“My World”,”My Imaji”

3/12/2011 9 Comments A+ a-

Ehm....Niat pingin postingin hasrat ide yang ada di otak ini, tapi koq waktunya gak cukup. Jadi, pingin cerita tentang sesuatu aja deh (ya iyalah sesuatu, emang apalagi?). A story when i was kid, may be until now.... :p

“My world”, mirip dengan nama blog ini ya?Tapi, gak cerita ini tidak terlalu ada hubungannya juga dengan judul blog ini. My World yang akan saya ceritain di sini, mungkin bisa dibilang adalah dunia khayalan saya. Ya, “dunia” tempat saya dulu lari dari kenyataan. Seperti saat Dave Pelzer kecil yang teraniaya oleh ibu  kandungnya sendiri, dan membayangkan dirinya menjadi superman, begitu tegar dan kekar, tiada tandingan,terbang ke angkasa yang bebas. Tapi, berbeda dengan khayalan dave, rasanya milikku ini cukup "plain-plain" saja.

*****************************************************

Dunia itu, dunia yang sangat putih.Awalnya aku kira begitu, tetapi sepertinya aku salah. Dunia itu sedikit berwarna krem, warna yang lembut,kurasa. Di dunia itu, sepertinya hanya ada aku sendiri, tak kulihat ada seorang pun di sana, tidak juga ku dengar suara orang lain.Hanya suara bisik gemerisik kecil yang tidak jelas dari mana asalnya, tetapi sepertinya suara itu cukup menenangkan.Di sana, seperti ada arus begitu kuat menerpaku, dan aku, entah kenapa menghadap melawan arus itu. Arus itu terasa seperti angin. Karena itu, aku sempat berpikir, oh, aku berada di udara. Mungkinkah aku sedang terbang? 


Tetapi  semakin lama aku sadar, tidak, aku tidak sedang di udara, aku tidak sedang terbang. Karena gerak tubuhku terasa berat, tidak bebas. Seakan ada yang menghalangiku untuk bergerak.Padahal angkasa yang luas itu, bukankah di sana terlihat sangat bebas,lepas. Tapi, gerakku di sini terasa berat, serasa di dalam air. Ya, benar, jadi aq saat ini sedang berada di dalam air. Di manakah aku ini?

Beberapa waktu berselang, tetap saja dunia itu tidak berubah. Aq yang mencoba melewati arus itu, yang selalu menengok ke depan, seperti sedang mencari sesuatu.  Apa yang kucari?Aku tidak tahu. Apa yang kuharapkan?Aku tidak tahu. Kenapa aku selalu seakan ingin dan sedang mencari sesuatu?Aku pun tidak tahu alasannya. Yang kutahu, hanya aq sedang mencari sesuatu.

Waktu berlalu, tahun demi tahun berganti. Akhirnya aq sadar, ternyata aq yang saat itu berada di dunia itu, mungkin sedang melayang, entah tenggelam jauh di dasar laut. Entah apakah  benar laut  atau bukan.Tetapi, laut itu bukan biru, berwarna krem. Kini, aq sepertinya sedang menjangkau dunia, dunia di atas permukaan laut itu. Aku ingin tahu, ada apa di sana. Namun setelah beberapa tahun lamanya,  tidak juga aku bisa mencapainya. Ya, paling jauh, hanya hampir menyentuh permukaan. Setelah itu, rasanya aku kembali tenggelam. Yang saat itu bisa kuangankan adalah aq terbang, mengepakkan sayapQ menjelajah udara, menyebarkan benih-benih kecil yang berkilauan, seperti peri.

