Bukan Masalah Mudah Atau Sulit
Banyak orang yang mempermasalahkan mudah dan sulit. Sebagian orang merasa, kesulitan itu hanya
karena pikiran, begitu pula dengan kehidupan. Sebagian lagi, merasa kehidupan
itu begitu sulit, semuanya terasa sulit. Sepertinya terasa begitu kontras.
Tapi, ayolah,,,,
Kita coba berpikir realistis saja. Hal-hal yang sulit untuk dilakukan
itu memang ada, meskipun tidak berasal dari pikiran kita. Misalnya saja, adakah
yang mampu mengatakan mudah untuk masalah-masalah yang seperti ini :
- Melangsingkan tubuh yang beratnya 120 kg (ngarang) dalam waktu 1 detik?
- Menyelesaikan masalah global warming di seluruh dunia dalam waktu 1 hari?
- Menyelesaikan masalah kemiskinan, korupsi, dll di Indonesia dalam waktu 1 hari?
- Mengerjakan soal setingkat profesor untuk anak 6 tahun?
- Membalikkan telapak tangan bagi seorang yang lumpuh, atau menderita penyakit saraf?
- Makan bagi orang yang kekurangan? bagi orang yang sedang sakit parah?
- Tidur bagi penderita insomnia?
- Berbicara bagi orang yang buta dan tuli?
- Bertanggung jawab atas puluhan juta nyawa seseorang?
- Membereskan masalah nuklir di jepang tyg tjadi saat ini dalam waktu 1 hari?
Begitu pula halnya dengan hal-hal yang mudah, ya memang realitasnya,
ada hal-hal yang mudah. Ada begitu banyak hal yang mudah dalam hidup kita.
Makan, minum, bergerak, dll. Tentu saja, jika kondisi kita memang baik-baik
saja. Begitu pula mengerjakan tugas atau menyelesaikan sebuah permasalahan,
tentu saja mudah jika kita tahu caranya.
Benar,kan? Mudah dan sulit itu memang ada, ya realitasnya mereka
memang nyata ada. Gak ada gunanya menghindar dari kenyataan dengan mengatakan
itu hal yang mudah, jika memang itu hal yang sulit. Begitu pula sebaliknya.
Bisa saja, malah masalah baru yang kita dapatkan kalo’ kita memaksakan seperti
itu.
Bukan Masalah Mudah atau Sulit
Masalah sebenarnya, saya rasa bukan lagi masalah mudah ataupun sulit.
Tapi, mencari dan menjalankan solusi dari sebuah permasalahan. Saat kita
meributkan mudah atau sulit, maka saat itu juga kita kehilangan waktu dan
kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya.
Mudah atau sulit, hanya hasil penilaian kita atas sebuah permasalahan,
tapi bukan solusi dari sebuah permasalahan. Aku rasa, penilaian itu hanya
sebagai “warning” dari otak kita untuk berhati-hati, atau untuk menentukan
sebuah prioritas permasalahan. Bukan untuk menjadi masalah buat kita.
Otak akan memberi warning kepada kita saat kita butuh untuk lebih teliti, kerja keras dan berhati-hati dalam menghadapi sebuah permasalahan, dalam bentuk "rasa sulit". Jika tingkat kesulitan itu rendah, maka jadilah kita merasa mudah. Berarti kita bisa lebih rileks dalam menghadapi masalah tersebut. Lalu, kenapa kita membiarkan itu menjadi pengisi pemikiran kita daripada solusi masalah yang sebenarnya?
Otak akan memberi warning kepada kita saat kita butuh untuk lebih teliti, kerja keras dan berhati-hati dalam menghadapi sebuah permasalahan, dalam bentuk "rasa sulit". Jika tingkat kesulitan itu rendah, maka jadilah kita merasa mudah. Berarti kita bisa lebih rileks dalam menghadapi masalah tersebut. Lalu, kenapa kita membiarkan itu menjadi pengisi pemikiran kita daripada solusi masalah yang sebenarnya?
Bukankah, lebih baik, jika kita berpikir, bahwa segala masalah pasti
ada jalan keluarnya. Gak peduli seberapa besar, gak peduli seberapa sulitnya
kah jalan keluar itu, gak peduli seberapa lamanya waktu yang diperlukan.
Bukankah, Tuhan juga gak akan memberi makhlukNya ujian yang gak akan bisa
diemban oleh makhlukNya?
Daripada terus-terusan berusaha untuk “menyetting” pikiran kita agar
melihat segala permasalahan sebagai hal yang mudah, lebih baik terima
kenyataan, hadapi dan cari solusinya. Karena jika kita memaksakan diri,
bisa-bisa kita makin lari dari kenyataan. Bisa-bisa kita justru semakin
kehilangan arah. Dengan begitu, yang menjadi fokus, bukan lagi bagaimana
menyelesaikan masalah, tetapi bagaimana agar pikiran kita “tersetting” untuk
memikirkan bahwa semuanya itu adalah hal yang mudah. Bukankah itu buang-buang waktu?Iya,
kalo Cuma butuh waktu 1 menit, kalo bertahun-tahun? Pun, dalam rentang waktu
“penyettingan” itu, bisa saja masalah akan terus bertambah, dan akan semakin
sulit buat kita untuk “menyetting” pikiran kita. Dan, kembali lagi, tidak
menyelesaikan masalah yang sebenarnya.
