Memilih Berbeda Dengan Menentukan

3/02/2011 5 Comments A+ a-

Hidup itu pilihan

Sering kita dengar orang berkata,”Aku tidak memilih untuk dilahirkan miskin, cacar ataupun kekurangan lainnya”. Sering kali, dalam pikiran kita pengertian memilih menjadi ambigu dengan menentukan. Hingga seringkali kita terpaku pada apa yang terjadi pada kita, dan cenderung menyalahkan perbedaan. Lalu, apa sih sebenarnya memilih itu?
Kita selalu menginginkan apapun sesuai dengan apa yang kita inginkan. Wajar saja sebagai manusia, memang seperti itulah sifat manusia. Tetapi, seringkali kita hanya menginginkan hal itu terjadi, tanpa ada konsekuensi apapun. Saat segalanya tidak sesuai dengan keinginan kita, seringkali kita jadi menyalahkan keadaan, “bukan aku yang memilih, ini terjadi begitu saja”.  Lalu, kita bisa lepas tangan dan membiarkan semua terjadi, begitu saja. Karena, bukan kita kan yang memilih?



Seringkali, yang ada di benak kita tentang memilih adalah terwujudnya setiap keinginan kita. Dan,memang pilihan kita selalu sesuai dengan yang kita inginkan. Tetapi, yang harus kita sadari, adalah bahwa kita bukanlah Yang Maha Menentukan, kita pun tidak memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang terjadi pada kita. Kita tidak bisa menentukan bahwa setiap yang kita inginkan akan segera terpenuhi dengan sepenuhnya. Kita tidak bisa menentukan di mana dan bagaimana kita lahir. Kita tidak bisa menentukan keadaan untuk menuruti seluruh keinginan kita.


Kita memilih selalu berdasarkan pilihan yang tersedia
Tetapi, kita bisa memilih, memilih untuk menjadi lebih baik, memilih untuk mewujudkan impian kita, memilih untuk mengubah kehidupan dan lingkungan kita. Memilih berbeda dengan menentukan. Ketika kita dihadapkan dengan berbagai pilihan dengan berbagai “isinya” yang tersedia di hadapan kita, saat itulah kita memilih. Dan, dalam kehidupan ini, setiap pilihan selalu diiringi dengan konsekuensinya. Kita tidak bisa hanya memilih, tetapi menghindari konsekuensinya. Kita harus memilih, dan menjalankan konsekuensinya. Tidak pula kita yang menentukan konsekuensi yang  ingin kita jalankan.
Kita bisa memilih untuk menjadi bahagia dan sukses, tetapi kita juga harus menjalani konsekuensinya. Tidak peduli seberapapun rendahnya titik awal perjalanan itu, tidak peduli seberapapun sulitnya keadaan kita saat itu, saat kita menjalani konsekuensinya, maka kita akan mendapatkannya. Itulah yang saya rasa disebut sebagai memilih.
Freewill yang kita miliki bukanlah untuk menentukan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita. Melainkan, untuk memilih apa yang kita tuju -sesuai dengan yang kita harapkan- dan menjalankan konsekuensi dari setiap pilihan yang kita pilih.

Begitu pula, dengan keadilan Tuhan, bukan terletak  pada keadaan yang terjadi pada hidup kita. Melainkan, terletak pada “kesempatan” dan kebebasan bagi kita semua untuk memilih dan mengubah nasibnya sendiri, menjadi sukses dan bahagia. Setiap orang memiliki “kesempatan” yang sama untuk sukses, tak peduli bagaimanapun keadaannya di awal asalkan ia menjalankan konsekuensi dari pilihannya tersebut.

Setiap orang memiliki “kesempatan” yang sama untuk bahagia, asalkan ia menjalankan konsekuensi dari pilihannya tersebut. Insya Allah, di posting yang lain akan saya bahas lebih lanjut mengenai pembahasan ini.
Ada beberapa tokoh yang sukses “memilih” kehidupan yang ia inginkan dan konsekuen dengan pilihannya.  silakan dilihat disini.

5 comments

Write comments
moonlite!
AUTHOR
2 Maret 2011 pukul 17.14 delete

yang terpenting setelah menghadapi sebuah pilihan, harus mulai mengerti untuk menghargainya dan tidak menyesalinya ;D

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
3 Maret 2011 pukul 10.31 delete

@nonanoto: yup,yup. pastinya.
tulisan ini sebenernya karena melihat sepertinya banyak yang menyerah dengan keadaannya sih.

@mas huda: idem dengan mbak nonanoto ya?

Reply
avatar
moonlite!
AUTHOR
4 Maret 2011 pukul 13.00 delete

ya menyerah atau enggak kan tergantung kekuatan yang dipatok di personal. hehehe. kadang aku juga nyerah kok semisal emang ngerasa udah ga bisa lagi. mungkin kita butuh nyerah buat nemuin jalan keluar lain. kadang loh ya ga setiap saat karena buat nyerah juga ga semudah angkat tangan.

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
4 Maret 2011 pukul 19.42 delete

memang iya sih, kadang kita perlu menyerah untuk menemukan jawaban lain. Dan, memang menyerah itu sendiri gak mudah.

Tapi, kalo menyerahnya untuk bangkit, gak masalah, bguis malah. Tapi, kalo pasrah dengan keadaan dan cuma ngalir kayak air. Padahal masih bisa menjadi lebih baik.Padahal masih belum dicoba dengan segala cara. Trz, beralasan yang kayak gt td. Itu menyebalkan,kan?


*sori, mungkin cuma ke-illfeel-an pribadi aj.hehe...

Reply
avatar

Mari bercuap-cuap :D