Tapi, di saat ini,benar-benar saat ini. Tanpa kusadari, ternyata aku sudah berada di daratan. Dunia ini, masih saja berwarna krem, dunia yang memang monoton kah?Entahlah. Hanya saja, warna ini membuatku tenang. Meski begitu sunyi, aku merasa begitu nyaman.Ya, dunia di balik permukaan air itu.Aq telah mencapainya. Aku sedang berdiri di pinggiran daratan, memandang pada air laut, dunia tempat aku berada sebelumnya. Tapi, aku hanya memandanginya. Aq masih juga belum memiliki sayap, seperti anganku saat di dalam laut itu. Terkadang, bahkan seakan aq merasa melihat diriku masih saja terjun ke dalam air itu.

Tapi, kini anganku bertambah. Aku tidak lagi hanya ingin terbang. Aku ingin melihat “dunia-dunia” yang lainnya. Aku ingin tahu, saat aku terbang, ada apakah di bawahku?Mungkinkah aku dapat menjelajahinya?
*****************************************************
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, aku ini lagi cerita apa seh? Yah, seperti judul ini, “My World”, itu adalah dunia yang kuciptakan. Dunia di dalam pikiranku, dunia dalam imajinasiku, dunia dalam pelarianku.
Lalu, jika aku tahu, bahwa itu adalah pelarianku, kenapa aku tidak lekas menghadapi kenyataan? 

Kurasa, tiap orang butuh tempat untuk “lari”, seperti halnya Dave Pelzer. “Lari”, terkadang itu adalah cara untuk bertahan, yang terakhir tentu saja . Di saat kita tidak mampu menghadapi di dalam realita, mungkin kita akan lari pada pikiran kita, pada khayal dan imaji kita.

Mungkin banyak yang akan berpikir saya gila, schizophrenia, autis, menakutkan atau apalah, saat saya bercerita saya punya dunia sendiri (walaupun saya juga gak yakin, apakah bener yang kayak gitu bisa disebut punya dunia sendiri). Tapi, bagi saya,sama sekali gak salah koq. Juga tidak gila. Tidak pula menakutkan. Karena dengan itu, saya sama sekali tidak berperilaku dan tidak punya sifat seorang psikopat,pembunuh, pemfitnah,pengadu domba,ataupun koruptor. Bagiku, semua itu wajar. Sangat wajar. Kita semua memiliki imajinasi, dan kita membutuhkannya, kita pun “bebas” merancang dan menggunakannya. 

Dan, terutama, kalo ada yang bilang autis, ada sedikit kebanggaan pada diri saya. Kenapa? Bagi saya, autis itu spesial, sangat spesial. Dan, saya sangat kagum pada mereka. Tidak hanya autis, begitu pula dengan orang-orang cacat lainnya. Beneran deh, kagum dan salut banget. Rasa-rasanya saya itu pingin jadi penggemar rahasia mereka (karena biasanya cuma diem2 aja, hehehe.... :p). Saya benar-benar mengagumi mereka, mungkin lebih daripada orang-orang “tanpa cacat” lainnya yang mungkin prestasinya lebih tinggi. Walaupun, mungkin saya sendiri gak begitu tegar bagi mereka. Kenapa? lain kali akan saya ceritakan di posting lain.
 
Oke, kembali ke topik awal. Tentang lari dari kenyataan, saya rasa itu bukanlah hal yang sama sekali tidak boleh dilakukan. Justru itu dianjurkan, saat kita benar-benar berada “di ujung realita”. Kita butuh lari. Bukan lari untuk meninggalkan realita, melainkan lari untuk kembali pada realita.

Saat kita berlari, kita harus bersiap kembali untuk menghadapi realita. Bukan malah mati-matian jadi buronan realita. Saat kita berlari, kita menghimpun kekuatan. Saat kita berlari, kita menghimpun strategi. Saat kita berlari, kita berusaha menenangkan diri. Saat kita berlari, kita merangkai asa dalam hati kita. Mungkin untuk dapat bertahan hidup sedikit lebih lama, mungkin untuk dapat melangkahkan kaki, walau hanya selangkah, mungkin untuk dapat bertahan berhadapan dengan realita lebih lama. 

