativitas,imajinasi, ruang, persamaan, emosi dan holistik. Banyak yang beranggapan bahwa orang-orang yang memiliki kecenderungan menggunakan otak kanan itu bebas dan kreatif. Karenanya, lebih cocok untuk berkarir dalam bidang seni, yang cenderung “bebas” dan penuh dengan “imajinasi”.
Dominasi otak, minat dan kemampuan seseorang
Tapi, tahukah Anda,bahwa seorang Albert Einstein,yang terkenak dalam bidang sains,adalah orang yang cenderung menggunakan otak kanannya?? (Berdasarkan beberapa literatur yang saya baca) Padahal seperti yang dibahas di atas, bahwa dunia sains, adalah dunia yang identik dengan otak kiri. Hal ini sudah membuktikan bahwa, kecenderungan menggunakan bagian otak kiri ataupun kanan, tidak membatasi kemampuan seseorang dalam sebuah bidang. Tapi, bagaimana bisa?
Berdasarkan beberapa sumber yang saya baca, dan menghayati cara berpikir pada beberapa orang, dan diri saya sendiri, saya menemukan sesuatu. Otak bekerja secara simultan, tidak sendiri-sendiri. Kedua belahan otak ini, dalam melakukan pekerjaannya saling bekerja sama dan terus “berhubungan” satu sama lain. Logika membutuhkan imajinasi dalam prosesnya. Begitu pula sebaliknya, karya-karya imajinatif yang luar biasa, juga pasti membutuhkan logika dalam rangka perwujudannya.
Dalam dunia sains yang rumit, pasti akan dibutuhkan kesadaran ruang yang juga tinggi. Karena hukum alam tidak hanya saling berhubungan dalam satu garis lurus. Tetapi, merupakan sebuah “dimensi”, yang terdiri dari kumpulan garis-garis lurus,di mana garis-garis ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Tanpa memahami secara keseluruhan “dimensi” tersebut, tidak mungkin dapat mempelajari dan menemukan hukum-hukum alam yang luar biasa. Dalam memahami sesuatu dalam keseluruhan pun, dibutuhkan untuk memahami hal tersebut secara detailnya. Dalam memahami keseluruhan pun tidak harus melihatnya dari "gambar besar"-nya terlebih dahulu, bisa juga dengan menyatukan potongan-potongan “puzzle” yang menyusun sebuah “gambar”.
Menurut saya, perbedaan ini tidak berdampak pada kemampuan seseorang dalam suatu bidang. Tidak pula menjadi parameter bahwa seseorang pasti memiliki semua kemampuan yang dimiliki oleh belahan otak yang ia biasa gunakan. Juga tidak bisa menjadi satu-satunya parameter minat seseorang.
Perbedaan ini hanya berpengaruh pada “alur” berpikir seseorang saja. Namun, bukan berarti tidak dapat menghasilkan kemampuan yang “setara” dengan yang lainnya. Begitu pula kecenderungan seseorang pada satu belahan otak, tidak berarti dia memiliki semua kemampuan belahan otak tersebut. Tetapi , yang menjadi kemampuannya, adalah apa yang ia latih menggunakan belahan otak tersebut,tidak semuanya.Tidak semua orang yang berkecenderungan menggunakan otak belahan kiri itu benar-benar logis,juga tidak semua orang yang cenderung menggunakan otak belahan kanan itu kaya imajinasi.
Begitu pula dengan minat seseorang, minat tidak hanya ditentukan oleh besarnya potensi seseorang dalam suatu bidang. Tetapi keseluruhan dari orang tersebut, pengalaman, kemauan, ketertarikan, kesukaan, impian, kebutuhannya dan lain-lain.
Untuk melatih keseimbangan penggunaan kedua belahan otak, saya kira tidak perlu memaksakan seseorang untuk memiliki “kadar” yang sama satu sama lain. Cukup melatih, mengarahkan dan mencari cara agar “alur” itu dapat menemukan “cara” yang benar. Dengan begitu, pemikiran kita juga akan terlatih, dan dapat menemukan “style” berpikir kita sendiri. Tidak perlu meniru orang lain untuk “berkarya” setara dengan orang tersebut,kan? Karena kita semua punya keunikan masing-masing, tidak perlu memaksanya untuk menjadi sama, karena dengan masing-masing itu kita masih bisa mendapatkan yang sama.
3 comments
Write commentsdengan kata Lain, uLasan di atas sesuai dengan konsep quantum Learning yah. yakni, cara berpikir seseorang mempengaruhi seL-seL yang sering digunakan pada saLah satu otak.
Replymenjadi diri sendiri dan tidak memaksakan suatu kehendakan dapat dijadikan sebagai saLah satu pemaksimaLan fungsi, adaLah konsep manajemen emosi untuk meningkatkan kecerdasannya.
Benarkah? Aq gak pernah baca tentang quantum learning sih.
ReplyEm...yah, begitulah. Bukan sebaliknya.
Emm,,,iya, lebih pada memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar kita, menerima dan menghadapinya.
otak kanan aktif biasanya orangnya kreatif :D
ReplyMari bercuap-cuap :D