Tanyaku

6/14/2012 5 Comments A+ a-

Banyak yang takut jatuh,karena terlalu tinggi.Banyak yang takut terluka, karena rasa sakitnya. Banyak yang lebih memilih mendapatkan "yg seadanya", karena takut dengan resiko untuk mendapatkan "yang istmewa". Bagi kebanyakan orang, itulah yang dinamakan "realistis". Padahal,justru orang-orang  itulah yang tidak memahami kehidupan secara "realistis". Karena tak inginkan hal yang pasti akan terjadi, yang justru mutlak kita butuhkan. Tapi, kenapa? Puaskah hidup dalam dunia kepalsuan?Bahagiakah hidup dalam tempurung?
By Kacho

5 comments

Write comments
Arif Khumaidi
AUTHOR
14 Juni 2012 pukul 19.46 delete

wahaha... hidup dalam tempurung ya,,, kasihan,, kok sepertinya saya mengerti example manusianya -_-.

hidup dalam dunia kepalsuan... wew apalagi itu @@

waduh berarti kebanyakan orang hidup dalam dunia imajiner dunk... gak realistis ...

Reply
avatar
affanibnu
AUTHOR
14 Juni 2012 pukul 20.36 delete

berani ambil resiko..?

ya semua pasti ada perhitungannya.. :)

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
15 Juni 2012 pukul 05.01 delete

@arif : wah, sapa example manusianya??
kenapa dengan hidup dalam dunia kepalsuan?
hem.....who knows? but, that's still possible :P

@affaibnu : ya seharusnya memberanikan diri lah. memang ada perhitungan, tapi bukan berarti hanya yang pasti bisa dijangkau,kan?
Justru perhitungan itu dibutuhkan karena yang akan dituju, sudah tidak lagi pasti akan dijangkau. Tetapi, justru sesuatu yang butuh usaha lebih untuk menjangkaunya. Kalau udah oasti kan g perlu juga diperhitungkan.

Reply
avatar
15 Juni 2012 pukul 10.22 delete

tidak, hidup harus penuh perjuangan :P
karena di setiap letih ada nikmat #halah

Reply
avatar
kacho
AUTHOR
15 Juni 2012 pukul 10.28 delete

@iskandar : setuju deh ama kamu :D

Reply
avatar

Mari bercuap-cuap :D