"Hidup itu bukan pilihan"
"I will live here. I will live in this world. I didn't wish to come here. No one asked me whether i wanted to come or not. At first i resented it. I wanted to return to the old world. I was sure we could never live in a place like this. I will live in this world, along with everyone else"
Itu adalah sebuah kutipan dari komik 7 seeds.
Singkat cerita, di situ diceritakan ada sekelompok orang yang sengaja "dikirim" ke masa depan. "Dikirim" yang dimaksud di sini bukan melakukan perjalanan lintas waktu kayak yang di film " Back to The Future". Tetapi, mereka sengaja ditidurkan dan dibekukan, terus "disimpan" di suatu tempat, yang dianggap aman, dengan tujuan agar mereka selamat dari bencana meteor menabrak bumi sehingga umat manusia tidak akan punah, dan masih bisa bersemi (emang bunga?) di masa depan nantinya.
Nah, mereka berjuang di bumi yang baru, bumi yang sedang beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh tabrakan meteor, bumi yang sangat asing bagi mereka, dan bumi dimana orang-orang yang mereka kenal sebelumnya tidak ada, digantikan oleh orang-orang baru yang sebelumnya sama sekali tidak mereka kenal.
Dalam perjuangan mereka untuk bertahan hidup itulah sempat merasa marah, karena hanya merekalah yang "selamat" dari bencana itu, dan bahwa mereka harus menjalani hidup yang keras di alam yang baru. Mereka tidak pernah memilih ataupu meminta untuk menjadi relawan yang akan selamat dari bencana meteor itu dan harus bertahan hidup serta senantiasa bertarung dengan maut di bumi baru pasca bencana yang penuh dengan makhluk baru dan penampakan yang benar-benar berbeda dengan sebelumnya untuk melestarikan populasi manusia di bumi.
Aku pikir, itu pun sama dengan kehidupan. Sempat saya sedikit berdebat soal kehidupan. Ada seseorang yang mengatakan bahwa, "Hidup itu bukan pilihan". Pada awalnya saya merasa aneh dengan kalimat itu. Bukankah hidup, atau mati itu pilihan kita? Iya, memang jika kita mengartikan kata hidup di sini seperti "menjalani hidup".
Tapi, kata "Hidup itu bukan pilihan", yang dimaksud olehnya bukanlah "menjalani hidup". Melainkan "menjadi hidup, ada, dan eksis", itulah yang ia maksud. Dan, yah, bukankah memang begitu adanya? Lalu, bagaimana dengan freewill yang kita miliki? Saya rasa, freewill itu baru kita miliki saat menjadi "ada", dilahirkan di dunia ini sebagai manusia tentunya. Karena perangkat-perangkat freewill baru kita miliki saat kita "eksis menjadi manusia"
Aku tidak pernah meminta untuk hidup, tidak pernah meminta untuk "di-ada-kan", dilahirkan ke dunia ini, untuk menjadi eksis.
Saat kita hidup, kita akan dipaksa untuk menjalani, menghadapi berbagai hal, mulai dari yang menyedihkan, menyakitkan, menyenangkan, hingga yang membahagiakan. Saat kita akhirnya memilih untuk hidup, kita akan dipaksa, mau tidak mau, untuk berhadapan dengan masa depan dan berbagai hal lainnya yang kita tidak tahu akan menjadi seperti apa.
Aku pun sempat berpikiran,"ingin menghilang". Berharap agar tidak pernah dilahirkan, tidak pernah eksis. Tapi, sekarang semua itu berubah. Ternyata "hidup" itu gak semuram yang ada di pikiranku, gak sekeras yang ada dalam bayanganku. Ternyata, di dalam perjalanannya ada begitu banyak hal yang bisa membuatku masih bersyukur bahwa, ya aku dilahirkan. Mungkin, pada awalnya memang aku merasa lebih baik menjadi "tidak ada" sejak awal.
Ya, meskipun kita merasa bahwa kita tidak pernah memilih untuk hidup, kita tetap harus menghadapinya. Karena suatu saat mungkin kita akan menemukan alasan yang akan membuat kita memutuskan untuk terus hidup. Karena suatu saat mungkin kita akan menemukan alasan untuk bersyukur dan menikmati hidup yang telah diberikan pada kita ini.
Sama seperti Arashi, meski awalnya ia begitu tidak menyukai dunianya yang baru, kesal karena ia tidak pernah meminta untuk menjadi "yang terpilih", selalu ingin kembali ke bumi lama yang ia kenal, bahkan ia sendiri tidak yakin mampu hidup di dunianya yang baru ini. Namun, karena ia terus berusaha untuk hidup, dengan usahanya yang terbaik, akhirnya ia mampu menerima kenyataan bahwa ia memang harus "hidup" di tempatnya yang baru itu bersama dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Ia memutuskan hal itu sendiri.