Begitu pula halnya dengan sulit. Saat kita terus-terusan berjibaku
dengan kata sulit dalam pikiran kita, kita gak akan pernah memulai apapun,
karena kita enggan melewati sesuatu dengan kemungkinan kecil, pun tidak ingin
bersusah payah. Pun, kita gak akan pernah mendapatkan apapun yang lebih
karenanya. Walaupun, kita merasa bahwa menetap dalam “keterbatasan” (baca:
kesulitan) itu menderita, tapi sebenarnya kita menikmatinya. Kenapa? Karena
bagi kita, “melawan keterbatasan (baca : kesulitan), itu jauh lebih menderita
daripada menetap dalam “keterbatasan” (baca: kesulitan). Terus, dan terus
mengeluh tanpa arti. Dengan begitu, masalah yang ada akan semakin banyak, dan
tidak akan pernah berkurang, karena kita tidak pernah berusaha untuk menyelesaikan
masalah yang sebenarnya. Kita hanya berhenti dan berkutat pada kata “sulit”.
Kesimpulan
Berhenti berpikir dan mempermasalahkan mudah atau sulit. Tapi,
berpikir bagaimana solusi yang terbaik, dan bagaimana menjalankannya.
Seringkali kita terbiasa menyalahkan dan mempermasalahkan mudah dan
sulit, alih-alih menghadapi yang sebenarnya. Sekarang, bukan lagi saatnya
seperti itu. Sekarang adalah saatnya untuk menghadapi masalah yang sebenarnya,
alih-alih untuk mengalihkan pikiran-pikiran yang mempermasalahkan mudah atau
sulit.
Tidak masalah jika ingin menenangkan pikiran (baca: berpikir bahwa
sesuatu itu mudah), asal jangan sampe terlalu memaksakan hingga kita menutup
mata dari realitas dan masalah yang sebenarnya. Pun, tidak masalah untuk
mengeluh (baca : curhat), hanya untuk mengalirkan “beban” yang ada di dalam
hati kita, dan berbagi masalah serta solusinya pada orang lain. Bukan untuk
memuaskan hasrat emosi dan mengumpulkan kekuatan untuk kembali mundur dari
masalah sebenarnya yang kita hadapi.
Just face what in front of you, and pass it. No matter it’s difficult,
complicated, simple or easy one. There must be something waiting there, on somewhere, something
that would make u happy if u could come to that place, and pass every
challenge.
7 comments
Write commentswah,setuju banget ama postingannya.semua berawal dari pikiran.salam kenal,klu ada waktu,kunjungi blog ane ya
Replymm...yang selama ini aku pahami, keadaan sulit relatif, maksunya...ketika kita menghadapi masalah yang belum bisa kita selesaikan (bukan levelnya gitu.) ya..dibilang sulit, nah, kalo kita menghadapi hal yang sama namun dalam keadaan yang berbeda dalam artian kita sudah siap, hal itu tidak lagi dibilang sulit..
Replyhohohoh bingung yak?
gini deh simple nya, jadi sulit dan mudah itu hanya masalah waktu,.
misalnya, pas kita ed de, yang namanya kali2an and bagi2an itu susaaaaah banget, tapi pas kita ngerjain soal yang sama ketika kita duduk di bangku kuliah, itu akan menjadi hal yang sepele...
kira2 gitu deh analoginya.. :p
yes yes yes...
Replysetuju deh sama kamu.
Like diz...
@i-one : makasih ^^ .blognya banyak yah?ada 3.
Reply@rabest : tetap saja tidak mengubah kenyataan bahwa sesuatu yang sulit itu ada. Soal matematika itu memang nyata sulit bagi kita saat masih kecil, that's not just think.
Mudah kalo udah tau dan memahami benar caranya, ya memang kayak gt, tetapi bukan berarti sulit itu gak ada.karena kenyataannya gak jarang justru kita gak tau bagaimana caranya, itulah yang harusnya kita cari tau.bukan lagi mempermasalahkan mudah atau sulitnya. itu cuma "keterangan" aja buat kita, agar dapat pencerahan dalam menemukan solusi permasalahannya.
@mas huda :makasih, mas. Tapi, rasanya kayak iklan yah kata2nya .... hohohoho.... :p
iya kita bisaa aj memeberi nilai macam2 soal sulit dan mudah..yg penting menyelesaikannya...
Replysetuju deh Kacho
nice.. very nice, and smart.. i wish i was..
Reply@om : then, dont just wishing, but make it become reality. everyone can make it, together ^^
ReplyMari bercuap-cuap :D