Begitu pun bagi saya, berada dunia itu sedikit mirip seperti charging. Di dunia itu, saya membentuk kenyamanan diri saya sendiri, di dunia itu, mungkin, saya menggambarkan kondisi saya sendiri. Di dunia itu, saya menenangkan diri, mungkin bisa disebut bertapa? (lebay..... :p).

Coba deh, bayangin jika dalam kondisi seperti dave kecil yang bener-bener tersudut, yang sering kali bertarung dengan maut, gimana jadinya coba mentalnya?apalagi yang melakukan itu adalah ibu kandungnya sendiri. Menurutku, salah satu hal yang membuatnya bisa bertahan adalah "imajiuasi"-nya itu. Dunia seperti itu dapat juga membuat kita mempertahankan akal sehat kita di tengah kerasnya realita, daripada bertahan di dalam dan malah terjebak di dalamnya? Toh, dengan begitu bukan berarti kita itu gak normal kan?tetep aja kita manusia normal, hanya memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi permasalahan tertentu

Walaubagaimanapun, saya memang gak pernah berniat untuk terus berada di dunia itu(ya iyalah sepi banget gitu, g ada yang diajak omong, hohoho). Pun, saya gak ingin menafikkan saya memang benar memiliki dunia itu, saya memang berlari pada dunia itu. Karena sejujurnya, saya bangga memilikinya. Duniaku,”My World”, dunia yang hanya aku yang memilikinya, tempat rahasia, sebuah tempat VVVVVIP, begitu mahal, hingga tak ada yang mampu membelinya, gak akan ada yang memajangnya di etalase toko berjejer-jejer, dan tempat di mana siapapun tidak akan pernah bisa menemukannya, hanya aku dan duniaku.....

Hem...Tapi, enaknya dikasih nama apa ya?Selama ini aku Cuma menyebutnya sebagai “duniaQ”,”My  World”. Ada yang punya saran?Yang keren ya... (minta tolong koq cerewet?hehehe..... :p)

9 comments

Write comments
M. Hudatullah
AUTHOR
13 Maret 2011 pukul 09.13 delete

nice...

kasi nama apa yak? heheehh.. bagaimana kalau dunia tak bernama? halah, ga tw ding.. coba- saya pikir2 dulu, cari nama yang keren.

Reply
avatar
Rose
AUTHOR
13 Maret 2011 pukul 14.29 delete

dunia tak bernama(haaaaa tambah bignung nanti, haha)

eh, perjalanan itu kadang selalu cerah,kusam dan standar..hohoho semangat

Reply
avatar
moonlite!
AUTHOR
13 Maret 2011 pukul 22.32 delete

my world udah yang paling bagus kok namanya ;D

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
14 Maret 2011 pukul 09.41 delete

@mas huda : hehe,,,makasih. silakan dipikirkan :p

@rose : hehe...iya, begitulah

@nonanoto : hehe...iya. :D

Reply
avatar
14 Maret 2011 pukul 11.13 delete

duniamu tidaklah lebih dari apa yang kau pikirkan :D

Reply
avatar
rabest
AUTHOR
14 Maret 2011 pukul 11.34 delete

asik ya punya tempat yang VVVVVVVIP buat dir kita sendiri, hehehe

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
14 Maret 2011 pukul 13.18 delete

@John Terro : apa yang kita pikirkan mempengaruhi perspektif dan penyikapan kita terhadap dunia dan kehidupan. Begitu pula, dunia mempengaruhi apa yang kita pikirkan.
It's the same with that world. If u ever feel the same. ^^
makasih udah mampir

@bestari : hehehe....yup ^^

Reply
avatar
nuel
AUTHOR
14 Maret 2011 pukul 17.16 delete

gimana kalo Kaco's world, dunianya Kacho, ato Kacho merenung,,,, ?? saran nih

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
16 Maret 2011 pukul 10.17 delete

Kacho's world boleh juga, emang kacho's world ya?Juga My World,hohohoho..... :D

Reply
avatar

Mari bercuap-cuap :D