Ehm...ya, begitulah pokoknya. :)
taken from manga "7 Seeds" by Tamura Yumi
Itu adalah sebuah kutipan dari komik 7 seeds.
Singkat cerita, di situ diceritakan ada sekelompok orang yang sengaja "dikirim" ke masa depan. "Dikirim" yang dimaksud di sini bukan melakukan perjalanan lintas waktu kayak yang di film " Back to The Future". Tetapi, mereka sengaja ditidurkan dan dibekukan, terus "disimpan" di suatu tempat, yang dianggap aman, dengan tujuan agar mereka selamat dari bencana meteor menabrak bumi sehingga umat manusia tidak akan punah, dan masih bisa bersemi (emang bunga?) di masa depan nantinya.
Nah, mereka berjuang di bumi yang baru, bumi yang sedang beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh tabrakan meteor, bumi yang sangat asing bagi mereka, dan bumi dimana orang-orang yang mereka kenal sebelumnya tidak ada, digantikan oleh orang-orang baru yang sebelumnya sama sekali tidak mereka kenal.
Dalam perjuangan mereka untuk bertahan hidup itulah sempat merasa marah, karena hanya merekalah yang "selamat" dari bencana itu, dan bahwa mereka harus menjalani hidup yang keras di alam yang baru. Mereka tidak pernah memilih ataupu meminta untuk menjadi relawan yang akan selamat dari bencana meteor itu dan harus bertahan hidup serta senantiasa bertarung dengan maut di bumi baru pasca bencana yang penuh dengan makhluk baru dan penampakan yang benar-benar berbeda dengan sebelumnya untuk melestarikan populasi manusia di bumi.
- - -* * *- - -
Aku pikir, itu pun sama dengan kehidupan. Sempat saya sedikit berdebat soal kehidupan. Ada seseorang yang mengatakan bahwa, "Hidup itu bukan pilihan". Pada awalnya saya merasa aneh dengan kalimat itu. Bukankah hidup, atau mati itu pilihan kita? Iya, memang jika kita mengartikan kata hidup di sini seperti "menjalani hidup".
Tapi, kata "Hidup itu bukan pilihan", yang dimaksud olehnya bukanlah "menjalani hidup". Melainkan "menjadi hidup, ada, dan eksis", itulah yang ia maksud. Dan, yah, bukankah memang begitu adanya? Lalu, bagaimana dengan freewill yang kita miliki? Saya rasa, freewill itu baru kita miliki saat menjadi "ada", dilahirkan di dunia ini sebagai manusia tentunya. Karena perangkat-perangkat freewill baru kita miliki saat kita "eksis menjadi manusia"
Aku tidak pernah meminta untuk hidup, tidak pernah meminta untuk "di-ada-kan", dilahirkan ke dunia ini, untuk menjadi eksis.
Saat kita hidup, kita akan dipaksa untuk menjalani, menghadapi berbagai hal, mulai dari yang menyedihkan, menyakitkan, menyenangkan, hingga yang membahagiakan. Saat kita akhirnya memilih untuk hidup, kita akan dipaksa, mau tidak mau, untuk berhadapan dengan masa depan dan berbagai hal lainnya yang kita tidak tahu akan menjadi seperti apa.
Aku pun sempat berpikiran,"ingin menghilang". Berharap agar tidak pernah dilahirkan, tidak pernah eksis. Tapi, sekarang semua itu berubah. Ternyata "hidup" itu gak semuram yang ada di pikiranku, gak sekeras yang ada dalam bayanganku. Ternyata, di dalam perjalanannya ada begitu banyak hal yang bisa membuatku masih bersyukur bahwa, ya aku dilahirkan. Mungkin, pada awalnya memang aku merasa lebih baik menjadi "tidak ada" sejak awal.
Ya, meskipun kita merasa bahwa kita tidak pernah memilih untuk hidup, kita tetap harus menghadapinya. Karena suatu saat mungkin kita akan menemukan alasan yang akan membuat kita memutuskan untuk terus hidup. Karena suatu saat mungkin kita akan menemukan alasan untuk bersyukur dan menikmati hidup yang telah diberikan pada kita ini.
Sama seperti Arashi, meski awalnya ia begitu tidak menyukai dunianya yang baru, kesal karena ia tidak pernah meminta untuk menjadi "yang terpilih", selalu ingin kembali ke bumi lama yang ia kenal, bahkan ia sendiri tidak yakin mampu hidup di dunianya yang baru ini. Namun, karena ia terus berusaha untuk hidup, dengan usahanya yang terbaik, akhirnya ia mampu menerima kenyataan bahwa ia memang harus "hidup" di tempatnya yang baru itu bersama dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Ia memutuskan hal itu sendiri.
Ehm...ya, begitulah pokoknya. :)
2 comments
Write commentsmungkin lebih tepat kalo dibilang "disimpan untuk masa depan" :P
ReplyEm...mungkin ^^
ReplyMari bercuap-cuap :D